Liputan6.com, Shalimar - Terkait urusan penampilan yang dirasa kurang, orang bisa saja mencoba segala sesuatu untuk memperbaikinya. Namun, bukannya tanpa risiko.
Seorang wanita bernama Paula Blades dari Gilbertsville di negara bagian Kentucky harus membayar mahal demi perbaikan citra diri yang dilakukannya.
Baca Juga
Dikisahkan dalam laman stasiun WPSD yang dikutip pada Jumat (04/12/2015), wanita itu mengalami beraneka ragam penyakit yang datang dan pergi selama bertahun-tahun. Ia bahkan pernah hampir meninggal karena salah satu penyakitnya.
Advertisement
Sewaktu muda, wanita itu tidak merasa nyaman dengan ukuran dadanya dan meminta ijin kepada orangtuanya untuk memperbesar ukuran payudara. Orangtuanya menolak hingga akhirnya ia berusia 20 tahun dan mengambil keputusan sendiri untuk memperbesar payudaranya pada 1992.
Setelah melakukan penelitian, ia memilih implan air garam karena diberitahu bahwa implan tersebut benar-benar aman untuk seumur hidup.
Implan jenis ini memiliki katup dan disisipan di bagian bawah payudara dalam keadaan kempis. Setelah berada di dalam, sebuah suntikan dipakai untuk mengisi kantung implan itu dengan cairan garam melalui suatu katup.
Dua tahun butuh perbaikan
Tidak disangka, banyak masalah dialami setelahnya. Baru 2 tahun dipakai, ia harus dibedah ulang untuk memperbaiki tampilan implan itu.
Itu belum seberapa. Beberapa tahun kemudian ia mengalami berbagai masalah serius kesehatan, katanya, “Aku mulai mengalami sinusitis kronis dan bermacam-macam infeksi semisal bronchitis dan yang sejenisnya dan tidak sembuh-sembuh. Hitungan darah putihku meningkat.”
Berat badannya mengalami penyusutan sebanyak 36,3 kilogram. Ia bolak-balik ke dokter, dan mendapat satu diagnosis ke diagnosis lainnya. Iapun kerap dirawat di rumah sakit.
Pada suatu malam, ia menyimak acara 'Monsters Inside Me' yang tayang dalam Dicovery Health dan melihat seorang wanita tidak dikenal yang memiliki gejala-gejala penyakit yang sama dengannya.
Melalui acara itu, ia mendapatkan nama Dr. Susan Kolb di Atlanta, Georgia, dan pergi menemuinya seminggu kemudian. Kolb menjelaskan bahwa Paula menderita penyakit biotoxin.
Advertisement
Penyakit biotoksin
Kata Kolb, “Banyak dokter belum pernah mendengar penyakit ini jadi tidak mengetahuinya.” Mengenai Paula, ia mengatakan, “Ia mungkin tidak akan hidup lebih lama lagi kalau tidak ditolong.”
Implan dalam diri Paula kemudian dikeluarkan dengan bedah eksplan. Dalam kasus Paula, hal ini berlangsung selama beberapa jam, karena, “Secara khusus, kita harus mengambil seluruh kapsul guratannya, bukan hanya implannya.”
Implan itu kemudian dikirim kepada Dr. Pierre Blais di Innoval Failure Analysis di kota Ottawa, Kanada, untuk penelitian lanjutan. Ternyata cairan pengisinya sangat tercemar dan ada indikasi keberadaan lumut, yang oleh Kolb dikatakan dapat mempengaruhi banyak bagian dalam tubuh.
Bukan hanya itu, bahan silikon pembungkus implan itu telah bocor dan cairannya mengumpul di beberapa bagian tubuh.
Hidup Paul sudah membaik dan kesehatannya meningkat, walaupun ia mengalami kerusakan syaraf berkepanjangan. Namun ia mengaku bisa menerima hal itu karena ia masih hidup.
Sementara itu Kolb mengatakan bahwa kaum wanita perlu dijelaskan mengenai semua dampak samping dan komplikasi bedah kosmetik apapun, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
“Pada umumnya, kebanyakan pasien tidak mengalami sakit sebelum 8 hingga 15 tahun.”
Ia juga meminta kaum wanita untuk memikirkan di mana mereka tinggal. Jika tinggal di iklim yang lembab dan berlumut, wanita itu lebih rentan terkenal persoalan yang dibahas ini. Implan air gram mungkin bukanlah yang paling cocok.
Pilih implan yang tepat
Terkait dengan biaya, Kolb mengatakan kaum wanita perlu memastikan bahwa mereka siap secara keuangan bukan hanya untuk membayar biaya bedah tapi untuk merawat implannya.
Misalnya, implan silikon harus diganti setiao 8 tahun. Implan jenis lain berusia lebih lama. Bukan hanya itu, pastikan ada biaya untuk eksplan atau bedah darurat kalau-kalau ada masalah.
Advertisement