Liputan6.com, Manama - Bahrain pada Kamis (2/11/2023), mengumumkan bahwa duta besarnya untuk Israel telah dipanggil pulang dan sebaliknya, duta besar Israel di Manama telah angkat kaki. Fenomena ini dipicu oleh perang Hamas Vs Israel yang masih terjadi hingga hari ini.
Pengeboman besar-besaran Jalur Gaza oleh Israel yang telah menewaskan 9.061 warga Palestina, termasuk 3.760 anak-anak, memicu amarah dunia.
Baca Juga
Tempati Posisi 3 Klasemen Kualifikasi, Begini Peluang Timnas Indonesia Lolos ke Piala Dunia 2026
Erick Thohir Tentang Lokasi Kandang Timnas Indonesia untuk Lawan Bahrain: SUGBK Masih yang Terbaik
Hasil Kualifikasi Piala Dunia 2026: Timnas Indonesia Kalah 0-4 dari Jepang, Lebih Baik dari Bahrain dan China
Pernyataan pemerintah Bahrain tidak mengonfirmasi bahwa hubungan ekonomi kedua negara telah terputus, seperti yang dinyatakan parlemen sebelumnya, namun mengatakan bahwa penerbangan antara kedua negara telah ditangguhkan selama beberapa minggu.
Advertisement
Pernyataan tersebut tidak menjelaskan apakah itu berarti duta besar Israel diusir.
Dalam pernyataannya, parlemen Bahrain menggarisbawahi bahwa langkah tersebut menegaskan posisi bersejarah Bahrain dalam mendukung perjuangan Palestina.
"Dewan Perwakilan menegaskan bahwa duta besar Israel di Kerajaan Bahrain telah meninggalkan Bahrain dan Kerajaan Bahrain telah memutuskan kembalinya duta besar Bahrain untuk Israel," ungkap parlemen Bahrain, seperti dilansir Reuters, Jumat (3/11).
"Penghentian hubungan ekonomi juga telah diputuskan," sebut pernyataan yang sama tanpa menjelaskan siapa yang mengambil keputusan tersebut.
Israel sebelumnya mengatakan pihaknya tidak menerima kabar mengenai tindakan tersebut dan mengklaim bahwa hubungannya dengan Bahrain stabil.
Kementerian Luar Negeri Israel dalam pernyataannya menuturkan, "Kami ingin mengklarifikasi bahwa tidak ada pemberitahuan atau keputusan yang diterima dari pemerintah Bahrain dan pemerintah Israel untuk memulangkan duta besar negara tersebut. Hubungan antara Israel dan Bahrain stabil."
Penangguhan hubungan diplomatik dan ekonomi apa pun, jika benar terjadi, akan menandai kemunduran yang signifikan bagi Israel.
Harapan Israel Normalisasi Hubungan dengan Arab Saudi Pupus?
Bahrain, yang merupakan rumah bagi Armada Kelima Angkatan Laut Amerika Serikat (AS), adalah penandatangan Abraham Accords, serangkaian perjanjian normalisasi antara Israel dan beberapa negara Arab pada tahun 2020.
Perjanjian antara Israel dan negara-negara Arab -yang merupakan pertama sejak tahun 1994- itu dimediasi oleh AS.
Israel berharap perjanjian tersebut pada akhirnya akan membuka jalan bagi perjanjian normalisasi dengan Arab Saudi, negara minyak dan muslim yang memiliki pengaruh besar di Timur Tengah. Namun, perang Hamas Vs Israel telah memberikan pukulan mundur terhadap rencana mereka.
Bulan lalu, ketika berbicara dalam konferensi investasi di Arab Saudi, Menteri Keuangan Bahrain Sheikh Salman bin Khalifa Al-Khalifa mengatakan penting untuk terus membangun jembatan ketika ditanya tentang Abraham Accords.
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Bahrain Abdulla bin Adel Fakhro menolak berkomentar pada Oktober ketika ditanya tentang status hubungan perdagangan dan investasi dengan Israel.
Advertisement
Sekutu Arab Saudi
Perang terbaru dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun dimulai ketika Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan 1.400 orang dan menyandera lebih dari 200 orang.
Bahrain adalah sebuah pulau kecil di Teluk di mana sekutu Arab Saudi, keluarga kerajaan Al Khalifa, memerintah atas populasi mayoritas syiah.
Para analis mengatakan pemulihan hubungan dengan Israel sebagian disebabkan oleh ketakutan yang sama terhadap Iran.
Parlemen Bahrain sendiri terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Syura yang beranggotakan 40 orang yang ditunjuk oleh raja.