Liputan6.com, Jakarta - Seorang turis Australia berusia 39 tahun meninggal dunia dalam sebuah insiden kapal terbalik di lepas pantai Pulau Bali, Indonesia. Kapal yang disebut ditumpangi 13 orang, termasuk 11 warga Australia, terbalik di perairan dekat Denpasar pada Jumat pagi, 21 Maret 2025, sekitar pukul 08.30 WITA.
Advertisement
Turis Australia yang tewas berjenis kelamin perempuan yang bernama Anna Maree. Perempuan asal Canberra itu dilaporkan meninggal dunia saat hendak melakukan snorkeling.
Advertisement
Dalam insiden tersebut, menurut laporan The Daily Telegraph, dua warga negara Australia lainnya, Gabriel Hijniakoff (29) dari Brisbane, dan Cintamani Warington (32) yang menetap di Bali, terluka. The Associated Press melaporkan bahwa kapal Sea Dragon sedang dalam perjalanan ke Nusa Penida, sebuah pulau yang populer dan indah yang mudah dijangkau dari Denpasar, ketika insiden itu terjadi.
Mengutip laman news.com.auKasi Humas Polres Klungkung AKP Agus Widiono mengatakan gelombang tinggi menerjang kapal tersebut. Gelombang pertama menjatuhkan Maree ke laut. Gelombang kedua kemudian membalikkan seluruh kapal.
Kapal-kapal di sekitar datang untuk membantu mereka yang berada di air. Sebuah potret dari lokasi kejadian merekam sejumlah penumpang kapal duduk di lambung kapal yang terbalik.
Maree sempat diselamatkan dan dilaporkan mengalami luka bakar. Dia dilarikan ke rumah sakit, tetapi kemudian meninggal dunia. Dua warga Australia lainnya juga mengalami luka bakar, kemungkinan akibat panas mesin.
Seorang wanita Australia lainnya juga meninggal dunia di dekat lokasi yang sama beberapa menit setelah melakukan ekspedisi menyelam di Manta Point pada September2024. Wanita berusia 67 tahun yang diidentifikasi oleh media lokal sebagai Pamela Philip itu berada di lokasi menyelam populer dekat Nusa Penida.
Kecelakaan Kapal di Labuan Bajo
Hanya berselang sehari, kecelakaan kapal wisata terjadi di perairan Pulau Kelor, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi 10 penumpang kapal wisata Raja Bintang 02 yang tenggelam akibat cuaca buruk.
"Sebanyak 10 orang penumpang itu terdiri dari tujuh orang Warga Negara Asing (WNA) dan tiga orang merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) yakni kapten dan kru kapal," kata Kepala Kantor Basarnas Maumere Fathur Rahman saat dihubungi dari Labuan Bajo, Sabtu, 22 Maret 2025, dilansir dari Antara.
Ia menerangkan, kapal tersebut berangkat dari Labuan Bajo pada pukul 01.00 WITA untuk melakukan perjalanan wisata ke pulau-pulau di Labuan Bajo. Kapal itu berencana menginap di Pulau Kelor.
Saat itu, cuaca tidak bersahabat dengan angin kencang dan gelombang tinggi. Hal itu mengakibatkan jangkar larat (hanyut) ke arah daratan Kampung Menjaga di Pulau Kelor dan mengakibatkan kapal kandas serta terguling.
Advertisement
Korban Kapal Tenggelam Selamat
Para kru dan kapten kapal kemudian meminta pertolongan ke tim SAR gabungan untuk mengevakuasi para penumpang keluar dari Perairan Pulau Kelor. "Tim SAR gabungan langsung dikerahkan menuju lokasi kejadian dengan menggunakan RIB Pos SAR Manggarai Barat dan sesampainya di lokasi kejadian, kapal ditemukan terbalik dan kandas di Perairan Kelor," kata Fathur lagi.
Ia menyatakan sebelum tim SAR gabungan tiba, sebuah kapal nelayan yang berada di lokasi kejadian telah lebih dulu mengevakuasi seluruh penumpang menuju kapal pinisi bernama Sipakatau yang kebetulan berada di lokasi kejadian.
"RIB Pos SAR Manggarai Barat langsung menuju Kapal Pinisi Siapakatau dan membawa seluruh penumpang menuju Labuan Bajo," ujarnya.
Pada pukul 02.30 WITA, tim SAR gabungan bersama 10 orang penumpang Kapal Raja Bintang 02 tiba di Pelabuhan Marina Labuan Bajo. "Seluruh penumpang dalam keadaan selamat dan selanjutnya kembali ke penginapan masing-masing," katanya.
Associated Press melaporkan bahwa kecelakaan kapal telah menewaskan ratusan orang di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Kapal-kapal sering kali terlalu penuh, dan peraturan keselamatan diterapkan dengan buruk.
Kapal Pesiar Indonesia Masuk Majalah TIME
Terlepas dari kasus keamanan pelayaran yang terbilang rendah, nyatanya Indonesia tetap mencetak prestasi. Kapal pesiar Celestia terpilih sebagai salah satu dari 100 Tempat Terbaik di Dunia versi Majalah TIME. Itu merupakan proyek yang lahir dari semangat dan dedikasi kakak beradik Jason Tabalujan dan Jasmine Chong selama pandemi.
Kapal pinisi yang memiliki dua tiang dan tujuh layar ini tidak hanya menawarkan kemewahan dan kenyamanan, tapi juga penghormatan terhadap kerajinan tangan dan budaya Indonesia yang kaya. Melansir situs resmi TIME, Jumat, 14 Maret 2025, Celestia terbuat dari kayu ulin dan jati oleh perajin lokal di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Celestia, dengan tujuh kabinnya, dirancang untuk memikat para wisatawan yang mencari petualangan autentik di kepulauan Indonesia. Kapal ini menawarkan perjalanan yang sepenuhnya dapat disesuaikan melalui Segitiga Terumbu Karang, dengan opsi perjalanan mulai dari tiga hingga 14 malam.
Wisatawan dapat memilih menjelajahi sejarah kepulauan rempah, seperti Banda Neira dan Pulau Rhun, menikmati penjelajahan kuliner yang dipimpin koki Bali terkenal Wayan Kresna Yasa, atau mengikuti carter bertema selancar dan selam skuba. Kapal itu juga menawarkan pelayaran ke Raja Ampat dan Komodo yang memiliki terumbu karang dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia.
Advertisement
