Liputan6.com, Jakarta Saat seseorang batuk-batuk dalam jangka waktu lama hingga lebih dua minggu, bahkan sampai batuk berdarah, kerap dianggap efek dari guna-guna atau santet. Padahal, itu merupakan salah satu gejala tuberkulosis (TB).
"Orang TB itu sering mendapat stigma. Dulu kalau ada yang batuk berdarah dibilang kena guna-guna, kena santetlah, padahal itu gejala TB," kata dokter spesialis paru yang juga ketua Ketua Pokja DOTS dan TB MDR RSUP Persahabatan, Erlina Burhan.
Baca Juga
TB merupakan penyakit akibat kuman Mycobacterium tuberculosis. Selain batuk dan batuk berdarah, orang yang terkena TB juga mengalami penurunan berat badan sampai membuat badan kurus, demam tidak terlalu tinggi, sesak napas, nyeri dada, berkeringat di malam hari walau sudah pakai AC.
Advertisement
Jika menemui gejala tersebut, pasien wajib datang ke puskesmas atau rumah sakit. Dokter bakal melakukan pemeriksaan kultur dahak untuk mengetahui benar tidaknya sakit TB. Jika memang positif TB, tak perlu takut karena penyakit ini ada obatnya dan bisa sembuh.
"(Penyakit) TB memang menular, tapi bisa diobati dengan teratur minum obat selama enam bulan," kata Erlina dalam rangkaian acara simposium tahunan Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indoensia di Jakarta pada Minggu (1/10/2017).
Pengobatan TB menggunakan kombinasi dari penggunaan empat obat, yakni Rifampisin, INH, Pirazinamid, dan Etambutol. Bila ingin sembuh, konsumsi obat TB harus teratur dan sampai habis. Bila berhenti di tengah bakal membuat TB malah bertambah parah.
Â
Saksikan juga video menarik berikut: