Rendah Diri, Masalah yang Membelenggu si Pembunuh Ade Sara

Psikolog Nunki menduga Sifa memiliki sifat rendah diri sehingga mau diajak Hafitd melakukan aksi kejam kepada Sara.

oleh Kusmiyati diperbarui 13 Mar 2014, 10:00 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2014, 10:00 WIB
Hafitd dan Sifa, pembunuh Sara Angelina
Hafitd dan Sifa, pembunuh Sara Angelina (Rahmat/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Assyifa Ramadhani (19) alias Sifa tersangka pembunuh Ade Sara Angelina Suroto mulai menunjukan perubahan sikap sejak remaja ini memasuki jenjang pendidikan di perguruan tinggi dan mengenal Hafitd.

Komentar tersebut keluar dari mulut sahabat kecil Sifa, Rahma. "Sudah mulai kelihatan lain. Padahal dari dulu memang terkenal baik, ramah, dan sopan, suka bercengkrama dan bersenda gurau. Pas kuliah menjadi pendiam. Pulangnya juga lebih malam dari biasanya," kata Rahma.

Pada kasus pembunuhan ini, Sifa diminta Ahmad Imam Al Hafitd (19) untuk janjian bertemu korban di stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat untuk kemudian dibawa ke dalam mobil.

"Dalam mobil, Hafitd memukuli Sara dan menyetrumnya. Sedangkan Sifa bantu memegangi dan ikut memukul. Setelah pingsan Sifa menyumpal mulut Sara dengan koran," beber Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto  Rikwanto.

Keinginan Sifa ini menurut Psikolog Nunki Suwardi bukanlah dari pikiran sadarnya. "Ini di bawah alam sadarnya karena dilihat dari foto Sifa itu seperti anak yang memiliki perasaan rendah diri. Orang yang rendah diri tidak mau dilukai lagi. Mungkin Sifa pernah dikecewakan. Sehingga dia takut kehilangan sang pacar dan mau membantu Hafitd menyakiti Sara," kata Nunki.

Nunki mengatakan kemungkinan ada kecenderungan Sifa merupakan anak yang kurang dapat mendapat perhatian dari orangtua.

"Mungkin orangtuanya terlalu sibuk sehingga merasa kurang diperhatikan. Pola asuhnya juga mungkin salah, bisa juga karena Sifa tidak terbuka dengan masalah yang terjadi. Suka dipendam sendiri," kata Nunki.

Peran orangtua saat ini menurut Nunki sangat dibutuhkan Sifa. "Sifa itu dilihat dari bahasa tubuhnya anak yang mudah diajak bekerjasama. Dari kronologisnya mereka tidak punya niat membunuh mungkin hanya ingin menyakiti. Perlu pendekatan khusus untuk mengubah agar tidak labil, dia butuh perhatian dan support dari orang sekitar agar tidak semakin stres," ujar Nunki.

Nunki berharap orangtua Sifa cepat melakukan pendekatan psikologis secara khusus. "Orangtua Sifa jangan langsung memarahi atau mencap dia pembunuh. Dekati dulu sampai tahu alasan pastinya kenapa dia mau begitu, katakan mulailah bertobat dan mengubah diri menjadi lebih baik lagi," kata Nunki.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya