Bertani untuk Jaga Kesehatan Jiwa Raga

Tanpa Anda sadari, menyayangi tumbuhan dan alam adalah cara terbaik dalam menjaga kesehatan jiwa dan raga

oleh Fitri Syarifah diperbarui 02 Feb 2015, 10:30 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2015, 10:30 WIB
Bertani Untuk Jaga Kesehatan Jiwa Raga
ilustrasi, bercocok tanam hidroponik. Foto: dok.Wikipedia

Liputan6.com, Jakarta Bagi sebagian orang, bertani atau bercocok tanam mungkin bisa jadi hal yang membosankan. Padahal tanpa Anda sadari, menyayangi tumbuhan dan alam adalah cara terbaik dalam menjaga kesehatan mental.

Seperti disampaikan Konsultan Pertanian di Bidang Teknologi Hidroponik Drs. Agus Sunaryanto bahwa seringkali orang lupa bahwa tanaman yang ada di sekeliling kita adalah makhluk hidup yang perlu dipahami dan kasihi. Sehingga bila kita memanfaatkan mereka, maka kita akan sehat jiwa raga.

"Apa artinya kalau kita mengerti bagaimana mereka (tanaman) tumbuh? Ketika kita memahami mereka, maka kita akan kembali kepada manusia yang bukan siapa-siapa, tidak ego lagi karena kita akan kembali lagi ke tanah. Ini akan membuat pikiran lebih segar, jiwa sehat dan aktivitas jadi lebih menyenangkan," kata Agus di sela-sela seminar kesehatan jiwa di Antiapolis Holistic Therapy Center, Bintaro, Tangerang, ditulis Senin (2/2/2015).

Agus menerangkan, dalam proses menanam tumbuhan, kuncinya adalah memahami. "Kita harus paham apa nutrisi terbaik yang membuat sayuran tumbuh dengan baik. Misalnya setiap tanah memiliki keasaman yang berbeda-beda, ada yang asam, netral dan basa. Jadi bila dikehendaki produksi yang optimal, maka harus diusahakan supaya tanah memiliki pH yang sesuai."

Reaksi tanah ini, kata Agus, juga mempengaruhi tumbuhan yang akan kita pelihara semisal pH tanah 6,0-6-8 tanaman yang sesuai seperti bayam, bawang merah, kapri, kara, kubis, bunga, selada, seledri, Wortel, beet, asparagus, semangka. Sedangkan pH 5,5-6,5 baiknya menanam buncis, kubis, kubis tunas, timun, lombok, radis, labu, jagung, ubi jalar dan tomat. Sementara tanah asam atau pH 4,8-6,8 baik untuk menanam kentang.

"Tanpa tanah yang baik, kita akan malnutrisi. Karena unsur makanan seperti Nitrogen (N), Phosphor (P), Kalium (K), calsium (ca), Magnesium (Mg), belerang (S), besi (Fe), Tembaga (Cu), Zinc (Zn), Mangan (Minute), Boron (B) dan Molybden (Month) tergantung dari tanah. Jadi kalau tidak diberi nutrisi atau pupuk yang baik, maka tanaman bisa gagal tumbuh," jelasnya.

Itulah pentingnya menjiwai sesuatu dalam menghadapi kenyataan, kata dia. Energi yang diberikan oleh kita untuk tumbuhan akan memberikan sinergis kehidupan dan akan memecah problem sakit kejiwaan dari pola pikir yang berantakan.

"Terapi interaksi tanaman ini juga membuat kita belajar bagaimana berinteraksi dengan diri sendiri dan menghargai ciptaan Tuhan. Di luar negeri banyak studi yang menuliskan bahwa selain musik, sentuhan dan kasih sayang kita terhadap tumbuhan bisa membuat jiwa lebih tenang. Apa artinya? Berarti ada energi yang diberikan makhluk hidup lain sehingga pikiran kita lebih jernih. Dengan menanam, kita juga belajar cinta kasih, bersyukur atas tindakan negatif yang pernah dilakukan," jelasnya.

Agus menambahkan, bertani akan membantu seseorang membuang jauh-jauh pikiran negatif. Dan dengan menanam tumbuhan seperti sayuran, tubuh kita akan memiliki vitamin yang cukup. "Sudah diteliti dalam secret of life bahwa kehidupan dimulai oleh siklus tumbuhan. Jadi selalu ada sinergis antara manusia dan tumbuhan."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya