5,5 Ton Air Radiaktif PLTN Fukushima Jepang Bocor, Operator Klaim Tak Ada Kontaminasi di Luar

Diperkirakan 5.500 liter air radioaktif bocor dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima di Jepang, namun tidak ada tanda-tanda kontaminasi yang terdeteksi di luar fasilitas tersebut, kata operator PLTN.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 08 Feb 2024, 17:21 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2024, 17:21 WIB
Rencana Kontroversial Jepang Lepas Air Limbah PLTN Fukushima ke Laut
Tangki penyimpanan air yang terkontaminasi di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi milik Tokyo Electric Power Company (TEPCO) di Okuma, Prefektur Fukushima, Jepang, 20 Januari 2023. Setelah 12 tahun bencana nuklir yang dipicu oleh gempa bumi besar dan tsunami, para pekerja di PLTN Fukushima Daiichi bersiap untuk membuang air limbah yang sudah diolah ke laut. (Philip FONG/AFP)

Liputan6.com, Tokyo - Diperkirakan 5.500 liter air radioaktif bocor dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima di Jepang, namun tidak ada tanda-tanda kontaminasi yang terdeteksi di luar fasilitas tersebut, kata operatornya, Kamis (8/2/2024).

Juru bicara Tokyo Electric Power Co (TEPCO) mengatakan kepada AFP bahwa kebocoran air radioaktif terdeteksi di bagian pabrik yang memproses air yang terkontaminasi.

"Kami memperkirakan sekitar 5,5 ton (5.500 liter) air bocor pada Rabu (7/2) pagi, namun tidak ada perubahan signifikan di pos-pos pemantauan radioaktivitas di sekitar pembangkit listrik," kata operator TEPCO seperti dikutip dari AFP.

Meski begitu, TEPCO berencana untuk menghilangkan tanah di sekitar area yang mungkin telah terkontaminasi, kata juru bicara tersebut, tanpa memberikan rincian spesifik mengenai lokasi kebocoran air.

PLTN Fukushima hancur akibat gempa bumi besar dan tsunami pada tahun 2011 yang menewaskan 18.000 orang. Itu adalah salah satu bencana nuklir terburuk dalam sejarah.

Operasi pembersihan diperkirakan akan memakan waktu puluhan tahun, dan bagian yang paling berbahaya – menghilangkan bahan bakar radioaktif dan puing-puing dari tiga reaktor yang rusak – belum dimulai.

Pada Agustus 2023, Jepang mulai secara bertahap melepaskan 1,34 juta ton air limbah olahan yang dikumpulkan sejak bencana ke Samudera Pasifik, dengan mengatakan bahwa air tersebut tidak berbahaya dan sangat encer dengan air laut.

Pandangan ini didukung oleh pengawas atom PBB, namun Tiongkok dan Rusia mengkritik pelepasan tersebut dan melarang impor makanan laut Jepang.

 

Kebocoran Diketahui Saat Pembersihan Ventilasi

Limbah Nuklir Fukushima Jepang
Pembuangan limbah nuklir dari PLTN Fukushima Daiichi menjadi sebuah langkah kontroversial, namun merupakan tonggak sejarah bagi perjuangan Jepang menghadapi persediaan air radioaktif yang terus meningkat. (Kyodo News via AP)

Kebocoran pada hari Rabu (7/2) terjadi di fasilitas yang memproses air sebelum sebagian besar unsur radioaktif disaring di fasilitas canggih berbeda yang dikenal sebagai ALPS.

TEPCO mengatakan kebocoran dari ventilasi diketahui oleh seorang pekerja yang sedang membersihkan ventilasi sebelum mengoperasikan fasilitas tersebut.

"Ventilasi seharusnya ditutup selama pembersihan, tapi kali ini terbuka," kata juru bicara tersebut.

Insiden di PLTN Tsuruga

Dalam insiden terpisah, asap dan percikan api terdeteksi pada hari Kamis (8/2) di pembangkit listrik tenaga nuklir Tsuruga, yang sedang dalam proses dekomisioning.

"Situasi segera teratasi tanpa ada cedera atau kebocoran bahan radioaktif," kata juru bicara operator Japan Atomic Power kepada AFP.

Jepang Klaim Pembuangan ke-3 Air Olahan dari PLTN Fukushima Berlangsung Aman

Limbah Nuklir Fukushima Jepang
Pemandangan dari udara ini menunjukkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi di Fukushima, Jepang, Kamis (24/8/2023). Operator PLTN Fukushima Daiichi, Tokyo Electric Power Company Holdings TEPCO mulai melepaskan gelombang pertama air radioaktif yang telah diolah ke Samudera Pasifik. (Kyodo News via AP)

Sebelumnya, Jepang klaim pembuangan gelombang ketiga air limbah radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima berjalan dengan aman sesuai rencana.

Hal ini diungkapkan oleh pihak operator yang menjalankan tugas pada pada Senin (20/11/2023).

Sejumlah besar air limbah radioaktif telah terakumulasi di PLTN tersebut sejak rusak akibat gempa bumi dahsyat dan tsunami pada tahun 2011. PLTN tersebut mulai membuang air limbah yang telah diolah dan diencerkan ke laut pada tanggal 24 Agustus dan selesai melepaskan limbah ketiga seberat 7.800 ton pada Senin. Prosesnya diperkirakan memakan waktu puluhan tahun.

Pembuangan ini ditentang keras oleh kelompok-kelompok nelayan dan negara-negara tetangga termasuk China, yang melarang semua impor makanan laut dari Jepang, sehingga sangat merugikan produsen dan eksportir kerang dan makanan laut lainnya di Jepang.

Operator PLTN tersebut, Tokyo Electric Power Company Holdings, mengatakan pelepasan ketiga, seperti dua pelepasan sebelumnya, berjalan lancar dan bahwa sampel laut yang diuji oleh mereka dan pemerintah menunjukkan bahwa kadar semua radionuklida tertentu jauh lebih rendah dari standar keselamatan internasional.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, dalam pertemuan Jumat lalu dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik di San Francisco, meminta China untuk segera mencabut larangan makanan laut namun hanya mencapai kesepakatan yang samar-samar untuk “menemukan cara menyelesaikan masalah ini” melalui pertemuan dan dialog dengan cara yang konstruktif.”

Kedua pihak akan mengadakan pertemuan ilmiah untuk membahas pelepasan tersebut tetapi belum ada jadwal untuk kemungkinan pencabutan larangan tersebut, kata Kishida.

Infografis Naruhito Kaisar Baru Jepang
Infografis Naruhito Kaisar Baru Jepang. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya