Liputan6.com, Jakarta - Pejabat tinggi HAM di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendorong otoritas Rusia untuk melakukan penyelidikan, atau setidaknya bekerja sama dalam penyelidikan independen secara menyeluruh terhadap kasus dugaan pemimpin oposisi Alexei Navalny diracun dengan Novichok.
Dilansir US News yang mengutip Reuters, Selasa (8/9/2020), Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, Michelle Bachelet menyatakan, "Tidaklah cukup baik untuk hanya membantah bahwa dia diracun, dan membantah diperlukannya penyelidikan menyeluruh, independen, tidak memihak dan transparan dalam kasus percobaan pembunuhan ini."
"(Kasus ini) merupakan kewajiban pihak berwenang Rusia untuk menyelidiki sepenuhnya terkait siapa yang bertanggung jawab atas kejahatan ini - kejahatan yang sangat serius yang dilakukan di wilayah Rusia," lanjut Bachelet.
Advertisement
Bachelet juga memaparkan, "Jumlah kasus keracunan, atau bentuk lain dari pembunuhan berencana, terhadap warga negara Rusia pada saat ini atau sebelumnya, baik di dalam Rusia sendiri atau di wilayah asing, selama dua dekade terakhir sangat mengganggu."
Rumah sakit Charite di Berlin telah merawat Navalny sejak ia diterbangkan ke Jerman setelah jatuh sakit dalam penerbangan domestik Rusia bulan lalu.
Namun pihak di Rusia mengatakan bahwa mereka belum melihat bukti bahwa Navalny diracun.
Juru bicara Bachelet, Rupert Colville, menyebutkan, "Ini bukan bahan yang bisa Anda beli di apotek atau toko bahan tanaman atau toko perangkat keras," merujuk pada racun dari Novichok dan Polonium-210, yang menyebabkan pembelot Rusia, Alexander Litvinenko meninggal di London pada tahun 2006.
Saksikan Videon Berikut Ini:
Telah Keluar dari Masa Koma
Dikutip dari AFP, Pihak Rumah Sakit Charite mengatakan pada 7 September bahwa Navalny telah keluar dari masa koma secara medis dan menanggapi pidato.
"Dia merespons rangsangan verbal," terang rumah sakit Charite dalam sebuah pernyataan, melaporkan bahwa kondisi Navalny "telah membaik".
Pada pekan lalu, Jerman menyatakan bahwa tes toksikologi yang dilakukan oleh badan militernya menemukan "bukti tegas" bahwa agen saraf Novichok digunakan pada Navalny.
Advertisement