Liputan6.com, Jakarta Organisasi dunia berisi orang-orang dengan IQ tinggi, Mensa, memiliki satu anggota termuda yang pantas diberi julukan anak jenius. Bocah perempuan itu bernama Heidi Hankins, yang kini berumur sembilan tahun.
Situs berita BBC mengungkapkan bahwa Heidi Hankins memiliki IQ sebesar 159, saat anak jenius itu berumur empat tahun.
Dalam artikel yang dipublikasikan pada 14 April 2012 disebut, putri pasangan Matthew Hankins dan Sophy, berada satu level di bawah Albert Einstein dan Stephen Hawking sebagai sosok yang memiliki kadar kecerdasan sangat tinggi.
Advertisement
Baca Juga
Saat ditanyakan pada Matthew dan Sophy, apakah tanda-tanda bahwa Heidi akan tumbuh menjadi anak jenius sudah terlihat sejak masih kecil, mereka pun menjawab, pada umur dua tahun, Heidi sudah pandai berhitung, melukis orang, dan membaca buku dengan faseh yang seharusnya kegiatan itu dilakukan oleh anak berumur tujuh tahun.
"Jauh sebelum itu, anak itu mulai mencoba berbicara di awal-awal kelahirannya, tapi jelas dia tidak mengucapkan apa-apa, hanya tanda-tanda kecil saja," kata Matthew kepada BBC dikutip Health Liputan6.com pada Senin (13/2/2017)
Matthew yang seorang dosen di University of Southampton pernah dibikin kaget, karena setiap kali dirinya mengajak Heidi bayi berbicara, mata sang anak selalu menatap ke arahnya. Seakan bocah yang kini tumbuh menjadi anak jenius ingin menunjukkan bahwa dia sangat antusias diajak berbicara.
"Ia juga sudah bisa berbicara sebelum berumur satu tahun. Ia bicara satu kalimat utuh," kata Matthew.
Kecerdasan lain yang pernah ditunjukkan sang anak jenius ini adalah, saat dia dapat dengan cepat mencari tontonan yang dia suka di Youtube.
"Kami pernah menempatkannya pada laptop untuk menonton CBeebies, karena pada saat itu kami tidak punya TV," kata sang ayah.
"Ketika kami tinggal sebentar, dan kembali lagi di dekatnya, kami menemukan anak ini menentukan sendiri tontonan yang dia senangi," kata Matthew menambahkan.
Semula Heidi mengklik gambar yang dia sukai dengan sangat cepat. Anak jenius itu sudah belajar bagaimana mengikuti petunjuk yang diberikan kepadanya. Sejak kejadian itu, Matthew yakin memberikan bacaan anak-anak SD kepada anaknya yang masih berumur satu atau dua tahun.
"Pada saat itu, dia kami berikan buku-buku bacaan anak sekolah dasar," katanya.
Orangtuanya mengaku tidak pernah memaksa Heidi untuk melakukan sesuatu. Semua yang mereka lakukan karena sadar sang anak punya kemampuan itu itu. Terbukti, bocah perempuan dengan julukan anak jenius berkembang lebih cepat daripada anak-anak seusianya, baik secara akademis, artistik, dan fisik.
Meski tumbuh menjadi anak jenius, Heidi kecil sama seperti bocah-bocah lainnya yang suka sekali bermain Barbie dan Lego. Hanya saja, kedua orangtua sering menangkap basah Heidi sedang baca buku di pojok ruangan.