Liputan6.com, Jakarta Pria Arab atau kulit hitam? Wow! Wanita Madura? Asyik! Itulah komentar yang sering terdengar. Betulkah karena kebiasaan memakai jubah yang membuat kuat? Banyak cerita tentang etnik tertentu yang konon mempunyai kelebihan atau keistimewaan dalam urusan seks. Kelebihan itu menyangkut ukuran kelamin maupun reaksi seksualnya. Ada cerita tentang etnik tertentu yang seksnya luar biasa, baik secara anatomik kelaminnya maupun fungsi dan perilaku seksualnya. Orang berkulit hitam diberitakan mempunyai fungsi seksual yang hebat, dan prianya dikabarkan mempunyai ukuran penis panjang dan besar.
Demikian juga pria Arab yang dikabarkan luar biasa kuat. Di pihak lain juga diceriterakan tentang perempuan dari etnik tertentu yang mempunyai kelebihan pada vaginanya. Di Indonesia telah beredar cerita tentang perempuan Madura yang katanya mempunyai kelebihan dalam urusan seks. Cerita ini bahkan dimanfaatkan oleh pedagang untuk menamai suatu produk ramuan tradisional yang diiklankan untuk memperbaiki fungsi seksual. Maka populerlah ramuan Madura. Benarkah etnik tertentu mempunyai keistimewaan atau kelebihan dalam urusan seks, baik mengenai dorongan seksualnya, perilaku seksualnya, maupun kelaminnya secara anatomik?
Jubah Arab
Jubah Arab
Cerita tentang etnik tertentu yang mempunyai kelebihan atau keistimewaan dalam urusan seks menurut Pakar Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali Prof. Wimpie Pangkahila Sp.And sebenarnya hanya suatu mitos. Tetapi seperti mitos yang lain, banyak orang menganggapnya sebagai suatu kebenaran. Banyak orang, termasuk ahli kedokteran, berusaha mencari pembenaran dengan tujuan dapat menjelaskan mitos itu secara ilmiah. Tapi sayang sekali, penjelasan itu tidak dapat membenarkan mitos tersebut karena mitos memang informasi yang salah.
Sebaliknya, dengan memberi penjelasan yang seakan-akan ilmiah itu, justru tampak ketidakmengertiannya mengenai apa yang dijelaskan itu.Mengenai kehebatan seksual orang Arab misalnya, salah satu penjelasan yang disampaikan oleh seorang ahli kedokteran itu ialah kebiasaan orang Arab memakai pakaian seperti jubah yang membuat dorongan seksualnya meningkat. Alasannya, karena dengan berjubah temperatur di bagian kelamin tidak panas, sehingga hormon seks tidak terganggu.
Penjelasan yang ingin membenarkan mitos itu, sungguh keliru. Mengapa? Karena produksi hormon androgen yang bertanggungjawab terhadap dorongan seksual pria, tidak dipengaruhi oleh temperatur. Dengan kata lain, sel Leydig yang memproduksi hormon androgen sangat tahan terhadap temperatur panas, sehingga tidak ada pengaruh dari pakaian yang dikenakan.Tentang mitos perempuan Madura, alasan yang banyak disebut-sebut untuk mencari pembenaran ialah karena mereka suka minum jamu atau ramuan tradisional.
Advertisement
Tak Ada Bukti Ilmiah
Tak Ada Bukti Ilmiah
Padahal tidak ada bukti ilmiah tentang ramuan atau jamu yang disebut-sebut itu, yang katanya dapat meningkatkan fungsi seksual dan bisa membuat kelamin lebih berfungsi dengan baik, bahkan membuat kelamin menjadi berbeda dengan perempuan lain. Ada lagi perempuan dari etnik lain yang juga disebut atau dianggap sering mengkonsumsi ramuan tradisional atau jamu, yang katanya bermanfaat bagi organ kelamin. Tapi mengapa mereka tidak dianggap mempunyai keistimewaan juga pada kelaminnya?
Maka sebenarnya orang tidak perlu mencari pembenaran untuk sebuah mitos tentang etnik dan seks. Sebaliknya justru mitos tersebut, seperti juga mitos yang lain, perlu diluruskan karena telah menyesatkan masyarakat. Salah satu akibat buruk adanya keyakinan bahwa etnik tertentu mempunyai keistimewaan dalam urusan seksual, ialah munculnya keinginan melakukan hubungan seksual dengan orang dari etnik tertentu itu. Keadaan ini dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk mencari keuntungan, khususnya dalam bisnis yang mengeksploitasi seks dengan memanfaatkan unsur etnik.