Update Gempa Turki dan Suriah: Korban Tewas Jadi 36.217 Orang

Meski upaya penyelamatan dilaporkan semakin jarang, namun keajaiban pasca gempa Turki dan Suriah 6 Februari masih terjadi.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 14 Feb 2023, 08:33 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2023, 08:33 WIB
Begini Potret Pantauan Udara Pencarian Korban Gempa Suriah
Pemandangan dari udara ini menunjukkan penduduk mencari korban dan penyintas di tengah puing-puing bangunan yang runtuh setelah gempa bumi di desa Besnia dekat Harim, di provinsi Idlib barat laut yang dikuasai pemberontak Suriah di perbatasan dengan Turki, Senin (6/2/2023). Gempa itu menghancurkan Kastil Gaziantep yang bersejarah dan banyak bangunan bersejarah lainnya di daerah itu. (Omar HAJ KADOUR / AFP)

Liputan6.com, Ankara - Sekalipun upaya pencarian dan penyelamatan korban gempa Turki 6 Februari 2023 memasuki waktu-waktu terakhirnya, banyak keajaiban masih terjadi.

Di Kota Adiyaman, Turki, seorang anak perempuan bernama Miray (13), berhasil diselamatkan setelah terperangkap di antara reruntuhan selama 178 jam atau tujuh setengah hari. Video yang beredar menunjukkan, tim penyelamat meluapkan rasa syukur saat mengeluarkan Miray dari kegelapan.

Miray diikat dengan tandu sebelum akhirnya dibawa petugas penyelamat untuk mendapat perawatan. Media lokal melaporkan, tim di lapangan masih berharap menemukan kakak perempuan Miray.

Keajaiban lainnya yang juga terjadi pada Senin (13/2/2023), adalah penyelamatan seorang anak laki-laki usia 13 tahun di Provinsi Hatay, yang terdampak parah. Kaan telah terjebak di antara puing-puing selama 182 jam.

Seorang wanita bernama Naide Umay juga ditemukan dalam kondisi hidup setelah terjebak selama 175 jam di antara reruntuhan pasca gempa dahsyat.

Di Kota Kahramanmaras, petugas penyelamat dilaporkan telah melakukan kontak dengan seorang nenek, ibu, dan bayi. Semuanya terjebak, tetapi masih hidup dan petugas kini tengah bekerja untuk menjangkau mereka.

Masih di Kahramanmaras, Aras, bocah usia lima tahun, berhasil diselamatkan setelah 105 jam bertahan hidup di antara reruntuhan. Namun, tidak dengan kakaknya, abangnya, dan ayahnya. Sementara sang ibu, dirawat di rumah sakit yang berbeda.

Seorang gadis berusia 10 tahun bernama Ayca Ceplin juga diselamatkan pada Senin setelah terperangkap selama 185 jam. Ayca "ditarik" dari puing-puing kompleks apartemen Ebrar di Kahramanmaras.

Dikutip Selasa (14/2/2023), The Washington melaporkan bahwa per Senin, Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki (AFAD) mengonfirmasi 31.643 orang tewas. Sementara di wilayah Suriah yang dikuasai pemerintah, tercatat 1.414 kematian dan di wilayah yang dikuasai pemberontak dilaporkan terdapat 3.160 kematian. Dengan demikian total korban tewas di Turki dan Suriah mencapai 36.217 orang.

Kementerian Kesehatan Turki mencatat bahwa setidaknya 19.300 korban gempa dirawat di rumah sakit di Turki. Dari jumlah tersebut, 3.636 orang berada di unit perawatan intensif dan setidaknya 8.851 pasien harus menjalani operasi. Namun, ada beberapa yang sudah dipulangkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Berkejaran dengan Waktu

Pencarian Korban dan Penyintas Gempa Turki dan Suriah
Warga mencari korban yang selamat di bawah reruntuhan bangunan yang runtuh di Kahramanmaras, sehari setelah gempa berkekuatan 7,8 skala richter menghantam bagian Tenggara Turki, Selasa (7/2/2023). Beberapa kerusakan terberat terjadi di dekat pusat gempa antara Kahramanmaras dan Gaziantep, sebuah kota berpenduduk dua juta orang di mana seluruh blok kini menjadi reruntuhan di bawah timbunan salju. (Adem ALTAN/AFP)

Upaya penyelamatan dilaporkan telah menjadi lebih jarang. Salah satunya, karena batasan berapa lama tubuh manusia dapat bertahan hidup tanpa air.

Seorang ahli pengobatan darurat Prof Tony Redmond mengungkapkan faktor lain, termasuk seberapa banyak ruang yang dimiliki orang yang terperangkap untuk bernapas dan seberapa parah luka mereka.

Redmond juga menggarisbawahi, suhu dingin di Turki dan Suriah adalah pedang bermata dua.

"Jika Anda sangat kedinginan, pembuluh darah Anda menyusut dan Anda bisa bertahan sedikit lebih lama dari luka Anda. Tapi, terlalu dingin itu sendiri berbahaya," ujarnya seperti dikutip dari BBC.

Dengan menggunakan kamera termal dan anjing pelacak, tim pencari dan penyelamat kini terus menjelajahi sisa-sisa bangunan yang runtuh untuk menemukan korban selamat yang tersisa.

Di lain sisi, fokus kini beralih ke upaya pemulihan korban, tempat tinggal, dan makanan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya