Ada raksasa tidur di bawah Taman Nasional Yellowstone yang indah, yang terletak di negara bagian Wyoming, Montana, dan Idaho, Amerika Serikat. Di mana geyser Old Smith menyembur, seakan menyenggol langit. Saturasi warna biru dan hijau di kolam geotermal berpinggiran terang, menawarkan pemandangan menakjubkan. Juga pegunungan yang menjulang diselimuti vegetasi lebat, menyediakan tempat tinggal bagi hewan-hewan liar.
Di balik keindahan Yellowstone, ancaman mengintai. Sebuah gunung berapi raksasa (supervolcano) yang cukup kuat untuk menghancurkan sebagian besar wilayah Amerika Serikat dan mengubah dunia, bersemayam di sana.
Baru-baru ini tim ilmuwan menemukan bahwa kamar magma gunung raksasa itu ternyata jauh lebih besar dari perkiraan sebelumnya, 2,5 kali lipat.
Ilmuwan menemukan gua bawah tanah yang membentang lebih dari 90 km yang berisi sekitar 2.700 km kubik batuan cair. Temuan tersebut dipresentasikan dalam American Geophysical Union Fall Meeting di San Francisco.
"Kami telah bekerja di sana dalam waktu tak sebentar, dan selama itu kami selalu berpikir kamar magma itu lebih besar dari perkiraan... namun temuan ini tetaplah mengejutkan," kata Prof Bob Smith dari University of Utah, seperti dikutip dari BBC, Rabu (11/12/2013).
Tim menggunakan jaringan seismometer yang terletak di sekitar taman nasional untuk memetakan ruang magma.
Dr Jamie Farrell dari University of Utah menjelaskan, timnya merekam data gempa pada dan di sekitar Yellowstone. Lalu mengukur gelombang seismik yang merambat di tanah.
"Gelombang itu bergerak lebih lambat melalui material yang panas dan sebagian cair. Dengan itu kami bisa mengukur apa yang tersembunyi di sana."
Tim menemukan, kamar magma itu luar biasa besar. Mencapai kedalaman 2 sampai 15 kilometer. Liang itu diperkirakan memiliki panjang 90 kilometer dan lebar 30 km.
Ukuran kamar magma tersebut ternyata jauh lebih besar -- ke utara dan ke timur -- daripada yang diungkap studi sebelumnya. "Tak ada yang pernah memetakan ukuran seperti itu sebelumnya," tambah Dr Farrell.
Malapetaka
Temuan tersebut digunakan para ilmuwan untuk menilai potensi ancaman gunung raksasa itu.
Seandainya Yellowstone meletus sekarang, akibatnya bakal katastropik -- malapetaka. Sebagai perbandingan, saat kali terakhir erupsi besar 640.000 tahun lalu, ia mengirim abu ke seantero Amerika Utara. Membawa dampak pada iklim dunia. Kekuatan erupsinya diperkirakan 25 ribu kali lebih kuat dari letusan Gunung St Helena pada tahun 1980.
Sebelum letusan mahadahsyat itu terjadi, lindu besar akan kuat mengguncang area sekitarnya, lalu ledakan besar akan menyapu bersih Yellowstone, membuatnya lenyap dari peta.
Kemudian, awan panas dan batuan membara membakar apapun yang dilewatinya, dengan suhu mencapai ratusan derajat Celcius. Abu akan menyelimuti bagian barat AS hingga radius 1.000 mil atau lebih dari 1.600 kilometer, masuk ke mesin pesawat terbang, melumpuhkan transportasi udara, mengancam pasokan pangan dunia.
Jatuhnya korban jiwa tak bisa dicegah. Sekitar 87.000 orang akan tewas seketika, belum lagi yang menyusul akibat dampak susulan.
Tak hanya itu, dua pertiga wilayah Amerika Serikat bisa jadi tak bisa dihuni karena udara beracun yang berhembus dari kaldera. Jutaan orang menjadi pengungsi.
Namun, kamar magma yang lebih besar bukan berarti ancaman juga lebih besar. "Memang benar, ini adalah sistem yang jauh lebih besar... namun saya tak berpikir itu membuat bahaya Yellowstone lebih besar," jelas Profesor Bob Smith. "Namun kita jadi tahu lebih banyak tentang area di timur laut kaldera."
Ilmuwan juga belum mengetahui kapan Yellowstone akan kembali meletus. Sejumlah ahli yakin, gunung Yellowstone meletus 700.000 tahun sekali.
Profesor Smith mengatakan, masih banyak data yang diperlukan untuk membuat prediksi, sebab, baru ada 3 letusan besar sejauh ini: pada 2,1 juta tahun lalu, 1,3 juta tahun lalu, dan 640.000 tahun lalu.
Karakteristik supervolcano memang tidak seperti gunung kebanyakan yang mengerucut. Sebaliknya, gunung super punya apa yang disebut kaldera, area luas yang melesak masuk ke dalam tanah akibat erupsi mahadahsyat yang membuat tanah meledak dan jatuh kembali, beristirahat panjang. Untuk akhirnya terbangun lagi pada suatu masa nanti.
Indonesia juga punya supervolkano: Toba. Yang meletus 70.000 tahun yang lalu. Kini dikenal dengan nama Danau Toba yang memiliki Pulau Samosir di tengah danau. [Baca juga: Terlacak! Ledakan Dahsyat Misterius pada 1257 Berasal dari Lombok] (Ein/Sss)
Di balik keindahan Yellowstone, ancaman mengintai. Sebuah gunung berapi raksasa (supervolcano) yang cukup kuat untuk menghancurkan sebagian besar wilayah Amerika Serikat dan mengubah dunia, bersemayam di sana.
Baru-baru ini tim ilmuwan menemukan bahwa kamar magma gunung raksasa itu ternyata jauh lebih besar dari perkiraan sebelumnya, 2,5 kali lipat.
Ilmuwan menemukan gua bawah tanah yang membentang lebih dari 90 km yang berisi sekitar 2.700 km kubik batuan cair. Temuan tersebut dipresentasikan dalam American Geophysical Union Fall Meeting di San Francisco.
"Kami telah bekerja di sana dalam waktu tak sebentar, dan selama itu kami selalu berpikir kamar magma itu lebih besar dari perkiraan... namun temuan ini tetaplah mengejutkan," kata Prof Bob Smith dari University of Utah, seperti dikutip dari BBC, Rabu (11/12/2013).
Tim menggunakan jaringan seismometer yang terletak di sekitar taman nasional untuk memetakan ruang magma.
Dr Jamie Farrell dari University of Utah menjelaskan, timnya merekam data gempa pada dan di sekitar Yellowstone. Lalu mengukur gelombang seismik yang merambat di tanah.
"Gelombang itu bergerak lebih lambat melalui material yang panas dan sebagian cair. Dengan itu kami bisa mengukur apa yang tersembunyi di sana."
Tim menemukan, kamar magma itu luar biasa besar. Mencapai kedalaman 2 sampai 15 kilometer. Liang itu diperkirakan memiliki panjang 90 kilometer dan lebar 30 km.
Ukuran kamar magma tersebut ternyata jauh lebih besar -- ke utara dan ke timur -- daripada yang diungkap studi sebelumnya. "Tak ada yang pernah memetakan ukuran seperti itu sebelumnya," tambah Dr Farrell.
Malapetaka
Temuan tersebut digunakan para ilmuwan untuk menilai potensi ancaman gunung raksasa itu.
Seandainya Yellowstone meletus sekarang, akibatnya bakal katastropik -- malapetaka. Sebagai perbandingan, saat kali terakhir erupsi besar 640.000 tahun lalu, ia mengirim abu ke seantero Amerika Utara. Membawa dampak pada iklim dunia. Kekuatan erupsinya diperkirakan 25 ribu kali lebih kuat dari letusan Gunung St Helena pada tahun 1980.
Sebelum letusan mahadahsyat itu terjadi, lindu besar akan kuat mengguncang area sekitarnya, lalu ledakan besar akan menyapu bersih Yellowstone, membuatnya lenyap dari peta.
Kemudian, awan panas dan batuan membara membakar apapun yang dilewatinya, dengan suhu mencapai ratusan derajat Celcius. Abu akan menyelimuti bagian barat AS hingga radius 1.000 mil atau lebih dari 1.600 kilometer, masuk ke mesin pesawat terbang, melumpuhkan transportasi udara, mengancam pasokan pangan dunia.
Jatuhnya korban jiwa tak bisa dicegah. Sekitar 87.000 orang akan tewas seketika, belum lagi yang menyusul akibat dampak susulan.
Tak hanya itu, dua pertiga wilayah Amerika Serikat bisa jadi tak bisa dihuni karena udara beracun yang berhembus dari kaldera. Jutaan orang menjadi pengungsi.
Namun, kamar magma yang lebih besar bukan berarti ancaman juga lebih besar. "Memang benar, ini adalah sistem yang jauh lebih besar... namun saya tak berpikir itu membuat bahaya Yellowstone lebih besar," jelas Profesor Bob Smith. "Namun kita jadi tahu lebih banyak tentang area di timur laut kaldera."
Ilmuwan juga belum mengetahui kapan Yellowstone akan kembali meletus. Sejumlah ahli yakin, gunung Yellowstone meletus 700.000 tahun sekali.
Profesor Smith mengatakan, masih banyak data yang diperlukan untuk membuat prediksi, sebab, baru ada 3 letusan besar sejauh ini: pada 2,1 juta tahun lalu, 1,3 juta tahun lalu, dan 640.000 tahun lalu.
Karakteristik supervolcano memang tidak seperti gunung kebanyakan yang mengerucut. Sebaliknya, gunung super punya apa yang disebut kaldera, area luas yang melesak masuk ke dalam tanah akibat erupsi mahadahsyat yang membuat tanah meledak dan jatuh kembali, beristirahat panjang. Untuk akhirnya terbangun lagi pada suatu masa nanti.
Indonesia juga punya supervolkano: Toba. Yang meletus 70.000 tahun yang lalu. Kini dikenal dengan nama Danau Toba yang memiliki Pulau Samosir di tengah danau. [Baca juga: Terlacak! Ledakan Dahsyat Misterius pada 1257 Berasal dari Lombok] (Ein/Sss)