Rusia Tawarkan Kerja Sama Pengembangan Logam Tanah Jarang dengan Amerika Serikat

Presiden AS Donald Trump sempat mengatakan bahwa transaksi pembangunan ekonomi utama AS dengan Rusia akan dilakukan.

oleh Teddy Tri Setio Berty Diperbarui 26 Feb 2025, 13:03 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2025, 13:03 WIB
Kehidupan di Ibu Kota Rusia Kembali Normal Setelah Kudeta Gagal Tentara Bayarannya
Orang-orang berjalan di depan Red Square yang ditutup dengan Tembok Kremlin dan Menara Spasskaya di latar belakang di Moskow, Rusia, Selasa, 27 Juni 2023. (AP Photo/Alexander Zemlianichenko)... Selengkapnya

Liputan6.com, Moskow - Kremlin mengatakan bahwa Rusia memiliki banyak endapan logam tanah jarang dan menekankan bahwa Rusia terbuka untuk melakukan kesepakatan untuk mengembangkan potensi tersebut dalam kerja sama dengan Amerika Serikat.

"Amerika Serikat membutuhkan logam tanah jarang. Kami memilikinya dalam jumlah banyak," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

"Kami memiliki rencana sendiri untuk mengembangkan sumber daya strategis, tetapi ada prospek yang cukup luas untuk kerja sama di sini," kata Peskov, dikutip dari laman Japan Today, Rabu (26/2/2025).

Sementara itu, Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia terbuka untuk proyek bersama dengan mitra AS -- termasuk pemerintah dan sektor swasta -- di bawah kesepakatan ekonomi Rusia-AS di masa mendatang.

Presiden AS Donald Trump telah berjanji bahwa "transaksi pembangunan ekonomi utama dengan Rusia" akan dilakukan.

Peskov mengatakan, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menormalisasi hubungan antara Moskow dan Washington sebelum kesepakatan ekonomi apa pun dapat dicapai.

"Agenda berikutnya adalah masalah penyelesaian krisis Ukraina", kata Peskov.

"Dan kemudian, terutama karena AS sendiri juga telah membicarakannya, sudah saatnya untuk mempertimbangkan kemungkinan proyek yang terkait dengan kerja sama perdagangan, ekonomi, dan investasi."

"Ketika tiba saatnya, katakanlah, kemauan politik, kami akan terbuka untuk ini (kerja sama pada logam tanah jarang)," tambah Peskov.

Rusia memiliki cadangan logam tanah jarang terbesar kelima di dunia, menurut data Survei Geologi AS, setelah Tiongkok, Brasil, India, dan Australia.

AS dan Ukraina sedang merundingkan kesepakatan terpisah yang melibatkan logam tanah jarang. Trump mengatakan minggu ini bahwa kesepakatan itu "cukup dekat" dengan kesimpulan.

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya