Liputan6.com, Jakarta Pada tahun 2013, Food and Drug Administration (FDA) Amerika telah menyetujui obat baru Hepatitis C Sofosbuvir dengan nama merek dagang Sovaldi dari Gilead Sciences.
Sofosbuvir secara efektif dapat menyembuhkan Hepatitis C dengan tingkat keberhasilan lebih dari 90 persen dengan kombinasi bersama terapi lain.
Sofosbuvir adalah Direct Acting Antivirals (DAA) untuk Hepatitis C sebagai obat oral yang dapat diminum dengan atau tanpa makan terlebih dahulu. Sofosbuvir digunakan dengan kombinasi ribavirin atau bersama ribavirin dan pegylated interferon untuk pengobatan Hepatitis C.
Advertisement
Hepatitis C genotip 1 atau 4, pengobatannya menggunakan Sovaldi+pegilated interferon alfa+ribavirin selama 12 minggu. Hepatitis C genotip 2, pengobatannya menggunakan Sovaldi+ribavirin selama 12 minggu. Hepatitis C genotip 3 pengobatannya menggunakan Sovaldi+Ribavirin selama 24 minggu.
Obat generasi baru ini telah dikuasai oleh pemilik paten dengan mengutamakan kepentingan bisnisnya dibanding keberlangsungan nyawa jutaan manusia yang hidup dengan Hepatitis C di dunia. Harga Sofosbuvir, berdasarkan informasi dari berbagai media kisarannya adalah USD $84, 000 - $168,000 di Amerika. Sementara di Inggris harganya adalah £35,000 untuk 12 minggu pengobatan.
Harga Sofosbuvir sendiri mengundang kontroversi karena bagi Negara-negara berkembang harga ini merupakan harga yang tidak terjangkau. Namun, pemerintah Mesir berhasil melakukan negosiasi dengan Gilead dan harga Sofosbuvir dapat didiskon hingga 99% dengan menjadi hanya USD $900 untuk 12 minggu pengobatan[5]. DR. Andrew Hill seorang farmasi dari Liverpool University dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa biaya produksi Sofosbuvir adalah USD $68 - $136 untuk 12 minggu pengobatan[6].
Dengan estimasi jumlah pasien Hepatitis C nomor tiga terbesar didunia yaitu kurang lebih tujuh juta jiwa, Indonesia sangat membutuhkan Sofobuvir sebagai obat untuk menyembuhkan Hepatitis C. Apalagi kebanyakan pasien mengetahui keadaannya dalam situasi yang sudah sangat kronis dan tidak dapat diselamatkan lagi. Angka kematian akibat penyakit ini tiga kali lebih mematikan dibandingkan HIV dan AIDS[7].
Karena itu, kami mengajak semua pihak untuk secara serius mengupayakan agar obat Hepatitis C generasi kedua / Direct Acting Antiviral (DAA) seperti Sofosbufir bisa segera didistribusikan dengan harga terjangkau bagi masyarakat Indonesia.
Indonesia AIDS Coalition mengimbau pemerintah Indonesia untuk segera mengambil tindakan yang dipandang perlu guna mempercepat proses tersedianya obat Hepatitis generasi kedua ini serta melakukan langkah proteksi yang sah guna memastikan harga obat ini terjangkau bagi masyarakat Indonesia.