Liputan6.com, Bombay -- Bepergian keliling dunia dan merasakan pengalaman beragam budaya mungkin menjadi mimpi bagi banyak orang. Salah satunya seorang wanita petualang asal Amerika Serikat (AS) ini, yang telah berhasil mencapai mimpinya.
Tidak hanya berpergian saja, dia juga tertantang untuk berkencan dengan pria di setiap negara yang dirinya kunjungi. Berharap untuk bertemu dengan cinta sejati dalam hidupnya.
Mengutip media Mirror, Kamis (31/5/2023), adalah Starly Santos yang berusia 27 tahun dan telah mengikuti hasratnya untuk bepergian serta menemukan pria impiannya.
Advertisement
Sampai dengan saat ini, Starly telah menghabiskan £100.000 yaitu sekitar Rp1,8 miliar untuk solo traveling berkeliling dunia.
Petualangan ini dimulai saat Starly masuk usia 22 tahun, dia memutuskan untuk membuat resolusi tahun baru untuk berkencan dengan pria dari berbagai negara demi menemukan pasangan yang cocok.
Sejauh ini, dia telah melakukan perjalanan ke 75 negara – dan berkencan dengan pria di 15 negara di antaranya tahun ini saja.
Starly mengatakan bahwa tantangan itu membuatnya benar-benar merasakan budaya dari negara-negara yang dia kunjungi.
"Saya suka menjelajahi budaya yang berbeda dan bertemu orang baru, dan saya tentu pada akhirnya ingin bertemu pasangan yang tepat untuk saya, jadi menurut saya ini akan menjadi cara yang bagus untuk melakukannya!" kata Starly, yang lahir dan dibesarkan di AS.
Selama ini dia bertemu dengan kencannya melalui aplikasi seperti Bumble. Tetapi setelah menceritakan tujuannya secara online dan menjadi viral di TikTok, influencer tersebut telah dibanjiri tawaran – yang menyebabkan pria berebut mengajaknya kencan.
Starly, yang bekerja sebagai investor berkata, "Saya memiliki formulir aplikasi kencan di situs web pribadi. Saya telah menerima ratusan aplikasi dari berbagai negara di seluruh dunia."
Pengalaman Berkencan Sejauh ini
Saat ini, Starly sedang menetap di Sri Lanka, tetapi dia sudah mencatat beberapa pengalamannya lalunya.
Dia mengatakan bahwa kencan di Amerika Utara terasa lebih kasual dan dangkal, terdapat banyak budaya dan kencan yang tidak serius.
Di Amerika Selatan, laki-laki biasanya lebih tegas dan peran gender juga terasa sangat jelas, "berkencan di sana rasanya lebih santai dan menyenangkan".
Sementara kalau di Asia, mereka secara umum lebih konservatif, tetapi juga memiliki koneksi yang lebih puitis dan bermakna.
Kalau di Eropa, pacaran terasa "lebih intelektual dan kultural" karena negara-negara di benua Eropa saling berdekatan. "Kebanyakan orang berbicara setidaknya dua bahasa, tetapi seringkali lebih," tambahnya.
Advertisement
Kencan Favorit Sejauh ini
Menamai teman kencannya berdasarkan tempat-tempat yang ia kunjungi, dari semua 15 kencannya, 'Mr Bombay' telah menjadi favoritnya sejauh ini.
Dia berkata, "Kami match di Bumble, tetapi sudah memiliki beberapa teman yang sama. Dia bekerja sebagai pengembang real estat, investor, dan baru saja menyelesaikan sekolah hukum."
"Dia di Mumbai dan menjadi kencan terbaik karena saya merasakan koneksi yang paling kuat. Sebagian besar laki-laki hampir semuanya menawarkan atau bersikeras untuk membayar, tetapi jika kami melakukan banyak kegiatan, saya mencoba untuk membayar setidaknya satu kali!"
Menurut Starla, petualangannya membuat dia memiliki hubungan yang jauh lebih bermakna, otentik, dan sehat saat berkencan.
Tujuannya Keliling Dunia
Starly berniat untuk terus melakukan perjalanan ke berbagai negara, dan menjalin hubungan yang bermakna di seluruh dunia sebelum menetap untuk selamanya.
Dia berkata, "Saya berharap untuk bertemu seseorang yang benar-benar saya sukai dan dapat melihat masa depan bersama, tetapi jika tidak tercapai, saya juga akan tetap memiliki pengalaman perjalanan yang sangat unik dan berwawasan di sepanjang jalan."
Rencananya, dia ingin terus berpergian dan berkencan setidaknya selama dua tahun lagi, terlepas dari siapa yang dia temui.
Dia menambahkan, "Saya terbuka untuk menetap jika bertemu seseorang yang sangat saya sukai. Tapi saya mungkin akan bepergian lebih lama, sampai menemukan seseorang yang pantas!"
Selain itu, dia juga bertujuan untuk menginspirasi orang lain dan mematahkan stigma seputar perjalanan solo yang 'berbahaya'.
“Dengan berbagi pengalaman saya, saya berharap dapat menginspirasi orang lain untuk keluar dari zona nyaman mereka dan mendobrak stigma yang ada di belahan dunia tertentu."
"Membuat hubungan yang bermakna dengan orang-orang dari seluruh dunia adalah alasan saya melakukan perjalanan ini, dan saya berharap juga dapat mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama."
Advertisement