Liputan6.com, Kathmandu - Sebuah pesawat Yeti airlines yang membawa 68 penumpang dan empat awak jatuh di Pokhara, Nepal pada Minggu 15 Januari 2023 sekitar pukul 11.00.
Menurut juru bicara Yeti Airlines Sudarshan Bartaula yang berbicara kepada The Kathmandu Post, "Total 68 penumpang dan empat awak berada di dalam pesawat Yeti Airlines yang jatuh antara bandara lama dan Bandara Internasional Pokhara."
Situs Republic yang dikutip Selasa (15/1/2023), mengklaim memperoleh manifes penerbangan lengkap dari pesawat Yeti Airlines yang jatuh. Menurut otoritas bandara, penerbangan tersebut membawa 53 orang Nepal, lima orang India, empat orang Rusia, dua orang Korea, satu orang Irlandia, satu orang Argentina, dan satu orang Prancis.
Advertisement
Menyusul kecelakaan pesawat Yeti Airlines yang fatal, Bandara Internasional Pokhara ditutup sementara karena operasi pencarian dan penyelamatan berlanjut.
Sedikitnya 68 jenazah dilaporkan telah ditemukan. Berikut ini manifes atau daftar penumpang Yeti Airlines yang diklaim situs Republic:
Dilansir CNN, Senin 16 Januari 2023, pesawat ATR 72 yang kecelakaan itu membawa 72 orang yang terdiri dari 37 laki-laki, 25 perempuan, tiga anak kecil, dan tiga adalah anak bayi. Empat di antaranya awak kabin.
Kecelakaan ini merupakan yang paling mematikan dalam lebih dari 30 tahun terakhir di Nepal.
Pencarian dihentikan pada malam hari dan dilanjutkan Senin 14 Januari pagi. Pemerintah menetapkan hari Senin itu sebagai hari libur untuk berduka atas para korban.
CNN menyebut 53 penumpang dan semua kru pesawat adalah orang Nepal. Ada pula orang asing, yakni lima orang India, empat orang Rusia, dua orang Korea, dan terdapat juga warga Australia, Argentina, Prancis, dan Irlandia.
Penyebab Kecelakaan Yeti Airlines: Pilot Error atau Masalah Pesawat?
Tragedi kecelakaan pesawat Yeti Airlines di Nepal masih menjadi sorotan dunia. Penyebab jatuhnya pesawat Yeti Airlines pun masih diteliti sebab cuaca sedang cerah ketika kecelakaan terjadi. Ada yang berpendapat kecelakaan terjadi karena faktor pilot error, namun ada juga yang mengkritik cara kerja pesawat jenis ATR yang jatuh tersebut.
Berdasarkan laporan Time, Selasa 17 Januari 2023, pakar aviasi Profesor Ron Bartsch menyorot dugaan adanya stall pada pesawat dan pilot error.
Stall adalah kondisi ketika pesawat kehilangan daya angkat di udara.
Profesor Bartsch berkata pesawat modern tidak akan begitu saja jatuh dari langit. Ia pun berkata faktor manusia akan diperiksa oleh investigator untuk melihat apakah sudah ada pelatihan yang layak.
"Saya menduga pesawatnya masuk ke aerodynamic stall," ujarnya dalam wawancara dengan Channel 9 di Sydney. "Kemungkinan pilot error."
Pandangan stall juga diberikan oleh pilot dan pendiri Safety Matters Foundation di India, Amit Singh. Ia menganalisis bahwa pesawat mengalami stall karena melihat hidung pesawat yang terangkat, kemudian mendadak saya kiri turun sebelum pesawat jatuh (nosedive).
Singh menjelaskan sayap pesawat berfungsi memberikan daya angkat, tetapi saat stall, biasanya satu sayap menurun.
"Jadi saat aliran udara berkurang, daya angkat yang diberikan tidak cukup untuk menjaga pesawat dalam penerbangan, dan sayapnya turun, dan pesawatnya menukik jatuh," jelasnya kepada Associated Press.
Namun, Singh menyorot bahwa pilot seharusnya bisa menangani kesalahan teknis di pesawat.
"Pilot seharusnya dilatih untuk menangani kesalahan-kesalahan teknis," ujar Singh.
Kotak Hitam Pesawat Yeti Airlines yang Jatuh di Nepal Ditemukan
Kotak hitam pesawat Yeti Airlines ditemukan pihak berwenang Nepal pada Senin 16 Januari 2023.
"Kotak hitam dari pesawat yang jatuh telah ditemukan," kata otoritas Bandara Sher Bahadur Thakur, Kathmandu, Nepal, dikutip dari ANI News, Senin (16/1/2023).
Kotak hitam merupakan alat perekam data penerbangan yang merekam semua informasi penerbangan melalui saluran khusus algoritma.
Pesawat bermesin ganda ATR 72 yang berangkat dari Kathmandu itu jatuh di Pokhara beberapa menit sebelum mendarat pada Minggu 15 Januari. Waktu tempuh antara Kathmandu - Pokhara sendiri adalah 25 menit.
