Liputan6.com, Urubamba - Salah satu simbol Kerajaan Inca paling terkenal saat ini adalah benteng kuno Machu Picchu, yang dibangun di antara puncak Machu Picchu dan Huayan Picchu.
Dibangun sekitar tahun 1450 di ketinggian sekitar 2.350 mdpl, Machu Picchu berada di atas lembah Urubamba, kawasan Pegunungan Andes, Peru. Benteng ini juga berlokasi di jalan yang sempit di sepanjang sisi gunung yang curam.
Baca Juga
Teras yang dibangun di tebing berbatu, yang menghadap ke jurang Sungai Urubamba, digunakan untuk bercocok tanam. Mata air di sana menyediakan cukup air segar untuk lebih dari 1.000 penduduk.
Advertisement
Namun, mengapa Machu Picchu dibangun di tempat yang susah diakses seperti itu?
Selain dari aspek religius, penelitian baru yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan Geological Society of America (GSA) menunjukkan, Bangsa Inca pun memikirkan soal geologi yang dinilai mereka berperan penting bagi kerajaan.
Berdasarkan investigasi lapangan dan analisis foto udara oleh tim peneliti dari Rio Grande do Sul University, seperti dikutip dari Forbes, Kamis (26/9/2019), Kerajaan Inca dibangun di tempat-tempat di mana patahan geologis saling bersilangan.
Machu Picchu berada di atas dua sistem patahan penting yang saling bertemu, satu berjalan dari timur laut ke barat daya dan satu lagi berjalan dari barat laut ke tenggara. Bahkan, satu bangunan dan kuil di benteng mengikuti panjangnya sesar.
Sejalan dengan patahan tersebut, granit keras yang dipakai untuk membangun Machu Picchu, batholith (sejumlah besar batuan beku intrusi, lebih besar dari 100 kilometer persegi, yang terbentuk dari magma dingin di kerak Bumi) yang berusia 250 juta tahun, hancur oleh gerakan tektonik.
Suku Inca beradaptasi dengan keberadaan sesar tersebut. Mereka menggali puing-puing yang sudah longgar. Blok granit yang digali ini kemudian digunakan untuk membangun dinding dan bangunan.
Parit yang digali di tanah juga memiliki keuntungan penting lainnya, di wilayah dengan curah hujan hampir 80 inci per tahun, karena berperan sebagai saluran drainase untuk air tanah.
Mereka harus tahu cara untuk mengeringkan gunung Inca kuno agar menstabilkan lereng yang berbatu. Jika tidak, maka area tersebut akan sangat rentan terhadap runtuhan dan tanah longsor.
Analisis lebih lanjut dari foto udara menunjukkan situs Inca lainnya, seperti Ollantaytambo di Peru tenggara, Pisac di Lembah Suci Inca, yang seluruhnya berada di atas sistem sesar utama.
Penjelasan Lanjut
Machu Picchu dianggap sebagai salah satu pencapaian arsitektur terbesar umat manusia. Situs ini dibangun di atas Pegunungan Andes di wilayah terpencil, di atas ngarai sungai yang terjal.
Namun, lokasi tempat yang dikatakan suci ini telah lama membingungkan para ilmuwan: Mengapa Suku Inca membangun karya agung mereka di tempat yang sulit dijangkau? Penelitian menunjukkan bahwa jawabannya mungkin terkait dengan sesar geologis yang terletak di bawah situs.
Pada Senin, 23 September 2019, pada pertemuan tahunan GSA di Phoenix, Rualdo Menegat (seorang ahli geologi di Rio Grande do Sul University), mempresentasikan hasil analisis geoarkeologis terperinci yang menerangkan Suku Inca memang sengaja membangun Machu Picchu --serta beberapa kota mereka-- di lokasi di mana patahan tektonik bertemu.
"Lokasi Machu Pichu bukanlah suatu kebetulan," kata Menegat, dikutip dari sciencedaily.com, Kamis (26/9/2019). "Tidak mungkin membangun situs seperti itu di pegunungan tinggi jika substratnya (dasar) tidak retak."
Dengan menggunakan kombinasi pencitraan satelit dan pengukuran lapangan, Menegat memetakan jaringan padat fraktur (keretakan) dan patahan yang ada di bawah Situs Warisan Dunia UNESCO.
Menegat menemukan bahwa sesar dan fraktur ini terjadi dalam beberapa set, beberapa di antaranya sesuai dengan zona patahan utama yang bertanggung jawab untuk mengangkat Pegunungan Andes Tengah selama delapan juta tahun terakhir.
Karena beberapa dari sesar itu berorientasi di timur laut-barat daya dan yang lainnya di barat laut-tenggara, patahan tersebut secara kolektif membuat bentuk huruf "X", di mana sesar-sesar ini berpotongan di bawah Machu Picchu.
Pemetaan Menegat menunjukkan bahwa sektor perkotaan dan ladang pertanian di sekitarnya, serta bangunan dan tangga-tangga, semuanya sejalan dengan tren sesar utama ini.
"Tata letak jelas mencerminkan matriks fraktur yang mendasari situs," ujar Menegat. Kota Inca kuno lainnya, termasuk Ollantaytambo, Pisac, dan Cusco, juga terletak di persimpangan sesar.
Advertisement
Kerajaan yang Retak
Hasil studi Menegat menunjukkan jaringan patahan dan patahan yang mendasari merupakan bagian integral dari konstruksi Machu Picchu.Â
Suku Inca memanfaatkan bahan bangunan yang berlimpah di zona patahan. "Keretakan yang intens di sana membuat batu-batu itu pecah di sepanjang bidang kelemahan yang sama ini, yang sangat mengurangi energi yang dibutuhkan untuk mengukirnya."
Selain membantu membentuk bangunan berbahan dasar batu, jaringan patahan di Machu Picchu kemungkinan menawarkan keunggulan lainnya. "Sesar tektonik di daerah itu menyalurkan air lelehan dan air hujan langsung ke lokasi penduduk," ucap Menegat.
Pembangunan Machu Picchu yang sedemikian tinggi juga mempunyai manfaat untuk mengisolasi situs dari longsoran dan tanah longsor --bahaya yang terlalu umum di lingkungan pegunungan semacam ini.
Sesar yang mendasari Machu Picchu juga membantu mengeringkan situs ini ketika diterpa badai hujan yang hebat.
"Kira-kira, dua pertiga dari upaya untuk membangun tempat suci ini melibatkan pembangunan drainase bawah permukaan," Menegat menejlaskan.
"Fraktur yang sudah ada sebelumnya membantu proses ini dan membantu menjelaskan pelestariannya yang luar biasa," lanjutnya. "Machu Picchu dengan jelas menunjukkan kepada kita bahwa peradaban Inca adalah kerajaan batu yang retak."