Olahraga untuk Penderita Jantung, Bolehkah? (1)

Perkembangan zaman turut membawa perubahan gaya hidup manusia.

oleh Liputan6 diperbarui 28 Agu 2015, 06:30 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2015, 06:30 WIB
Rahasia Jantung Sehat Hingga Usia Senja
Apakah Anda dalam kesehatan yang bagus? Kalau menjawab 'ya', maka kemungkinan besar memang benar. (Foto: Huffington Post)

Liputan6.com, Jakarta Perkembangan zaman turut membawa perubahan gaya hidup manusia. Di berbagai negara maju, dalam banyak penelian membuktikan perubahan signifikan dari gaya hidup aktif menuju pasif atau lebih dikenal dengan sebutan sedentary life style.

Sayang, perubahan ini juga diikuti dengan peningkatan angka kejadian munculnya penyakit degeneratif yang main banyak terutama jantung koroner. Karena itu, sebaiknya masyarakat dunia terutama warga Indonesia mulai menyadari dampak perubahan gaya hidup ini demi kesehatan. Jangan sampai terbawa arus perubahan gaya hidup tersebut.

Latihan fisik atau olah raga tampaknya merupakan salah satu solusi terpenting dalam pencegahan.

Namun, sebaliknya, bila sudah terkena serangan, apakah olahraga masih boleh dilakukan? Pertanyaan ini muncul karena kebanyakan orang kurang yakin atau bahkan tidak tahu persis apakah kondisinya yang sudah tidak normal akibat penyakit jantung ini masih bisa diajak untuk bekerja keras dengan olahraga.

Pentingnya olahraga

Pentingnya olahraga
Pada dasarnya, banyak manfaat kesehatan yang dapat diperoleh seseorang dengan berolah raga. Pada orang-orang yang melakukannya secara rutin, beberapa faktor risiko dari penyakit jantung koroner, seperti tekanan darah tinggi atau hipertensi, penyakit gula atau diabetes mellitus, berat badan berlebih atau obesitas, dan lemak darah yang berlebih atau dislipidemia akan mengalami perbaikan dan demikian menurunkan risiko penyakit jantung koroner.

Olah raga tercatat dapat menurunkan angka kejadian hipertensi sebagai faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Dari penelitian diketahui bahwa tekanan darah, khususnya tekanan diastolik (tekanan bawah, misalnya tekanan darah 160/100 mmHg, maka tekanan diastolik adalah 100 mmHg) dan pembesaran jantung yang umum terlihat pada penderita tekanan darah tinggi yang kronis, mengalami perbaikan yang nyata setelah seseorang melakukan olah raga teratur selama sekurangnya 16 minggu.

Demikian pula olah raga dapat memperbaiki kondisi penderita penyakit gula dengan membantu meningkatkan sensitivitas hormon insulin yang berperan dalam metabolisme gula dalam jaringan, sehingga kadar gula di dalam darah dapat dikendalikan ke dalam batas normal.

Perbaiki berat badan

Olah raga juga mampu membantu seseorang untuk memperbaiki berat badan yang berlebih dan sekaligus pula memperbaiki kadar lemak dalam darah dengan berperan dalam penurunan kadar kolesterol jahat dalam tubuh atau dikenal dengan LDL dan meningkatkan kadar kolesterol baik atau dikenal dengan HDL.

Di samping itu, olah raga juga berperan dalam menurunkan kadar beberapa faktor pembekuan darah dan peradangan serta turut pula memperbaiki fungsi endotel (pelapis dinding pembuluh darah) yang berperan dalam pencegahan penyakit jantung koroner.

Terdapat pula suatu fenomena dimana seseorang yang berolah raga menunjukkan detak jantung yang lebih pelan dibandingkan dengan orang yang tidak pernah atau jarang berolah raga. Fenomena ini disebabkan dari pengaturan sistem saraf autonom yang terdiri dari saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Saraf simpatis menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan pembuluh darah mengecil (kadar oksigen berkurang), sedangkan saraf parasimpatis menyebabkan penurunan detak jantung dan pelebaran pembuluh darah (kadar oksigen lebih besar).

Pada orang yang berolah raga secara teratur, sejalan dengan berjalannya waktu, saraf parasimpatis menjadi lebih dominan dibandingkan dengan saraf simpatis. Hal ini membawa keuntungan pada organ jantung yang berdampak pada penurunan risiko kekurangan oksigen pada otot jantung.

 

Dr. Johan Winata, Sp.JP-FIHA
RS Mitra Keluarga Kalideres

Sumber Pustaka :
• Debra L Sherman, dkk. 2002. Textbook of Cardiovascular Medicine : Exercise and Physical Activity. Edisi 2. Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins. Halaman 75-88.
• Leung FP, dkk. Exercise, vascular wall and cardiovascular diseases: an update. Sports Med. 2008;38(12):1009-24.
• Gielen S, dkk. Exercise training and endothelial dysfunction in coronary artery disease and chronic heart failure. From molecular biology to clinical benefits. Minerva Cardioangiol. 2002 Apr;50(2):95-106.
• Gielen S, dkk. Exercise training in coronary artery disease and coronary vasomotion. Circulation. 2001 Jan 2;103(1):E1-6.
• Linke A, dkk. Exercise and the coronary circulation-alterations and adaptations in coronary artery disease. Prog Cardiovasc Dis. 2006 Jan-Feb;48(4):270-84.
• Gielen S dan Hambrecht R. Effects of exercise training on vascular function and myocardial perfusion. Cardiol Clin. 2001 Aug;19(3):357-68.
• www.annecollins.com/weight_loss_tips/exercise.htm

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya