Perempuan di Desa Ini Harus Punya Rambut Panjang Seperti Rapunzel

Rambut panjang para perempuan di desa yang dijuluki desa Rafunzel ada yang sepanjang dua meter.

oleh Liputan6 diperbarui 16 Apr 2017, 15:00 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2017, 15:00 WIB
Rambut Panjang Seperti Rapunzel (thesun.co.uk/BARCROFT MEDIA)
Rambut Panjang Seperti Rapunzel (thesun.co.uk/BARCROFT MEDIA)

Liputan6.com, Jakarta Memiliki rambut panjang seperti tokoh dongeng Rapunzel bukan lagi hal yang aneh. Terlebih untuk seluruh perempuan yang hidup di desa Hungluo, Cina Selatan. Desa mereka dijuluki desa Rapunzel, karena penduduknya berambut panjang.

Ada sebuah kepercayaan bahwa rambut panjang dapat membawa keberkahan dan nasib yang baik. Untuk itulah mereka tetap berusaha membuat rambutnya tetap kuat dan sehat bahkan sampai memasuki masa tua.

60 orang wanita dalam desa tersebut mempunyai rambut lebih dari tiga kaki atau kurang dari satu meter. Satu di antaranya memiliki rambut sepanjang dua meter lebih.

Seperti dikutip dari situs Daily Mail, Minggu (16/4/2017), salah seorang perempuan dari desa Huangluo, Pan Jifeng, 50 tahun, mengatakan bahwa tradisi memangjangkan rambut sudah dijalankan selama dua ribu tahun.

"Tradisi kami hanya mengizinkan untuk memotong rambut sebanyak satu kali seumur hidup," kata Pan. Para gadis baru diizinkan potong rambut saat berumur 18 tahun.

Sama halnya sunat pada anak laki-laki, memotong rambut dijadikan upacara sebagai penanda bahwa anak gadis tersebut sudah dewasa dan siap menikah.

Setelah upacara rambut tidak langsung dibuang, melainkan dijadikan ornamen rambut untuk nenek sang gadis. Gaya rambut wanita dalam tradisi di desa tersebut juga berbeda-beda, tergantung dengan status perempuan apakah dia lajang, menikah, atau sudah mempunyai anak.

Rahasia untuk mempunyai rambut panjang sudah diturunkan dari generasi ke generasi dengan menggunakan air beras yang terfermentasi serta sering membersihkan rambut di sungai daerah mereka yang jernih.

Untuk mendapatkan rambut panjang dan indah seperti para perempuan Huangluo, Anda bisa menyontek tradisi menggunakan air fermentasi dari beras yang mereka gunakan selama bertahun-tahun.

Reporter: Aida Tifany

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya