Liputan6.com, Bangkok - Sejumlah kelompok hak asasi manusia mengatakan tiga aktivis Thailand yang menghadapi tuduhan menghina kerajaan telah menghilang. Sebelumnya, ketiga orang itu dilaporkan telah ditangkap di Vietnam.
Tiga yang menghilang bernama Chucheep Chiwasut, yang membuat komentar bermuatan politik dari pengasingan, serta dua kawannya yakni Siam Theerawut dan Kritsana Thapthai. Demikian sebagaimana dikutip dari laman The Guardian pada Jumat (10/5/2019).
Advertisement
Baca Juga
Human Rights Watch dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa ketiganya telah diserahkan oleh Vietnam kepada pihak berwenang Thailand pada 8 Mei 2019.
Hal itu senada dengan pernyataan Aliansi Hak Asasi Manusia Thailand yang bermarkas di AS. Mereka melaporkan Chucheep yang dikenal sebagai Paman Sanam Luang telah dibawa kembali ke Negeri Gajah putih.
"Paman Sanam Luang dan dua orang lainnya ditangkap… sebulan yang lalu. Tetapi mereka baru saja dipindahkan ke Thailand pada 8 Mei dari Vietnam," kata Piangdin Rakthai dari aliansi itu dalam sebuah video yang beredar di media sosial.
"Dugaan bahwa Vietnam telah secara rahasia mengembalikan paksa tiga aktivis terkemuka kepada Thailand harus menjadi kekhawatiran komunitas internasional," kata Brad Adams, Direktur Human Rights Watch Asia.
Wakil Perdana Menteri Thailand Prawit Wongsuwan membantah hal tersebut. Menurutnya, ketiga aktivis tidak berada dalam tahanan Negeri Gajah Putih.
"Vietnam belum mengoordinasi pemindahan. Kami belum menerima apapun. Jika ada, itu akan dilakukan melalui kementerian luar negeri dan kepolisian," lanjut Prawit.
Melanggar Hukum Pidana
Sementara itu Amnesty International yang berbasis di london mengatakan Chucheep telah lama menghadapi dakwaan "lese-majesty" atau menghina kerajaan. Begitu pula dua temannya yang lain.
Dalam hukum domestik Thailand, yakni Pasal 112 KUHP, dikatakan bahwa siapapun yang menghina raja, ratu, atau pewaris kerajaan Thailand akan menghadapi hukuman hingga 15 tahun penjara.
Lebih lanjut, kelompok HAM mengatakan militer Thailand telah berkontribusi dalam membungkam kritik sejak kudeta militer 2014.
Advertisement
Kasus Sebelumnya
Pada Januari lalu, mayat dua kritikus bernama Chatcharn Buppawan (56) dan Kraidej Luelert (46) ditemukan di sepanjang perbatasan Sungai Mekong dengan Laos. Tubuh mereka telah diisi dengan beton, tampaknya membuat mereka tenggelam.
Saat itu, pihak militer mengatakan bahwa tidak ada informasi terkait kematian tersebut.
Semenetara itu satu bulan sebelumnya, aktivis Surachai Danwattananusorn (78) yang mengelola stasiun radio daring dari Laos menghilang pada bulan Desember. Keberadaan pemilik media yang kritis terhadap junta dan monarki itu tidak diketahui.
"Kami khawatir tentang situasi ini," kata Piangdin dalam sebuah video. "Telah ada kasus penghilangan paksa dan kematian aktivis politik yang menentang pemerintahan militer serta mengkritik monarki."