Liputan6.com, Jakarta Keputihan sudah menjadi masalah kewanitaan yang paling umum. Meski dapat dicegah, namun keputihan yang disertai dengan keluhan gatal dan bau harus diwaspadai.
Sayangnya pemahaman terkait keputihan khususnya di Indonesia masih diselimuti oleh sejumlah mitos. Seperti dikatakan dr. Resthie Rachmanta Putri. M.Epid dari Klikdokter.com, berikut mitos keputihan yang harus segera wanita singkirkan.
Baca Juga
Mitos 1. Nanas sebabkan keputihan
Advertisement
Faktanya, keputihan sama sekali tidak ada hubungannya dengan nanas. Resthie mengatakan, nanas merupakan buah tinggi serat dan vitamin C yang sangat baik bagi kesehatan tubuh.
Mitos 2. Mentimun sebabkan keputihan
Beberapa wanita percaya jika timun dapat memicu terjadinya keputihan. Namun Resthie mengatakan mentimun tidak menyebabkan masalah kewanitaan ini, dan justru baik untuk dikonsumsi, karena tinggi serat, air, vitamin B dan vitamin K.
Mitos 3. Sabun khusus vagina mampu mencegah keputihan
Resthie menjelaskan penggunaan cairan pencuci vagina atau sabun khusus (vaginal douching) yang berlebihan dapat mengubah keasaman vagina dan menurunkan jumlah bakteri baik pada vagina. Akibatnya, bakteri jahat yang hidup di area kewanitaan akan lebih mudah berkembang biak dan menyebabkan keputihan yang tidak normal.
Mitos 4. Keputihan akan hilang dengan sendirinya
Keputihan yang normal, akibat perubahan hormonal, memang dapat hilang dengan sendirinya. Namun, jika keputihan yang terjadi akibat infeksi jamur atau bakteri, maka pengobatan spesifik diperlukan untuk penyembuhannya.
Menurut Resthie, keputihan akibat infeksi bakteri biasanya ditandai dengan adanya cairan putih berbusa dan berbau amis. Sementara, keputihan akibat infeksi jamur ditandai dengan cairan putih yang bergumpal dan terasa gatal dikutip dari Klikdokter.com, Minggu (13/8/2017).