Kasus pembunuhan sadis yang menimpa seorang tentara Inggris, Lee Rigby, di jalanan Kota Woolwich, London menimbulkan kemarahan warga. Juga melecut sentimen anti-Islam, yang ditunjukkan salah satunya melalui aksi demonstrasi massa English Defense League (EDL), ke sejumlah masjid. Salah satunya ke Masjid York.
Namun, alih-alih menanggapi dengan kemarahan atau kekhawatiran berlebih, para jemaah masjid kecil itu berkumpul, menyambut para demonstran dengan senyuman tulus. Termasuk seorang anak kecil yang membawa poster bertuliskan, "Masjid York mengucapkan selamat datang pada siapapun yang mengutuk kekerasan ekstrem."
Jemaah masjid juga menyediakan teh, biskuit krim custard untuk para demonstran. Massa yang protes diundang masuk. Setelah berdialog 30-40 menit, pihak EDL akhirnya memenuhi undangan tersebut.
Seperti dilaporkan Guardian, yang dilansir kembali oleh CBC News, Rabu (29/5/2013), ketegangan sontak mengendur kala itu. Bahkan potensi bentrok yang dikhawatirkan, berujung pada pertandingan persahabatan, jemaah masjid dan para demonstran main bola bareng. Sungguh indah!
Salah satu demonstran, Leanne Staven mengatakan, massa EDL datang tidak untuk bikin masalah, hanya untuk menyampaikan aspirasi.
"Mengenai apa yang terjadi pada tentara di Woolwich, harus ada larangan bagi orang untuk mempelajari perilaku ekstremis," kata dia.
Jemaah Masjid York pun sepakat. "Ada banyak aliran politik dalam Islam. Tak sepatutnya menyalahkan semua muslim untuk apa yang dilakukan satu atau dua oknum," kata Ismail Miah, pemimpin masjid.
Ia pun mengecam perbuatan sadis yang dilakukan dua pemuda terhadap seorang tentara yang tidak memanggul senjata. "Apa yang pelaku lakukan di London adalah tanggung jawab mereka. Sejatinya tak ada alasan pembenaran dalam pandangan Islam."
Saat pesan protes yang dilayangkan EDL sampai pada para jemaah, alih-alih tersinggung, orang yang dituakan, sekaligus dosen University of York , Mohamed El-Gomati, menyerukan dialog.
"Kami, umat muslim, telah mengutuk pembunuhan sadis itu, dengan kalimat yang paling keras. Semua orang yang berpikiran waras di Britania Raya pasti marah, namun tak sepantasnya kemarahan itu dilampiaskan pada tetangga Anda, pada orang lain," kata dia, bijak. "Kemarahan itu sepatutnya ditujukan pada pelaku."
Mohamed El-Gomati menambahkan, pihaknya mengundang para demonstran untuk duduk bersama, membuka dialog. "Sebab, orang yang duduk bersama akan bisa saling bertukar pikiran, ketimbang saling berteriak dari kejauhan dan tak mendengar dengan baik apa yang dikatakan lawan bicara."
Menuai Pujian
Sikap keterbukaan jemaah Masjid York mendapat dukungan dari tokoh lintas agama. Salah satunya pendeta Tim Jones, yang ada di masjid saat demonstrasi terjadi. "Saya pikir dunia bisa memetik pelajaran berharga dari apa yang terjadi di luar masjid kecil yang sama sekali tak megah itu," kata dia, terharu.
Pelajaran berharga itu adalah tentang damai, dialog, dan untuk saling mendengarkan satu sama lain. Untuk membuka diri.
Pujian juga datang dari Uskup Agung York, Dr John Sentamu. Ia mengatakan, respon jemaah masjid sangat "fantastis".
"Teh, biskuit, dan sepak bola adalah kombinasi tepat ala Yorkshire untuk melucuti sikap bermusuhan dan pandangan ekstremis," lanjut Sentamu.
Dukungan dan pujian juga mengalir dari jejaring sosial, dari umat berbeda agama. "@YorkMosque melakukan hal yang hebat dengan teh dan biskuit! Sangat inspiratif!," demikian ungkap pengguna Twitter, Val Tolhurst.
