5 Kondisi Istri Diperbolehkan Keluar Rumah Tanpa Izin Suami, Penting untuk Muslimah

Mendapat izin dari suami adalah hal yang dianjurkan dalam Islam. Namun, ada beberapa kondisi yang membolehkan seorang istri untuk keluar tanpa izin suami, demi kepentingan pribadi, keluarga, atau pun agama.

oleh Putry Damayanty diperbarui 17 Nov 2024, 10:30 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2024, 10:30 WIB
Doa agar tidak mudah lupa
Ilustrasi Muslimah Credit: shutterstock.com

Liputan6.com, Jakarta - Islam tidak melarang umatnya untuk melakukan sesuatu tanpa alasan yang jelas. Setiap aturan yang ditetapkan bertujuan untuk kebaikan umat. Contohnya adalah aturan-aturan khusus yang berkaitan dengan wanita Islam atau muslimah.

Wanita adalah makhluk yang memiliki berbagai potensi kemudharatan. Oleh sebab itu, wanita diberi batasan serta aturan agar bisa menjaga diri dengan baik. Misalnya tentang pemahaman bahwa seorang istri harus mendapatkan izin dari suami sebelum meninggalkan rumah. 

Dalam konteks ini, meminta izin kepada suami saat keluar rumah bukan berarti istri tidak memiliki kebebasan, namun agar terbangun rasa saling menghormati dan menjaga komunikasi yang baik.

Tapi, di balik aturan tersebut, terdapat situasi-situasi tertentu yang membolehkan seorang perempuan keluar tanpa izin, demi kepentingan pribadi, keluarga, atau agama.

Mengutip dari bincangmuslimah.com, berikut adalah beberapa alasan istri diperbolehkan keluar rumah tanpa izin suami menurut pandangan ulama fiqih klasik dan kontemporer.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

1. Ketakutan atas Keselamatan Diri dan Rumah

arah hadap rumah primbon jawa
arah hadap rumah primbon jawa ©Ilustrasi dibuat Stable Diffusion

Ulama klasik, seperti Imam Zainuddin al-Malibari dalam Fath al-Mu’in, menyebutkan bahwa istri boleh keluar rumah jika ada keperluan mendesak terkait keselamatan diri atau rumah. Ulama kontemporer Wahbah az-Zuhaili juga mendukung pendapat ini. Sebagaimana dalam Fiqh al-Islami wa Adillatuh yang juga memperhatikan keselamatan sebagai prioritas dalam keadaan darurat.

وإذا خافت على نفسها من الضرر أو الضرورة، جاز لها الخروج من غير إذن الزوج، ما دام ذلك لا يتعارض مع مبادئ الشريعة

Artinya: “Dan jika seorang wanita takut terhadap bahaya atau keadaan darurat yang mengancam dirinya, maka diperbolehkan baginya untuk keluar tanpa izin suami. Selama hal tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat.”

2. Menuntut Hak atau Mendapatkan Keadilan di Pengadilan

Menurut Syaikh al-Malibari dalam Fath al-Mu’in, istri dapat keluar tanpa izin untuk memperjuangkan hak-haknya di pengadilan.

منها إذا خرجت إلى القاضي لطلب حقها منه

Artinya: “Termasuk juga jika seorang istri keluar untuk pergi ke pengadilan untuk memperjuangkan hak-haknya.”

3. Menuntut Ilmu atau Berkonsultasi dengan Ahli Agama

Ilustrasi muslimah, Islami
Ilustrasi muslimah, Islami. (Photo created by master1305 on www.freepik.com)

Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ menyatakan bahwa perempuan boleh keluar untuk menuntut ilmu atau meminta fatwa terkait agama, terutama jika tidak ada orang di rumah yang bisa memberikan penjelasan. Hal ini juga selaras dengan pendapat Syekh Yusuf al-Qaradawi, yang mendukung pentingnya pendidikan perempuan.

التعلم والتعليم من حقوق المرأة، والخروج لهذا الغرض جائز شرعاً إذا كان وفقاً لأحكام الإسلام

Artinya: “Belajar dan mengajar merupakan hak-hak perempuan, dan keluar rumah untuk tujuan ini boleh secara syariat selama sesuai dengan ketentuan-ketentuan Islam.”

4. Kebutuhan Ekonomi dan Pekerjaan

Dalam Fath al-Muin menjelaskan, Dalam kasus di mana suami tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga. Maka istri boleh bekerja di luar rumah untuk membantu perekonomian keluarga. Hal ini setara dengan teks di dalam Fiqh al-Mar’ah al-Muslimah karya Syaikh Yusuf al-Qaradawi

خروج المرأة للعمل والتعليم جائز ما دام لا يتعارض مع أحكام الشريعة، بل قد يصبح ضرورة لظروف معينة، كحاجة أسرتها إلى دخلها أو لتطوير ذاتها.”

Artinya: “Keluarnya perempuan untuk bekerja dan belajar adalah diizinkan selama tidak bertentangan dengan syariat, bahkan dalam kondisi tertentu hal tersebut bisa menjadi suatu keharusan, seperti kebutuhan keluarganya akan penghasilannya atau untuk mengembangkan dirinya.”

5. Mengunjungi Keluarga atau Menjenguk Orang Sakit

Ilustrasi menjenguk orang sakit
Ilustrasi menjenguk orang sakit. (Photo by Rawpixel on Freepik)

Kunjungan kepada keluarga dekat, seperti orang tua atau saudara, masuk sebagai kepentingan yang syariat larang. Terutama jika kunjungan tersebut mendesak, seperti untuk merawat keluarga yang sakit. Seperti ucapan Syaik al-Malibari dalam Fathul Mu’in:

ومنها إذا خرجت على غير وجه النشوز في غيبة الزوج عن البلد بلا إذنه لزيارة أو عيادة قريب لا أجنبي أو أجنبية على الأوجه لان الخروج لذلك لا يعد نشوزا عرفا.

Artinya: Termasuk pula jika seorang istri keluar rumah tanpa maksud membangkang (terhadap suami) saat suaminya sedang tidak berada di kota, tanpa izin darinya untuk tujuan mengunjungi atau menjenguk kerabat, bukan orang asing atau perempuan asing menurut pendapat yang lebih kuat, karena keluar untuk tujuan tersebut tidak dianggap sebagai pembangkangan menurut kebiasaan.”

Kesimpulannya, Islam memberi ruang bagi istri untuk keluar rumah tanpa izin suami dalam keadaan darurat. Yakni demi kepentingan yang lebih besar, seperti keselamatan, hak, pendidikan, dan kebutuhan ekonomi. Ulama klasik maupun kontemporer menerima baik hal ini, selama tetap mengikuti prinsip syariat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya