Remaja Meninggal karena Kanker Serviks, PM Inggris Ikut Bersuara

Sophie Jones, remaja 19 tahun yang meninggal dunia karena kanker serviks menarik perhatian PM Inggris David Cameron.

oleh Melly Febrida diperbarui 20 Mar 2014, 19:00 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2014, 19:00 WIB
Sophie Jones Kanker Serviks
(Foto: Mirror.co.uk)

Liputan6.com, London Sophie Jones, remaja 19 tahun yang meninggal dunia usai berkali-kali ditolak dokter karena ingin tes pap smear menarik perhatian Perdana Menteri Inggris David Cameron. Menurutnya, perlu ada perubahan agar tak ada gadis-gadis lainn yang mengalami hal serupa dengan Sophie.

Seperti diketahui dokter menolaknya melakukan pap smear karena dianggap terlalu muda untuk penyakit kanker serviks.

Cameron berkomentar setelah Alison McGovern berdiri di hadapan parlemen dan bertanya apakah Cameron mau bekerja untuk memastikan tak ada wanita muda yang mengalami hal sama seperti Sophie di kemudian hari.

"Kami telah membuat terobosan besar di negeri ini di bawah pemerintahan kedua belah pihak , dalam hal program skrining yang tersedia, dan informasi kesehatan publik yang tersedia.

"Tapi tampaknya ada sesuatu yang salah dalam kasus ini," kata Cameron seperti dilansir Mirror, Kamis (20/3/2014).

Cameron berjanji akan bekerja sama dengan McGovern hingga ke bawah untuk mengetahui lebih jelas bagaimana kasus pada Sophie bisa terjadi.

Sementara itu, keluarga Sophie mengatakan putrinya sebenarnya sudah berulang kali ditolak pap smear. Dokter mengatakan tak ada gunanya melakukan tes karena usia Sophie masih di bawah 25 tahun. Tetapi, pada saat kankernya terdeteksi itu semua sudah terlambat. Sophie meninggal hanya empat bulan kemudian.

Liverpool Echo juga menerbitkan sebuah foto dari keluarga Sophie yang menunjukkan bagaimana penyakit tersebut merenggut tubuh Sophie.

Di parlemen, McGovern mengatakan kepada Cameron kematian Sophie benar-benar membuat keluarga kehilangan dan tak memahami mengapa ia tak bisa mendapatkan pap smear seperti yang dimintanya.

Menteri Kesehatan Publik Luciana Berger mengatakan kepada ECHO, tes pap smear seharusnya dilakukan saat Sophie memintanya. "Kami harus memahami apa yang salah dalam hal ini untuk memastikan bahwa tragedi semacam ini tidak terjadi lagi," ujarnya.

Permohonan pedebatan tes pap smear ini diluncurkan pada hari meninggalnya Sophie dan kini petisi tersebut sudah mendapat 240 ribu tanda tangan. Ini artinya jumlah tersebut sudah dua kali lipat dari jumlah yang diperlukan untuk perdebatan demi perubahan aturan.

Baca Juga:


Remaja Ini Meninggal karena Kanker Serviks Usai Ditolak Pap Smear

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya