Konferensi AIDS Internasional ke-21 Digelar di Afrika

Lebih dari 18.000 pemimpin global, ilmuwan, pendukung dan petugas kesehatan menggelar Konferensi AIDS Internasional ke 21 di Durban

oleh Liputan6 diperbarui 19 Jul 2016, 11:50 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2016, 11:50 WIB
Statistik HIV AIDS di Indonesia
HIV/AIDS menjadi salah satu momok menakutkan, virus yang diperkirakan mulai pada 1926 ini menular dari monyet ke manusia.

Liputan6.com, Jakarta Lebih dari 18.000 pemimpin global, ilmuwan, pendukung dan petugas kesehatan menggelar Konferensi AIDS Internasional ke-21 (AIDS 2016) di Durban, Afrika Selatan, Senin, untuk menentukan jalan baru mengakhiri AIDS selama-lamanya.

Konferensi tersebut merupakan forum terbesar di dunia yang ditujukan untuk setiap masalah kesehatan tunggal, yang kembali ke Durban setelah 16 tahun dan akan menampilkan 2.500 abstrak ilmiah dan ratusan peristiwa.

Konferensi ini secara luas ditujukan sebagai gerakan global dalam pengobatan HIV untuk menyelamatkan jiwa di negara-negara berkembang.

Selain itu juga membuka jalan bagi Deklarasi PBB tentang HIV/AIDS pertama, pengumpulan dana secara global atau The Global Fund dan Rencana Darurat Presisen AS untuk mendukung pengentasan AIDS.

Hari ini, lebih dari 17 juta orang yang hidup dengan HIV menjalani pengobatan, dan orang yang baru terinfeksi HIV serta yang meninggal dunia akibat AIDS semakin banyak.

AIDS 2016 akan fokus pada pekerjaan yang masih harus dilakukan, jika dunia ingin mencapai tujuan global mengakhiri AIDS pada 2030.

Meskipun terjadi kemajuan yang signifikan, namun lebih dari setengah orang dengan HIV masih tidak memiliki akses terhadap pengobatan.

Adapun alat pencegahan baru tetap tidak bisa dijangkau oleh sebagian besar orang yang membutuhkan, disamping pelanggaran hak asasi manusia yang masih terjadi di berbagai belahan dunia.

Saat konferensi pers, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki moon memperingatkan kebutuhan mendesak terhadap aksi lebih untuk menghindari kemungkinan terjadinya kemunduran.

"Sebagai komunitas global, kita harus bergerak cepat dan tegas untuk mencapai target yang akan membantu kita mengakhiri epidemi ini," kata Ban Ki -moon, dilansir Xinhua.

"Untuk benar-benar menyukseskannya, kita harus yakin bahwa setiap tindakan yang kita lakukan didasari oleh ilmu pengetahuan, menghormati HAM dan didanai," kata Chairman AIDS 2016 sekaligus Presiden Masyarakat AIDS Internasional Chris Beyrer.

Ia menambahkan, jika forum tidak membuat pilihan strategis, maka resikonya adalah kembali ke masa-masa sulit.

"Menunda berarti kalah," ujar Beyrer.

"Kaita telah membuat langkah besar di Afrika Selatan dan global dalam memerangi HIV, tetapi masih terlalu dini untuk menyatakan kemenangan," kata Olive Shisana, local Chair AIDS 2016.

Menurut Shisana, AIDS 2016 akan fokus terhadap aksi yang dibutuhkan untuk mencatat bab terakhir dalam perjuangan panjang memerangi AIDS.

Adapun tema AIDS 2016 adalah Akses Kesetaraan Hak Sekarang, yang berarti mengungkapkan kebutuhan untuk mengatasi hambatan yang sedang berlangsung, termasuk kurangnya donasi untuk pencegahan HIV, pengobatan dan penelitian.

Adapun entitas yang menjadi pusat untuk kesuksesan tersebut adalah kepemimpinan pejabat pemerintah, orang yang hidup dengan HIV, mitra masyarakat sipil dan pendukung.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya