Liputan6.com, Gaza - Rumah Sakit Al-Quds di Kota Gaza telah menutup sebagian besar operasionalnya setelah kehabisan bahan bakar dan bertahan di tangah pengeboman harian Israel di sekitar kompleks medis sejak Minggu 5 November.
Rumah sakit tersebut, yang terletak di lingkungan Tal al-Hawa dan dijalankan oleh Palestine Red Crescent Society (PRCS) atau Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan pihaknya terpaksa menghentikan sebagian besar layanan "untuk menjatah penggunaan bahan bakar dan memastikan tingkat layanan minimum dalam beberapa hari mendatang".
Baca Juga
Pemerintah telah mematikan generator utamanya. Kini hanya mengoperasikan generator yang lebih kecil untuk menyediakan layanan penting dan pasokan listrik dua jam sehari kepada pasien, serta untuk 14.000 pengungsi internal yang berlindung di sana. Bangsal bedah dan pabrik penghasil oksigen telah ditutup.
Advertisement
"Kita berbicara tentang penembakan sekitar 15 meter [16 yard] dari gedung rumah sakit. Sebagian besar bangunan di sekitar rumah sakit hampir hancur total. Pengeboman semakin mendekat ke rumah sakit, dan kami khawatir akan terjadi serangan langsung ke rumah sakit," ujar juru bicara PRCS Nebal Farsakh mengatakan kepada Al Jazeera, dikutip Kamis (9/11/2023).
Sebagian besar jalan menuju Rumah Sakit Al-Quds juga kabarnya telah ditutup, sehingga memaksa petugas medis di ambulans mengambil satu rute, terjal, dan tidak beraspal untuk menjangkau korban cedera.
"Kami memiliki sekitar 500 pasien di dalam rumah sakit. Kami memiliki 15 pasien di ICU. Mereka terluka dan menggunakan alat bantu pernapasan. Kami memiliki bayi baru lahir di inkubator. Kami memiliki 14.000 pengungsi, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak," kata Farsakh.
"PRCS telah kehabisan pilihan", kata Farsakh, seraya menambahkan bahwa mereka telah berulang kali memperingatkan selama dua minggu bahwa "persediaan bahan bakar akan habis jika pasukan pendudukan Israel terus menolak mengizinkan bahan bakar memasuki Jalur Gaza".
18 Rumah Sakit Tidak Berfungsi Sejak Perang Israel-Hamas 7 Oktober 2023
Israel memberlakukan pengepungan total terhadap Gaza dua hari setelah perang dimulai pada tanggal 7 Oktober, memperketat blokade yang sudah ada sejak tahun 2007 dan sangat membatasi masuknya bantuan, makanan, air, listrik dan bahan bakar.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 18 rumah sakit tidak berfungsi sejak perang dimulai, baik karena kehabisan bahan bakar atau karena pemboman.
Bashar Murad, direktur layanan medis darurat di PRCS, yang bekerja di Rumah Sakit Al-Quds, menggambarkan situasi di fasilitas tersebut "sebagai yang paling mengancurkan" dalam sejarah organisasi tersebut.
"Pada hari Minggu, serangan udara Israel mengebom pintu masuk rumah sakit kami, mengakibatkan tewasnya empat orang di pintu masuk dan melukai 35 orang, 12 di antaranya berada di dalam rumah sakit,” kata Murad.
Dia menambahkan bahwa setengah dari ambulansnya tidak dapat digunakan sementara tempat penyimpanan pusatnya terkena dampak dan sebagian hancur.
"Kami kehilangan semua obat-obatan dan peralatan di tempat penyimpanan senilai sekitar $5 juta," kata Murad, yang keluarganya telah melarikan diri ke Khan Younis.
“Saya tinggal di [Kota] Gaza karena saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan dalam keadaan seperti ini.”
Advertisement
Penembakan di Dekat Rumah Sakit
Israel telah melakukan penembakan di dekat beberapa rumah sakit dalam beberapa hari terakhir, membunuh dan melukai pasien serta membuat orang kehilangan tempat tinggal dan semakin membatasi penyediaan layanan.
Sebelumnya pada hari Rabu, sebuah masjid dihantam bom di dekat Rumah Sakit Nasser di Khan Younis di Gaza selatan, tempat banyak pengungsi Palestina pindah setelah mengindahkan seruan Israel untuk mengevakuasi wilayah utara.
"Hanya 100 meter [110 yard] dari Rumah Sakit [Nasser], sebuah masjid – masjid terbesar di wilayah tersebut – hancur total akibat serangan udara," Hani Mahmoud dari Al Jazeera melaporkan dari Khan Younis.
"Yang meresahkan dari serangan udara ini adalah serangan tersebut terjadi di tengah jalan yang sibuk – jalan utama menuju gerbang samping rumah sakit dan juga pasar yang sibuk dengan begitu banyak orang di luar sana yang berbelanja kebutuhan sehari-hari," jelasnya.
"Ada juga toko roti di sebelah masjid di mana setidaknya ratusan orang sedang menunggu roti," katanya. Jumlah korban belum diketahui.
Militer Israel menuduh kelompok Palestina Hamas menggunakan rumah sakit dalam kampanye militer mereka melawan Israel.
"Hamas menempatkan pasukan dan senjata di dalam, di bawah dan di sekitar sekolah, masjid, rumah dan fasilitas PBB," kata juru bicara militer Israel Daniel Hagari kepada wartawan pada hari Minggu. "Salah satu kejahatan perang Hamas yang terburuk adalah penggunaan rumah sakit untuk menyembunyikan infrastruktur teror mereka.”
Hamas telah berulang kali menolak tuduhan tersebut.
Ketua Komite Qatar untuk Rekonstruksi Gaza, Mohammed al-Emadi, mengatakan tuduhan Israel adalah “upaya terang-terangan untuk membenarkan tindakan pendudukan yang menargetkan fasilitas sipil, termasuk rumah sakit, sekolah, tempat berkumpulnya penduduk dan tempat penampungan pengungsi".
Soal Terowongan Hamas
Investigasi Al Jazeera baru-baru ini menemukan bahwa tidak ada alasan untuk mendukung anggapan Israel bahwa terowongan Hamas berada di bawah Rumah Sakit Sheikh Hamad yang didanai Qatar di Gaza utara.
Rumah sakit dan ambulans telah diserang beberapa kali. Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan setidaknya 39 fasilitas kesehatan, termasuk 22 rumah sakit, telah rusak sejak perang dimulai.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 193 petugas kesehatan telah tewas sejak dimulainya perang sementara 45 ambulans hancur.
Setidaknya 10.569 warga Palestina, termasuk 4.324 anak-anak, telah terbunuh di Jalur Gaza sejak konflik meletus, sementara seluruh lingkungan di Jalur Gaza menjadi puing-puing. Sekitar 1,5 juta orang kini menjadi pengungsi internal di Gaza, menurut PBB.
Lebih dari 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, tewas dalam serangan Hamas di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, yang memulai perang Gaza terbaru.
Advertisement