Liputan6.com, Jakarta Anak-anak korban pornografi membutuhkan banyak aktivitas sosial untuk mengalihkan perhatiannya dari candu seksual, kata Ketua Divisi Sosialisasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Erlinda di Batam Kepulauan Riau, seperti dikutip dari Antara, Jumat (20/5/2016).
Ia mengatakan pornografi menyebabkan lima sel saraf otak anak rusak, sehingga dibutuhkan pengalihan perhatian secara berlebihan untuk menyembuhkannya.
Baca Juga
"Anak perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas sosial yang bisa membuatnya lupa. Saat dialihkan ke kreativitas, maka akan lupa dengan hal yang buruk," kata Erlinda dalam Pelatihan Liputan Khusus Anak oleh Dewan Pers.
Advertisement
Â
Baca Juga
Menurut dia, pornografi dan aktivitas seksual memiliki racun yang membuat anak adiktif (ketagihan). Bahkan, kadarnya bisa saja terus meningkat. Anak yang sudah terpapar pornografi membutuhkan rehabilitasi mental untuk bisa segera ke luar dari candu.
Ia meminta bantuan pemerintah dan masyarakat bersama-sama mengalihkan perhatian anak-anak korban paparan pornografi dengan membangun pusat minat dan bakat.
"Ajak PKK, ibu-ibu di kecamatan yang berseragam untuk ikut. Ini bisa, asal ada kemauan," kata dia.
Pemerintah diharapkan menganggarkan dana untuk membangun berbagai sarana berkreasi bagi anak-anak, mengundang psikolog untuk memberikan pelatihan tumbuh kembang anak.
"Anggaran Pemda tinggi. Buat pusat aktivitas," katanya lagi.
Kebanyakan masalah anak adalah tidak memiliki ruang gerak yang cukup. Padahal ruang gerak baik untuk menggali potensi pada anak.
Ia mengingatkan, anak-anak korban pornografi bisa berujung buruk dan menjadi pelaku kejahatan seksual. Seperti yang terjadi pada anak-anak pelaku pemerkosaan di Bengkulu, karena sel otaknya sudah rusak.
Dan anak-anak pelaku kejahatan sosial merupakan tanggung jawab masyarakat dan pemerintah. "Kesadaran masyarakat bahaya kekerasan seksual rendah," kata dia.