Liputan6.com, Jakarta - Lembaga survei LSI Denny JA mengaku belum bisa mengambil kesimpulan apakah Pilkada Jakarta 2024 bakal berlangsung satu atau dua putaran. Peneliti LSI Denny JA Ardian Sopa mengatakan, hasil hitung cepat atau quick count masih perlu ditelisik lebih lanjut.
"Memang DKI Jakarta ini masih terbuka kemungkinan satu atau dua putaran karena memang selisih marginnya yang dengan kemenangan satu putaran itu masih terbuka, jadi masih bisa satu atau dua putaran," kata Ardian dalam keterangannya, dikutip Kamis (28/11/2024).
Advertisement
Baca Juga
Ardian merinci, hasil quick count LSI Denny JA untuk Pilkada Jakarta dengan data sampel masuk 99,0 persen dan voters turn out (VTO) 53,05 persen, memperlihatkan Cagub-Cawagub nomor urut 3 Pramono Anung-Rano Karno unggul di angka 49,95 persen.
Advertisement
Disusul Cagub-Cawagub nomor urut 1 Ridwan Kamil-Suswono di angka 39,37 persen. Kemudian, di posisi buncit ada Cagub-Cawagub nomor urut 2 Dharma Pongrekun dan Kun Wardana Abyoto di angka 10,68 persen.
"Sehingga jika misalnya ini bertarung satu putaran ini adalah kemenangan buat Bang Pram juga Mas Doel ya," kata dia.
Apabila Pilkada Jakarta 2 putaran, maka pertarungan bakal berlangsung antara Pramono-Rano dan Ridwan Kamil-Suswono. Ardian bilang, Ridwan Kamil-Suswono perlu kerja ekstra untuk mendapatkan suara pemilih Dharma-Kun sebesar 10,68 persen.
"Katakanlah misalnya Pramono Anung-Rano Karno tidak mencapai 50 persen lebih, tentu ini dia tinggal mengambil, menyisir sedikit saja suara dari Dharma Pongrekun yang ada ini," jelas Ardian.
"Kemudian juga, Ridwan Kamil ketika masuk putaran kedua Pilkada DKI Jakarta tentu juga hal yang lumayan memungkinkan, tetapi memang perlu kerja ekstra-ekstra keras karena pasar pasarnya sudah tidak begitu banyak," sambung dia.
Meski begitu, Ardian meyakini warga Jakarta yang memilih Paslon Dharma-Kun, sebenarnya adalah pemilih-pemilih militan. Mereka sejauh ini dinilai tidak mengarahkan dukungan ke Ridwan Kamil maupun ke Pramono Anung.
Charta Politika: Hanya 58 Persen Warga Jakarta yang Mencoblos di Pilkada 2024
Sementara itu, Lembaga konsultan politik, Charta Politika Indonesia merilis hasil temuannya, di mana salah satunya memotret tingkat partisipasi pemilih masyarakat Jakarta di Pilkada 2024.
Mereka mencatat terjadi penurunan partisipasi pemilih di Pilkada Jakarta 2024 ini, yaitu hanya mencapai 58 persen.
Sebagai perbandingan, pada Pilkada Jakarta tahun 2017, tingkat partisipasi pemilih di kota yang pernah menyandang nama Batavia ini tercatat sebesar 72 persen.
"Tingkat partisipasi yang menurun di DKI Jakarta. Di mana kemarin itu di tahun 2017 ada sekitar 72% orang memilih. Ada peningkatanlah pada saat itu, tapi pertarungan hari ini itu menurun di 58,14%," kata peneliti Charta Politika Indonesia, Dadang Nurjaman, di Jakarta Selatan, Rabu (27/11/2024).
Dia memperkirakan, turunnya partisipasi warga lantaran sempat ada isu untuk tidak mencoblos ataupun mencoblos semua paslon.
"Bisa jadi karena isu-isu beberapa yang muncul seperti mencoblos, tidak mencoblos, atau kemudian mencoblos semua, dan daripada datang kemudian mencoblos semua mungkin saja orang itu lebih pada tidak datang ke TPS," kata dia.
Menurut Dadang, penurunan tersebur juga bisa terjadi lantaran Parpol tidak memberi dukungan ke Anies Baswedan dan membuat pendukung Anies menjadi Golput.
"Mungkin saja dipengaruhi oleh faktor dukungan partai yang tidak ke salah satu tokoh misalnya seperti itu, kayak Anies, misalnya karena faktor itu. Anak abah nih nggak ikut semua gitu kan. Kan bisa jadi seperti itu," pungkasnya.
Â
Advertisement