"@YorkMosque terima kasih telah membawa harapan di masa-masa sulit ini. Aksi Anda Minggu lalu menyuarakan pesan lebih lantang, tegas, dari sekedar kata-kata," tulis @Miinsky. (Ein/Yus)
Namun, alih-alih menanggapi dengan kemarahan atau kekhawatiran berlebih, para jemaah masjid kecil itu berkumpul, menyambut para demonstran dengan senyuman tulus. Termasuk seorang anak kecil yang membawa poster bertuliskan, "Masjid York mengucapkan selamat datang pada siapapun yang mengutuk kekerasan ekstrem."
Jemaah masjid juga menyediakan teh, biskuit krim custard untuk para demonstran. Massa yang protes diundang masuk. Setelah berdialog 30-40 menit, pihak EDL akhirnya memenuhi undangan tersebut.
Seperti dilaporkan Guardian, yang dilansir kembali oleh CBC News, Rabu (29/5/2013), ketegangan sontak mengendur kala itu. Bahkan potensi bentrok yang dikhawatirkan, berujung pada pertandingan persahabatan, jemaah masjid dan para demonstran main bola bareng. Sungguh indah!
Salah satu demonstran, Leanne Staven mengatakan, massa EDL datang tidak untuk bikin masalah, hanya untuk menyampaikan aspirasi.
"Mengenai apa yang terjadi pada tentara di Woolwich, harus ada larangan bagi orang untuk mempelajari perilaku ekstremis," kata dia.
Jemaah Masjid York pun sepakat. "Ada banyak aliran politik dalam Islam. Tak sepatutnya menyalahkan semua muslim untuk apa yang dilakukan satu atau dua oknum," kata Ismail Miah, pemimpin masjid.
Ia pun mengecam perbuatan sadis yang dilakukan dua pemuda terhadap seorang tentara yang tidak memanggul senjata. "Apa yang pelaku lakukan di London adalah tanggung jawab mereka. Sejatinya tak ada alasan pembenaran dalam pandangan Islam."
Saat pesan protes yang dilayangkan EDL sampai pada para jemaah, alih-alih tersinggung, orang yang dituakan, sekaligus dosen University of York , Mohamed El-Gomati, menyerukan dialog.
"Kami, umat muslim, telah mengutuk pembunuhan sadis itu, dengan kalimat yang paling keras. Semua orang yang berpikiran waras di Britania Raya pasti marah, namun tak sepantasnya kemarahan itu dilampiaskan pada tetangga Anda, pada orang lain," kata dia, bijak. "Kemarahan itu sepatutnya ditujukan pada pelaku."
Mohamed El-Gomati menambahkan, pihaknya mengundang para demonstran untuk duduk bersama, membuka dialog. "Sebab, orang yang duduk bersama akan bisa saling bertukar pikiran, ketimbang saling berteriak dari kejauhan dan tak mendengar dengan baik apa yang dikatakan lawan bicara."
Menuai Pujian
Sikap keterbukaan jemaah Masjid York mendapat dukungan dari tokoh lintas agama. Salah satunya pendeta Tim Jones, yang ada di masjid saat demonstrasi terjadi. "Saya pikir dunia bisa memetik pelajaran berharga dari apa yang terjadi di luar masjid kecil yang sama sekali tak megah itu," kata dia, terharu.
Pelajaran berharga itu adalah tentang damai, dialog, dan untuk saling mendengarkan satu sama lain. Untuk membuka diri.
Pujian juga datang dari Uskup Agung York, Dr John Sentamu. Ia mengatakan, respon jemaah masjid sangat "fantastis".
"Teh, biskuit, dan sepak bola adalah kombinasi tepat ala Yorkshire untuk melucuti sikap bermusuhan dan pandangan ekstremis," lanjut Sentamu.
Dukungan dan pujian juga mengalir dari jejaring sosial, dari umat berbeda agama. "@YorkMosque melakukan hal yang hebat dengan teh dan biskuit! Sangat inspiratif!," demikian ungkap pengguna Twitter, Val Tolhurst.
"@YorkMosque terima kasih telah membawa harapan di masa-masa sulit ini. Aksi Anda Minggu lalu menyuarakan pesan lebih lantang, tegas, dari sekedar kata-kata," tulis @Miinsky. (Ein/Yus)