Sebanyak 68 jenazah telah ditemukan sejauh ini di lokasi jatuhnya pesawat. Sementara itu, operasi pencarian dan penyelamatan di lokasi kecelakaan terus dilanjutkan sejak pagi tadi.
"Operasi penyelamatan dilanjutkan pagi ini untuk melacak empat orang yang masih hilang," kata Shambhu Subedi dari Angkatan Bersenjata Nepal.
Juru bicara maskapai Yeti Airlines Sudarshan Bartaula mengatakan belum dapat mengonfirmasi apakah ada korban selamat.
Advertisement
Rekam Jejak Aviasi di Nepal
Amit Singh turut menyorot rekam jejak penerbangan di Nepal. Rekam jejaknya ternyata tidak baik.
Singh berkata industri penerbangan di Nepal punya rekam jejak buruk meski kondisi daerah yang menantang. Sebagai catatan, daerah Nepal memang banyak pegunungan. Safety Matters Foundation mencatat ada 42 kecelakaan fatal pesawat di Nepal sejak 1946.
Otoritas Penerbangan Sipil di Nepal juga mengakui bahwa "topografi berbahaya" dan "pola cuaca yang beragam" di Nepal merupakan tantangan besar.
Meski industri aviasi di Nepal mulai membaik, Uni Eropa masih melarang pesawat-pesawat Uni Eropa untuk terbang di wilayah mereka.
Hal lain yang menjadi sorotan adalah pesawat ATR-72 yang digunakan pada kecelakaan pesawat tersebut. Profesor Bartsch berkata secara umum pesawat itu punya rekam jejak yang baik, namun seorang pilot India mengakui bahwa pesawat itu sulit digunakan jika pilot tidak berpengalaman terhadap daerah yang mereka lewati dan kecepatan angin.
ATR merupakan perusahaan pesawat yang bermarkas di Prancis. Pihak perusahaan berkata berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait terkait kecelakaan ini.
Blackbox pesawat yang jatuh pada akhir pekan lalu ini sudah ditemukan dan masih diinvestigasi untuk mengetahui penyebab jatuhnya pesawat.
Nepal memiliki sejarah panjang kecelakaan pesawat yang menyedihkan. Alasan di balik kecelakaan itu, setiap kali, berbeda.
Berikut ini daftar 12 kecelakaan pesawat yang fatal dan mengirimkan gelombang kejut ke seluruh Nepal. Klik di sini, (Selain Yeti Airlines, Ini Daftar 12 Kecelakaan Pesawat Jatuh di Nepal Sejak 1992)
Tidak Ada Korban WNI dalam Kecelakaan Pesawat di Nepal yang Menewaskan 68 Orang
Sementara itu juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Teuku Faizasyah mengonfirmasi bahwa tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam kecelakaan pesawat di Nepal.
"Info KBRI Dhaka, tidak ada korban WNI," kata Faizasyah kepada Liputan6.com, Senin (16/1/2023).
Sementara itu, Perdana Menteri Nepal Pushpa Kamal Dahal menyatakan Senin sebagai hari berkabung nasional. Dia mengatakan, pemerintah akan membentuk panel untuk menyelidiki penyebab kecelakaan pesawat. Demikian seperti dilansir BBC.
Pesawat Yeti Airlines dengan rute Kathmandu ke Pokhara yang jatuh pada Minggu (15/1), mengangkut 72 orang termasuk empat awak kabin. Adapun 15 orang penumpangnya tercatat sebagai warga negara asing, yaitu lima orang India, empat orang Rusia, dua warga Korea Selatan, dan masing-masing satu warga Irlandia, Australia, Argentina, dan Prancis.
Korban tewas sejauh ini dilaporkan 68 orang, sementara itu empat lainnya masih dalam pencarian. Operasi pencarian dan penyelamatan yang melibatkan ratusan tentara Nepal dihentikan sementara pada Minggu malam dan dilanjutkan pada Senin.
Rekaman ponsel menunjukkan pesawat meluncur tajam saat mendekati bandara. Khum Bahadur Chhetri, seorang penduduk setempat, mengatakan kepada Reuters bahwa dia sempat mengamati pesawat dari atap rumahnya saat mendekati bandara.
"Saya melihat pesawat bergetar, bergerak ke kiri dan ke kanan, lalu tiba-tiba menukik dan jatuh ke jurang," tambahnya.
Insiden pada Minggu tercatat sebagai kecelakaan udara terburuk di Nepal selama sekitar tiga dekade. Belum jelas apa yang menyebabkan kecelakaan, tetapi Nepal sendiri memiliki sejarah kecelakaan penerbangan yang fatal, seringkali karena landasan pacu yang jauh dan perubahan cuaca yang tiba-tiba yang dapat menyebabkan kondisi berbahaya.
Kurangnya investasi untuk pesawat baru dan regulasi yang buruk disebut juga menjadi penyebab kecelakaan di masa lalu. Selain itu, Nepal yang merupakan rumah bagi sejumlah gunung paling menakjubkan di dunia, memiliki medan yang paling sulit untuk dinavigasi.
Advertisement