Serangan Israel ke Rafah Hantam Kamp Pengungsi, 35 Warga Palestina Tewas

Serangan Israel dilaporkan menghantam kamp pengungsi Tel al-Sultan dan korban jiwa diperkirakan masih akan meningkat.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 27 Mei 2024, 18:45 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2024, 10:00 WIB
Didesak Israel, 80.000 Pengungsi Palestina Tinggalkan Rafah
Sebelumnya, Rafah merupakan salah satu wilayah pengungsian yang aman bagi warga Palestina sejak perang antara milisi Hamas dan Israel berkecamuk pada 7 Oktober 2023 lalu. (Foto: AFP)

Liputan6.com, Gaza - Petugas kesehatan Palestina mengatakan serangan udara Israel di Kota Rafah, Gaza selatan, menewaskan sedikitnya 35 orang pada hari Minggu (26/5/2024). Serangan itu menghantam tenda-tenda pengungsi, sementara banyak lainnya terjebak dalam puing-puing yang terbakar.

Otoritas Kesehatan Jalur Gaza mengatakan perempuan dan anak-anak merupakan korban terbanyak yang tewas dan puluhan lainnya terluka.

Serangan pada Minggu terjadi dua hari setelah Mahkamah Internasional (ICC) memerintahkan Israel mengakhiri serangan militernya di Rafah, di mana lebih dari separuh dari 2,3 juta penduduk Jalur Gaza mencari perlindungan sebelum kota itu diserang Israel awal bulan ini. Puluhan ribu orang masih berada di wilayah tersebut, sementara banyak lainnya telah mengungsi.

Rekaman dari lokasi serangan udara menunjukkan kerusakan parah. Tentara Israel mengonfirmasi serangan tersebut dan mengatakan bahwa serangan itu mengenai instalasi Hamas dan menewaskan dua militan senior Hamas. Mereka mengaku sedang menyelidiki laporan bahwa warga sipil terdampak.

"Menteri Pertahanan (Israel) Yoav Gallant berada di Rafah pada hari Minggu dan diberi pengarahan tentang pendalaman operasi di sana," sebut pernyataan Kementerian Pertahanan Israel, seperti dilansir kantor berita AP, Senin (27/5).

Seorang juru bicara Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat karena upaya pencarian dan penyelamatan terus berlanjut di lingkungan Tel al-Sultan di Rafah. Sumber yang sama menegaskan bahwa lokasi tersebut telah ditetapkan oleh Israel sebagai "kawasan kemanusiaan", yang tidak termasuk dalam wilayah yang mereka perintahkan untuk "dikosongkan" pada awal bulan ini.

Bantuan Masuk tapi Tetap Belum Jelas Distribusinya

Didesak Israel, 80.000 Pengungsi Palestina Tinggalkan Rafah
Badan PBB yang membantu pengungsi Palestina mengatakan pada 9 Mei 2024 sekitar 80.000 orang meninggalkan Rafah dalam tiga hari sejak Israel mengintensifkan operasi militer di kota Gaza selatan. (Foto: AFP)

Serangan udara tersebut dilaporkan terjadi beberapa jam setelah Hamas menembakkan rentetan roket dari Jalur Gaza yang membunyikan sirene serangan udara hingga Tel Aviv untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir.

Tidak ada laporan mengenai korban jiwa dalam serangan roket jarak jauh pertama dari Jalur Gaza sejak Januari. Sayap militer Hamas mengaku bertanggung jawab.

Militer Israel mengatakan delapan proyektil melintasi Israel setelah diluncurkan dari Rafah dan sejumlah dicegat, serta peluncurnya hancur.

Sebelumnya pada hari Minggu, militer Israel mengklaim 126 truk bantuan masuk melalui persimpangan Kerem Shalom.

Namun, belum jelas apakah kelompok kemanusiaan dapat mengakses bantuan tersebut – termasuk pasokan medis – mengingat adanya pertempuran. Penyeberangan tersebut sebagian besar tidak dapat diakses karena serangan Israel di Rafah. Badan-badan PBB mengatakan biasanya terlalu berbahaya untuk mengambil kembali bantuan tersebut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu Kembali memperingatkan bahwa perluasan serangan Israel di Rafah akan menimbulkan dampak bencana.

"Dengan operasi kemanusiaan yang hampir gagal, Sekjen PBB (Antonio Guterres) menekankan bahwa pemerintah Israel harus memfasilitasi pengambilan dan pengiriman pasokan kemanusiaan yang aman dari Mesir yang memasuki Kerem Shalom," kata juru bicara Guterres.

Mesir menolak membuka kembali sisi penyeberangan Rafah sampai kendali atas sisi Jalur Gaza diserahkan kembali ke Palestina. Mereka setuju untuk mengalihkan sementara lalu lintas melalui Kerem Shalom, terminal kargo utama Jalur Gaza, setelah adanya pembicaraan telepon antara Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi.

Israel merebut kendali perbatasan Rafah di sisi Jalur Gaza pada awal bulan ini.

Eskalasi di Tepi Barat

Ilustrasi Palestina.
Ilustrasi Palestina. (Dok. safary248/Pixabay)

Perang Israel Vs Hamas, sebut otoritas kesehatan Jalur Gaza, telah menewaskan hampir 36.000 warga Palestina. Israel menyalahkan kematian warga sipil pada Hamas, menyebut kelompok militant itu beroperasi di daerah pemukiman padat.

Sekitar 80 persen dari 2,3 juta penduduk Jalur Gaza telah meninggalkan rumah mereka, sementara kelaparan parah meluas.

Perang dimulai pada 7 Oktober 2023 setelah serangan Hamas ke Israel selatan, yang diklaim menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berulang kali menekankan bahwa Israel harus mengambil alih Rafah untuk melenyapkan sisa batalion Hamas dan mencapai kemenangan total.

Perang di Jalur Gaza juga meningkatkan ketegangan di Tepi Barat yang diduduki Israel. Pihak berwenang Palestina pada hari Minggu mengatakan pasukan Israel menembak mati seorang anak laki-laki berusia 14 tahun di dekat Kota Saeer, Tepi Barat selatan. Tentara Israel mengaku anak Palestina itu ditembak mati setelah mencoba menikam pasukan Israel di Persimpangan Beit Einun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya