Keajaiban Masih Terjadi: 9 Orang Korban Gempa Turki 6 Februari 2023 Berhasil Diselamatkan

Salah satu dari sembilan orang korban gempa Turki 6 Februari 2023 yang berhasil diselamatkan pada Selasa (14/2), adalah perempuan usia 77 tahun bernama Fatma Gungor.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 15 Feb 2023, 06:54 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2023, 06:46 WIB
Korban Gempa Turki dan Suriah
Beberapa orang duduk di dekat api unggun menunggu kabar tentang kerabat mereka di dekat puing-puing bangunan yang runtuh di Hatay, Turki, Senin (13/2/2023). Seminggu setelah gempa bumi meluluhlantakkan sebagian wilayah Turki dan Suriah jumlah korban terus meningkat hingga melebihi 35.000 jiwa dan jutaan orang membutuhkan bantuan. (BULENT KILIC/AFP)

Liputan6.com, Ankara - Sembilan orang korban gempa Turki 6 Februari 2023 berhasil diselamatkan dari reruntuhan pada Selasa (14/2/2023).

Presiden Recep Tayyip Erdogan mengungkapkan bahwa angka kematian akibat gempa Turki meningkat menjadi 35.418 orang. Sementara itu, data PBB dan kantor berita Suriah, SANA, menyebutkan bahwa jumlah korban tewas di negara yang dilanda perang saudara itu 5.814 orang. Dengan demikian, total korban tewas di kedua negara melampaui 41.000 orang.

Erdogan mengakui terdapat masalah dalam respons awal terhadap gempa magnitudo 7,8. Namun, menurutnya, situasi sekarang terkendali.

"Kita menghadapi salah satu bencana alam terbesar tidak hanya di negara kami tapi juga dalam sejarah kemanusiaan," ujar Erdogan dalam pidatonya seperti dikutip dari Channel News Asia, Rabu (15/2/2023).

Mereka yang diselamatkan pada Selasa, termasuk dua saudara laki-laki usia 17 dan 21 tahun, yang "ditarik" dari reruntuhan apartemen di Provinsi Kahramanmaras. Seorang pria dan perempuan muda Suriah juga berhasil diselamatkan setelah terjebak selama lebih dari 200 jam di reruntuhan di Antakya.

Salah satu dari sembilan orang yang berhasil diselamatkan pada Selasa adalah lansia bernama Fatma Gungor. Perempuan usia 77 tahun itu dikeluarkan dari reruntuhan di Provinsi Adiyaman pada Selasa malam atau sekitar 212 jam setelah gempa dahsyat terjadi.

Fase Penyelamatan Segera Berakhir

Melihat dari Satelit Sejumlah Wilayah di Turki yang Hancur Diguncang Gempa
Gambar Citra satelit menunjukkan kerusakan bangunan, pemindahan puing-puing, dan tempat penampungan sementara di Kahramanmaras, Turki, Senin, 13 Februari 2023. Terdapat kerusakan signifikan pada infrastruktur penting di seluruh wilayah tersebut. (Gambar satelit ©2023 Maxar Technologies melalui AP)

Otoritas PBB telah menyatakan bahwa fase penyelamatan akan segera berakhir. Selanjutnya, fokus akan dialihkan untuk membantu orang-orang yang kini tanpa tempat berlindung atau makanan yang cukup dalam cuaca yang sangat dingin.

"Orang-orang sangat menderita. Kami mengajukan permohonan untuk menerima tenda, bantuan, atau semacamnya, tetapi sampai sekarang kami tidak menerima apa-apa," kata Hassan Saimoua, seorang pengungsi Suriah yang tinggal bersama keluarganya di sebuah taman bermain di Gaziantep, Turki.

Saimoua dan warga Suriah lainnya yang mengungsi di Gaziantep akibat perang saudara di tanah airnya, telah kehilangan tempat tinggal akibat gempa. Dia mencoba bertahan dengan plastik, selimut, dan karton untuk mendirikan tenda darurat di taman bermain tersebut.

"Kebutuhan sangat besar, meningkat setiap jam," kata Direktur WHO untuk Eropa Hans Henri P Kluge. "Sekitar 26 juta orang di kedua negara membutuhkan bantuan kemanusiaan."

"Ada juga kekhawatiran yang berkembang atas masalah kesehatan yang muncul terkait dengan cuaca dingin, kebersihan dan sanitasi, dan penyebaran penyakit menular - dengan orang-orang yang rentan khususnya yang berisiko."

Fenomena Baru

Layanan Psikologis Pasca Gempa
Seorang psikolog merawat anak-anak yang terdampak oleh gempa bumi berkekuatan 7,8 magnitudo yang melanda wilayah perbatasan Turki dan Suriah, Kahramanmaras, Senin (12/2/2023). Gempa dahsyat yang melanda Turki dan Suriah telah menelan puluhan ribu korban meninggal dunia. Korban tewas mencapai lebih dari 24.000 di Turki dan Suriah saat upaya penyelamatan terus berlanjut. (OZAN KOSE/AFP)

Di sebuah rumah sakit lapangan Turki di selatan Kota Iskenderun, Mayor Angkatan Darat India Beena Tiwari mengatakan, pasien awalnya datang dengan luka fisik, tetapi situasi berubah.

"Sekarang lebih banyak pasien datang dengan gangguan stres pascatrauma, menyusul semua guncangan yang mereka alami selama gempa," katanya.

Sejumlah keluarga di Turki dan Suriah mengatakan, mereka dan anak-anak mereka menghadapi dampak psikologis dari gempa tersebut.

"Setiap kali dia lupa, dia mendengar suara keras dan kemudian mengingatnya lagi," kata Hassan Moaz tentang anaknya yang berusia 9 tahun di Aleppo, Suriah.

"Saat dia tidur di malam hari dan mendengar suara, dia bangun dan memberitahu saya, 'Ayah, gempa susulan!'," ungkap Moaz.

Konvoi pertama bantuan PBB dilaporkan telah memasuki Suriah barat laut dari Turki melalui penyeberangan Bab al-Salam yang baru dibuka. Suriah barat laut sendiri dikuasai pemberontak.

"Sepuluh truk Organisasi Internasional untuk Migrasi yang membawa bantuan kemanusiaan telah melewati penyeberangan Bab al-Salam ke Suriah barat laut dari Turki," kata juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan kepada Al Jazeera.

Presiden Suriah Bashar al-Assad pada Senin (13/2) setuju untuk mengizinkan bantuan PBB masuk dari Turki melalui dua penyeberangan perbatasan lagi, yakni Bab Al-Salam dan Al Raee.

Adapun 26 truk bantuan antarlembaga lainnya dilaporkan melewati perbatasan Bab al-Hawa, yang menjadi satu-satunya titik untuk menjangkau langsung masyarakat di Suriah barat laut.

Menurut PBB, hampir sembilan juta orang di Suriah terdampak gempa Turki dan dibutuhkan US$ 400 juta untuk mendukung mereka.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya