Australia Tarik Produk Permen Jeli yang Sebabkan Halusinasi

Queensland dan Victoria juga telah mengeluarkan peringatan serupa terkait konsumsi permen jeli tersebut.

oleh Najma Ramadhanya diperbarui 29 Jun 2024, 12:51 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2024, 12:51 WIB
Ilustrasi permen
Ilustrasi permen (Dok.Unsplash)

Liputan6.com, Canberra - Australia dikabarkan telah menarik produk permen jeli jamur setelah adanya laporan konsumen yang dilarikan ke rumah sakit karena "detak jantung yang cepat" dan "halusinasi berat".

Food Standards Australia New Zealand pada hari Rabu (26/6/2024) memperingatkan orang-orang untuk tidak mengonsumsi permen jeli jamur Uncle Frog karena orang-orang tak terduga telah 'keracunan', seperti dikutip dari The Independent, Jumat (28/6).

Setidaknya lima orang telah dirawat di rumah sakit di New South Wales setelah mengonsumsi permen jeli "lion's mane" dan "cordyceps" sejak April 2024, yang mendorong departemen kesehatan negara bagian tersebut untuk mengeluarkan peringatan di bawah Undang-Undang Kesehatan Masyarakat.

Queensland dan Victoria juga telah mengeluarkan peringatan serupa.

Pemerintah Australia Selatan mengatakan bahwa seorang remaja laki-laki ditemukan dalam "kondisi tidak responsif" awal bulan Juni setelah menelan beberapa permen jeli. Remaja tersebut diberi perawatan dan telah pulih, tambahnya.

Orang-orang melaporkan daftar gejala seperti muntah terus-menerus, halusinasi mengganggu, detak jantung cepat, aktivitas yang mirip dengan kejang-kejang, dan gerakan tak terkendali setelah mengonsumsi permen jeli tersebut.

Laura Jones, seorang ibu dari tiga anak, mengatakan bahwa ia mulai mengalami gejala yang mengganggu tersebut hanya satu jam setelah mengonsumsi satu permen.

"Saya harus dibawa ke rumah sakit dengan ambulans. Saya mengalami takikardia, detak jantung saya mencapai 160," kata Jones kepada ABC.

Ia membeli permen jeli tersebut secara daring dengan berpikir bahwa itu mungkin bisa membantu kecemasan yang ia alami, tetapi malah mengalami "hal paling aneh yang pernah dialami".

"Saya merasa benar-benar di luar tubuh saya dan saya kehilangan ingatan jangka pendek saya. Itu adalah perasaan akan kematian yang datang,” katanya.

"Saya merasa, sejujurnya, seperti saya akan mati. Saya berpikir, 'Apa yang akan terjadi pada anak-anak?'"

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Mengklaim Bahwa Produk 100% Legal

Ilustrasi permen percakapan hati. (Unsplash/Laura Ockel)
Ilustrasi permen. (Unsplash/Laura Ockel)

Uncle Frog, perusahaan yang dicabut pendaftarannya awal bulan Juni ini, memasarkan dirinya sebagai bisnis yang menawarkan permen jeli yang dibikin "khusus" untuk "mendukung kesejahteraan secara keseluruhan", menurut situs webnya yang diarsipkan.

Perusahaan ini didaftarkan pada tahun 2023 dan mencantumkan Rohan Bandil, pria berusia 25 tahun dari Queensland, sebagai direktur tunggal dengan Brisbane sebagai basis utama bisnis ini.

Kemasan produk tersebut menyebutkan bahwa permen jeli ini "diinfus dengan hemp terbaik dari bumi" pada "1.000mg per porsi" dan situs webnya mengklaim produk ini "100% legal di Australia".

“Penyelidikan masih berlangsung untuk mengetahui apa yang terkandung dalam produk ini. Kami sangat menyarankan agar orang-orang tidak mengonsumsinya," kata Dr. Darren Roberts, direktur medis di New South Wales Poisons Information Centre.

Bandil mengeluarkan permintaan maaf pada hari Kamis 27 Juni, "Kami sangat menyesal bahwa hal ini terjadi pada mereka, ini bukanlah niat kami," katanya.


Tidak Boleh Dijual Lagi di Australia

Ilustrasi bendera Australia (pixabay)
Ilustrasi bendera Australia (pixabay)

Perusahaan Uncle Frog ini membatalkan semua pesanan dan "langsung menghentikan penjualan serta mengeluarkan pemberitahuan recall atau penaarikan" dalam waktu satu jam setelah dihubungi oleh otoritas tentang keberadaan bahan "novel" atau bahan yang tidak biasa dalam produknya, ujar Bandil.

Permen jeli "Lion’s mane" dan "cordyceps" diklasifikasikan sebagai "produk baru" yang tidak boleh dijual di Australia berdasarkan Australia New Zealand Food Standards Code.

Bandil sebelumnya mengklaim bahwa dirinya hanya bertanggung jawab atas penjualan dan distribusi, dan bahwa ia telah memberi tahu "pemasok" bahwa "kami tidak ingin lagi bekerja dengan kalian, ini benar-benar tidak masuk akal".


Kejadian Serupa di Jamaika

Ilustrasi permen
Ilustrasi permen (Gambar oleh Дарья Яковлева dari Pixabay)

Sebuah insiden lain pada tahun 2023 juga menegaskan pentingnya kewaspadaan dalam memilih camilan bagi anak.

Lebih dari 60 siswa SD di Jamaika dilarikan ke rumah sakit setelah mengonsumsi permen yang ternyata mengandung ganja, menurut pengumuman dari Fayval Williams, menteri pendidikan negara tersebut.

Melansir dari BBC, Williams, melalui unggahan di platform media sosial X menyatakan bahwa siswa yang terkena dampak dari permen ini mayoritas berasal dari wilayah St Ann's Bay, yang berjarak sekitar 80 km dari Kingston, ibu kota Jamaika.

Dampak dari mengonsumsi permen tersebut cukup parah, dengan beberapa di antaranya mengalami gejala, seperti muntah dan halusinasi, tetapi berita baiknya adalah tidak ada anak yang kondisinya kritis.

Dalam pernyataannya di X, Williams menekankan upaya medis yang dilakukan, "Tim medis berupaya keras untuk memulihkan kondisi para siswa," tulisnya. Beberapa anak bahkan memerlukan infus untuk membantu proses pemulihan mereka.

Kekuatan efek dari permen tersebut diilustrasikan dengan pernyataan salah satu anak, "Aku hanya makan satu permen dan rasanya seperti ini. Ini benar-benar produk yang sangat kuat dan berpotensi membahayakan."

Meskipun Williams menyebut Sekolah Dasar St Ann's Bay sebagai tempat asal anak-anak yang terdampak, beberapa laporan dari media setempat menyatakan bahwa beberapa siswa dari Sekolah Dasar Ocho Rios juga mengalami hal serupa.

Semua anak yang jatuh sakit diperkirakan berusia antara 7 hingga 12 tahun.

Infografis Penawar Racun & Silang Tunjuk Kasus Gagal Ginjal Akut Anak
Infografis Penawar Racun & Silang Tunjuk Kasus Gagal Ginjal Akut Anak (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya