Liputan6.com, Caracas - Protes baru meletus di ibu kota Venezuela, Caracas, setelah hasil pilpres negara itu disengketakan. Ribuan orang berkumpul di pusat kota untuk menunjukkan penentangan mereka terhadap klaim kemenangan Presiden Nicolas Maduro.
Banyak yang mengatakan mereka tidak akan berhenti sampai ada pemerintahan baru dan beberapa menilai ini hanya akan tercapai jika pasukan keamanan bergabung dengan pengunjuk rasa dari kubu oposisi.
Namun, militer dan polisi sejauh ini tetap setia kepada Maduro dan telah menembakkan gas air mata dan peluru karet ke beberapa pengunjuk rasa. Demikian seperti dilansir BBC, Rabu (31/7/2024).
Advertisement
Pejabat setempat menyebutkan sekitar 750 orang telah ditangkap. Dua LSM terkemuka di negara itu menyebutkan beberapa orang telah tewas dan puluhan lainnya terluka.
Pada hari Selasa (30/7), menteri pertahanan Venezuela menggambarkan protes sebagai "kudeta".
Dikelilingi oleh pasukan bersenjata, Jenderal Vladimir Padrino membacakan pernyataan yang berbunyi bahwa Presiden Maduro memiliki kesetiaan mutlak dan dukungan tanpa syarat dari militer.
Jaksa agung Venezuela, yang merupakan sekutu dekat Maduro, mengonfirmasi seorang tentara tewas dalam protes antipemerintah.
Pemimpin oposisi Maria Corina Machado sendiri menyerukan agar protes dilakukan secara damai.
"Kita harus melanjutkan dengan cara yang damai. Kita tidak boleh terjerumus dalam provokasi yang telah ditetapkan pemerintah. Mereka ingin membuat rakyat Venezuela saling berhadapan," kata Machado.
"Kandidat kita memenangkan 70 persen suara. Kita menyatukan negara, rakyat Venezuela yang dulu percaya pada Maduro kini bersama kita."
Pengunjuk rasa antipemerintah yang tidak ingin disebutkan namanya karena takut akan dampak dari pasukan keamanan, mengatakan kepada BBC bahwa mereka telah melihat bukti kecurangan pilpres.
"Kami benar-benar yakin pemilu itu dicurangi. Saya bekerja di bilik suara. Pemerintah tidak mengakuinya, mereka menghentikan semua penghitungan suara di tengah malam. Mereka tidak ingin dunia tahu bahwa mereka kalah," ujarnya.
Sosok yang sama menuturkan bahwa rakyat Venezuela yang sebelumnya mendukung pemimpin Hugo Chavez, yang dikenal sebagai Chavistas, kini menarik dukungan mereka dari Maduro.
"Saya pikir orang-orang berharap akan perubahan," ungkap dia.
Desakan Agar Pasukan Keamanan Ikut Protes
Protes meletus setelah kepala Dewan Pemilihan Nasional (CNE) - yang merupakan anggota partai Maduro dan pernah bekerja sebagai penasihat hukumnya - menyatakan presiden terpilih kembali untuk masa jabatan ketiga berturut-turut.
CNE sebelumnya mengumumkan bahwa Maduro menang dengan 51 persen suara, mengungguli calon presiden oposisi Edmundo Gonzalez dengan 44 persen suara.
Namun, otoritas pemilu sejauh ini gagal menerbitkan penghitungan suara terperinci, yang menurut pihak oposisi menunjukkan bahwa hasil yang diumumkan CNE itu curang.
Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) menuduh pemerintah Venezuela sepenuhnya mendistorsi hasil.
Koalisi oposisi yang mendukung Gonzalez mengatakan mereka telah meninjau 73,2 persen penghitungan suara dan menyatakan bahwa mereka mengonfirmasi Gonzalez adalah pemenang dengan selisih suara yang besar.
"Kami memiliki catatan yang menunjukkan kemenangan kategoris dan matematis kami yang tidak dapat diubah," kata Gonzalez.
Namun, pada hari Senin, CNE kembali mengumumkan bahwa semua suara telah dihitung dan Maduro adalah pemenangnya.
Sementara itu, Jaksa Agung Tarek Saab yang merupakan sekutu lama Maduro, memperingatkan bahwa mereka yang ditangkap akan didakwa dengan menentang otoritas dan dalam kasus yang paling serius, terorisme.
Partai oposisi Voluntad Popular (Kehendak Rakyat) mengatakan di antara mereka yang telah ditahan adalah koordinator politik nasional mereka, Freddy Superlano. Partai tersebut memperingatkan bahwa pemerintah meningkatkan penindasannya terhadap aktivis yang telah menuntut publikasi hasil dari tempat pemungutan suara.
Julio Derbis dari Petare, salah satu daerah kumuh di pinggiran kota, menuturkan, "Kami akan berjuang, kami berharap dengan tekanan dari jalanan ... Polisi adalah tetangga kami, kami hidup berdampingan, dan mereka perlu memahami bahwa mereka perlu bersatu dalam perjuangan untuk kebaikan bersama."
Seorang pengunjuk rasa lainnya, Karina Pinto, menyatakan bahwa protes ini terasa berbeda dengan putaran demonstrasi antipemerintah sebelumnya.
"Kami harus turun ke jalan, itu satu-satunya cara. Kami tidak mendukung kekerasan, tetapi mereka melakukan kekerasan. Kami harus menanggapinya," ujar dia."Pasukan keamanan harus berada di pihak kami, mereka juga warga Venezuela. Mereka tidak bisa melawan kami, kami adalah rakyat."
Advertisement
Dukungan bagi Maduro
Di bagian lain, massa pendukung Presiden Maduro juga berkumpul untuk menunjukkan dukungan mereka.
"Saya tidak memprotes apa pun, saya mendukung pemerintah saya, yang menang. Nicolas Maduro. Dan saya mendukungnya karena dialah orang yang mewakili perdamaian," tutur Nancy Ramones.
"Apa yang dikatakan pihak oposisi, mereka belum membuktikannya. Jika mereka mengatakan ada penipuan, mereka harus membuktikannya. Dan penipuan itu tidak pernah terjadi. Mereka selalu punya agenda tersembunyi. Ini adalah kudeta yang tidak akan kami biarkan ... Kami adalah warga Venezuela, kami mencintai perdamaian."
Seorang lainnya, Milagros Arocha, menyebutkan, "Di sini yang benar-benar menang adalah Nicolas Maduro, di sini ada rakyat, yang mewakili Nicolas Maduro. Kami menginginkan perdamaian."
Partai-partai oposisi telah bersatu di belakang Gonzalez dalam upaya untuk menggulingkan Maduro setelah 11 tahun berkuasa, di tengah ketidakpuasan yang meluas.
Hampir 7,8 juta orang telah melarikan diri dari krisis ekonomi dan politik yang telah mengguncang Venezuela di bawah Pemerintahan Maduro.
Kepala Hak Asasi Manusia PBB Volker Turk mengatakan dia sangat prihatin dengan meningkatnya ketegangan dan kekerasan di Venezuela. Turk meminta pihak berwenang untuk menghormati hak semua warga Venezuela untuk berkumpul dan berunjuk rasa secara damai.