Remaja China Jadi Korban Penipuan dan Penculikan Virtual, Keluarga Tebus Rp 2 Miliar

Seorang remaja sekolah menengah asal China yang dilaporkan hilang ke polisi karena menjadi korban penipuan dan "penculikan virtual" ditemukan oleh polisi setelah keluarganya membayar tebusan.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Sep 2020, 17:42 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2020, 17:42 WIB
Ilustrasi Liputan Khusus Penculikan Anak
Ilustrasi penculikan

Liputan6.com, Sydney - Seorang remaja sekolah menengah asal China yang dilaporkan hilang ke polisi pada 8 September 2020 dini hari oleh teman-temannya diketahui menjadi korban penipuan dan "penculikan virtual". Dia kemudian ditemukan oleh polisi di pinggiran Kota Sydney bagian dalam Pyrmont pada 15 September dalam keadaan selamat, setelah keluarganya membayar lebih dari $ 200.000 (Rp 2 miliar) sebagai tebusan.

Penipuan dilakukan melalui telepon dengan modus penipu menyamar sebagai pihak berwenang di China. Untuk mendapatkan uang tebusan, penipu menggunakan trik mengancam korban untuk memberikan kesaksian kepada orang tua mereka bahwasannya benar terjadi penculikan , dan menuntut pembayaran tebusan dari kerabat mereka.

Melansir abc.net.au, Selasa (22/9/2020), polisi NSW mengatakan dia menghabiskan delapan hari di rumah seorang pria Chatswood (22), yang juga menjadi korban penipuan yang mengira dia sedang memberikan perlindungan bagi remaja wanita tersebut dalam perlindungan saksi.

"Pria berusia 22 tahun itu dihubungi oleh orang-orang yang berpura-pura menjadi polisi China dan diberi tahu bahwa dia perlu bertemu dengan gadis ini dan akan membawa ke alamat rumahnya dan menahannya di sana karena dia adalah saksi yang dilindungi oleh polisi China," kata Inspektur Kepala Detektif NSW Darren Bennett.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Skenario Penculik yang Sempurna

Ilustrasi Liputan Khusus Penculikan Anak
Ilustrasi berita penculikan anak. (Liputan6.com)

Penculik itu membuat skenario yang dipercaya oleh pria tersebut. Alhasil pria dan siswi tersebut pun mengatur pertemuan di dekat Sydney Fish Market atau Pasar Ikan Sydney sebelum pria tersebut membawa korban kembali ke apartemennya di pantai utara Sydney.

Dalam beberapa hari pasca-hilangnya korban, siswa kelas 12 itu mengirim video diri ke keluarganya dengan mengatakan bahwa ia adalah korban penculikan dan mereka harus membayar uang untuk pembebasannya. Video dan gambar tersebut dikirim ke keluarga melalui aplikasi media sosial WeChat dan diambil saat pria itu kuliah.

"Video-video itu pada dasarnya hanya dia yang sedang duduk di kasur atau kursi, dan pesan bahwa dia ditahan. Ada sangat sedikit detail tetapi itu cukup mengkhawatirkan orang tuanya," kata Inspektur Bennett.

Orang tuanya pun langsung mentransfer $ 213.000 (Rp 2,1 miliar) ke rekening bank di Bahama. "Mereka tidak ingin menghadapi risiko apa pun. Jadi mereka langsung membayar bahkan lebih dari yang diminta penipu tanpa alasan apa pun," kata Inspektur Bennett.

Setelah diselidiki, polisi menemukan bahwa remaja tersebut menerima serangkaian ancaman rumit dari penipun yang mengaku sebagai polisi China, yang mengklaim bahwa remaja tersebut terlibat dalam kejahatan. Para penipu tersebut kemudian menghubungi wanita tersebut dan meyakinkannya bahwa situasinya akan diperbaiki jika dia memberi mereka sejumlah besar uang dan mengikuti instruksi mereka.

Penipu Dinilai Memilik Keterampilan

Ilustrasi Liputan Khusus Penculikan Anak
Ilustrasi Liputan Khusus Penculikan Anak

Polisi telah menetapkan apartemen tempat remaja tersebut tinggal sebagai TKP, tetapi pria pemilik apartemen itu tidak menghadapi tuntutan. "Kami tidak dapat menemukan detail yang membantah pengakuannya bahwa dia tidak terlibat dalam semua ini.”

"Para penipu memiliki keterampilan untuk membuat orang-orang ini merasa terancam dan mereka bekerja atas nama otoritas China." tambah piak kepolisian.

Pernyataan itu didukung dengan fakta bahwa pria dan remaja tesebut tidak tahu bahwa mereka telah ditipu sampai mereka dihubungi oleh polisi. "Kami mengungkap rincian dalam penyelidikan ini yang sulit dipercaya. Anda harus menempatkan diri Anda dalam kelompok budaya dan usia para korban dan mereka mempermainkan ketakutan mereka." kata Inspektur Bennett.

Delapan insiden penculikan virtual telah dilaporkan ke Polisi NSW tahun ini dengan penipu menargetkan pelajar internasional China dan mendapatkan lebih dari $ 3 juta (Rp 30 miliar) sebagai pembayaran tebusan.

"Saran bagi siapa saja yang menerima telepon yang melibatkan permintaan uang di bawah ancaman kekerasan segera tutup telepon, hubungi Konsulat China di Sydney untuk memverifikasi laporan tersebut dan segera lapor ke Kepolisian NSW," kata Inspektur Bennett.

 

Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya