Liputan6.com, Brisbane - Cyclone Debbie atau siklon "monster" pernah menghantam timur laut Australia pada Selasa, 28 Maret 2017, menyebabkan pemadaman listrik, merusak bangunan, dan menumbangkan pohon. Kota-kota pesisir terpaksa lockdown saat warga menghadapi hujan deras dan angin kencang.
Berdasarkan laporan AFP yang dikutip pada Jumat (28/3/2025), pulau-pulau di Great Barrier Reef yang menjadi destinasi favorit wisatawan mancanegara turut diterjang badai kategori empat ini. Dengan kecepatan angin mencapai 167 mil atau sekitar 270 km/jam, siklon menghantam pesisir negara bagian Queensland, menyebabkan kerusakan parah di wilayah tersebut.
Awalnya, ada kekhawatiran bahwa kedatangan badai ini akan bertepatan dengan pasang tinggi di pagi hari, yang bisa memicu banjir besar. Namun, badai ini melambat sebelum akhirnya menerjang wilayah antara Bowen dan Airlie Beach pada siang hari.
Advertisement
Meski telah diturunkan menjadi kategori tiga setelah memasuki daratan, dampaknya masih terasa luas. Wilayah yang terkena dampak membentang sejauh jarak antara London dan Berlin, meskipun beberapa area tidak mengalami kerusakan signifikan.
Cameron Berkman, seorang wisatawan yang tengah berada di Pulau Hayman, menggambarkan momen mencekam saat badai datang.
"Rasanya seperti berada di bawah kereta barang sepanjang malam. Angin berhembus kencang, menciptakan suara gemuruh yang membuat bangunan bergetar," ujarnya kepada Australian Broadcasting Corporation.
Politisi Queensland, Mark Ryan, mengatakan situasi di Airlie Beach juga kacau."Pohon tumbang di Airlie Beach, kaca jendela pecah, dan beberapa atap mulai runtuh," cuitnya di media sosial.
Komisaris Polisi Queensland, Ian Stewart, mengkonfirmasi adanya kerusakan struktural dan melaporkan bahwa setidaknya satu orang mengalami luka serius akibat tembok runtuh.
"Kami kemungkinan besar akan menerima lebih banyak laporan kerusakan dan, sayangnya, mungkin juga laporan tentang korban luka bahkan korban jiwa," katanya.
Badan Meteorologi Australia memperkirakan curah hujan bisa mencapai 20 inch atau sekitar 50 cm dan mengimbau warga untuk tetap waspada.
"Jangan keluar rumah jika Anda berada di tengah badai, karena angin berbahaya dapat kembali dari arah yang berbeda kapan saja," demikian pernyataan resmi badan tersebut.
30.000 Rumah Tanpa Listrik
Perdana Menteri Queensland, Annastacia Palaszczuk, menyebut badai ini sebagai "monster" yang akan berlangsung selama beberapa jam. Ia mengungkapkan bahwa setidaknya 30.000 rumah mengalami pemadaman listrik dan komunikasi di banyak daerah terputus.
Kondisi cuaca yang ekstrem membuat tim darurat kesulitan untuk menilai tingkat kerusakan. Pemerintah federal telah bersiap memberikan bantuan setelah badai mereda, termasuk pengiriman helikopter dan pesawat militer.
Warga sebelumnya telah bersiap menghadapi badai terburuk sejak Siklon Yasi pada 2011, yang kala itu merobohkan rumah-rumah dan menghancurkan lahan pertanian dengan kerugian mencapai A$1,4 atau sekitar Rp14 triliun. Insurance Council of Australia secara resmi menetapkan badai kali ini sebagai bencana, memungkinkan klaim asuransi diprioritaskan.
Sebanyak 3.500 warga di antara Home Hill dan Proserpine telah dievakuasi. Selain itu, 2.000 orang di Bowen juga dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Di Mackay, sekitar 25.000 orang yang tinggal di dataran rendah mencari perlindungan ke daerah yang lebih tinggi.
Di kota kecil Ayr, jalanan utama tampak kosong dengan bangunan-bangunan tertutup papan pelindung. Seorang petani lokal, Anthony Quirk, khawatir akan kehilangan seluruh tanaman kacang hijau seluas 150 hektare miliknya.
"Jika badai ini melintas di sini, semuanya akan hancur. Tanaman akan rebah ke tanah, tidak bisa dipanen, dan kami tidak akan punya apa-apa lagi," katanya. "Itu artinya kami harus memulai dari nol lagi. Semua uang dan usaha kami sia-sia."
Advertisement
