Liputan6.com, Gaza - Pada hari Sabtu (9/11), Qatar mengumumkan menangguhkan perannya sebagai mediator dalam pembicaraan tidak langsung menuju gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera dalam perang Israel vs Hamas di Gaza yang telah berlangsung selama lebih dari setahun.
Tak lama kemudian, seorang pejabat senior Hamas pada hari Jumat (15/11) mengatakan kelompok itu "siap untuk gencatan senjata" di Gaza, mendesak Presiden terpilih AS Donald Trump untuk "menekan" Israel saat terus menggempur wilayah Palestina.
Baca Juga
"Qatar akan melanjutkan upaya tersebut... ketika para pihak menunjukkan kemauan dan keseriusan mereka," kata juru bicara kementerian luar negeri Doha Majed Al Ansari dalam sebuah pernyataan.
Advertisement
Hal itu terjadi hampir seminggu setelah Qatar, yang menjadi tuan rumah bagi sebagian besar biro politik kelompok Palestina itu, mengumumkan akan menangguhkan perannya sebagai mediator dalam perang tersebut dan mendesak semua pihak untuk menunjukkan "keseriusan".
"Hamas siap mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza jika proposal gencatan senjata diajukan dan dengan syarat bahwa proposal itu dihormati" oleh Israel, anggota biro politik Hamas yang berbasis di Doha, Bassem Naim, mengatakan kepada AFP yang dikutip Sabtu (16/11/2024).
"Kami menyerukan kepada pemerintah AS dan Trump untuk menekan pemerintah Israel agar mengakhiri agresi."
Pengumuman hari Jumat (15/11) oleh Hamas muncul saat Israel terus menyerang Gaza, dengan penduduk kota Deir el-Balah mencari-cari di antara puing-puing rumah mereka yang hancur setelah serangan semalam.
"Saya terbangun karena pengeboman pada pukul 2:30 pagi dan terkejut dengan puing-puing dan kaca yang jatuh menimpa saya dan anak-anak saya," kata Mohamed Baraka, salah seorang penduduk, seraya menambahkan bahwa serangan itu "mengakibatkan tiga orang mati syahid dan 15 orang luka-luka".
"Akhiri perang ini... karena ada orang-orang tak berdosa yang kehilangan anak-anak tak berdaya yang tidak ada hubungannya dengan ini," kata Mohamed Baraka.
Video Penyanderaan
Menurut penghitungan AFP atas angka resmi Israel, 1.206 kematian tercatat akibat perang meletus dengan serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel. Sebagian besar warga sipil.
Kampanye pembalasan Israel telah menewaskan 43.764 orang di Gaza, sebagian besar dari mereka warga sipil, menurut angka dari kementerian kesehatan wilayah yang dikuasai Hamas yang dianggap dapat diandalkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Militan juga menculik 251 sandera selama serangan itu, 97 di antaranya masih ditahan di Gaza, termasuk 34 yang menurut militer Israel telah tewas.
Sebelumnya pada hari Jumat, kelompok militan Islamic Jihad (Jihad Islam) yang bersekutu dengan Hamas merilis klip baru sandera Israel Sasha Trupanov, setelah mengeluarkan video pertama awal minggu ini.
Trupanov, 29 tahun, adalah warga negara Rusia-Israel yang diculik bersama pacarnya, Sapir Cohen, dari kibbutz Nir Oz di dekat perbatasan Gaza.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyerukan pembebasan Trupanov dan sandera lainnya, Maxim Herkin, dalam komentar yang disampaikan sebelum klip terbaru dirilis.
Ketakutan meningkat atas nasib para sandera setelah Qatar mengumumkan penarikan diri dari pembicaraan mediasi -- pukulan terbaru dalam proses negosiasi yang berlarut-larut yang telah menemui jalan buntu berulang kali.
Advertisement
Israel Terus Serang Lebanon
Sementara itu, Israel pada hari Jumat (15/11) juga terus menyerang Lebanon, di mana ia mengintensifkan serangan udaranya pada bulan September dan kemudian mengirim pasukan darat setelah setahun melakukan pertukaran lintas batas dengan intensitas rendah dengan kelompok Hizbullah yang didukung Iran.
Sebuah bangunan di pinggiran selatan Beirut runtuh dalam kepulan asap dan debu raksasa, seorang fotografer AFP melaporkan, saat dua serangan yang dikaitkan dengan Israel menghantam benteng Hizbullah.
Serangkaian gambar dari serangan itu menangkap proyektil yang jatuh menghantam lantai bawah bangunan, yang meletus dalam bola api besar, menyebabkan bangunan itu runtuh.
National News Agency (NNA) atau Kantor Berita Nasional milik pemerintah Lebanon melaporkan "serangan besar yang dilakukan oleh pesawat musuh Israel" di wilayah Ghobeiri di Beirut selatan.
Dikatakan bahwa serangan itu didahului oleh dua serangan rudal terhadap target yang sama oleh pesawat nirawak Israel.
Serangan itu menyusul seruan militer Israel untuk mengevakuasi wilayah tersebut. Seruan evakuasi yang diunggah di X oleh juru bicara militer Israel Avichay Adraee memerintahkan penduduk untuk pergi, memperingatkan akan adanya serangan yang akan segera terjadi.
"Semua penduduk di pinggiran selatan, khususnya ... di wilayah Ghobeiri, Anda berada di dekat fasilitas dan kepentingan yang berafiliasi dengan Hizbullah," kata Adraee dalam unggahan berbahasa Arab di X.
"Demi keselamatan Anda dan keselamatan anggota keluarga Anda, Anda harus segera mengevakuasi gedung-gedung ini dan yang berdekatan dengannya."
Kemudian pada pagi harinya, serangan kedua menghantam wilayah Bourj al-Barajneh di pinggiran selatan, seorang wartawan AFP melaporkan.
NNA mengatakan dua rudal telah ditembakkan oleh "pesawat musuh".
Pihak berwenang Lebanon mengatakan lebih dari 3.380 orang telah tewas sejak Oktober tahun lalu, ketika Hizbullah dan Israel mulai saling tembak.