Larang Makan Micin Sama Saja Larang Bayi Minum ASI, Ini Alasannya

Sebesar apa sebenarnya dampak dari mengonsumsi makanan tinggi micin, sampai-sampai banyak orang pantang mengonsumsinya

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 23 Okt 2017, 12:00 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2017, 12:00 WIB
msg-micin-131017c.jpg
Micin itu tidak berbahaya

Liputan6.com, Jakarta Jargon generasi micin sering kita dengar akhir-akhir ini. Sebutan itu untuk menggambarkan para remaja zaman sekarang yang kerap tidak berpikir panjang sebelum bertindak. Kemudian orang-orang menyebut jika perilaku seperti itu adalah dampak terlalu banyak mengonsumsi makanan mengandung penyedap.

Bahkan jauh sebelum "generasi micin" lahir, entah sudah berapa banyak orangtua yang melarang si Kecil jajan sembarangan. Bekal selama di sekolah pun sebisa mungkin racikan ibu demi menjamin keamanan dan kesehatan pangan tersebut. Sudah tentu tidak pakai micin.

Micin, vetsin, atau apa pun sebutan untuk penyedap makanan ini selalu diartikan negatif. Seakan micin adalah senjata yang dapat berdampak buruk bagi banyak orang karena dianggap tak mengandung apa pun yang berfaedah untuk manusia.

"Micin itu mono-sodium glutamat. Kalau pun kita tidak pakai micin, bahan-bahan yang kita gunakan pun mengandung asam glutamat," kata Ahli Gizi dari Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Ir Ahmad Sulaeman MS PhD kepada Health Liputan6.com belum lama ini di Malang, Jawa Timur.

Asam glutamat yang ada di micin juga terdapat di sumber makanan lain yang kita santap sehari-hari. Tahukah Anda kalau asam glutamat terbanyak ada di air susu ibu (ASI) ?

"Kalau enggak boleh makan micin atau glutamat, berarti seorang bayi tidak boleh minum ASI, dong? Itu sama saja melanggar hak asasi manusia," kata Ahmad.

Seorang koki atau pemilik rumah makan boleh saja mengklaim tidak menggunakan micin di dalam masakan yang dia racik. Akan tetapi saat diuji coba, positif mengandung asam glutamat yang juga ada di micin. Ya, itu karena, di tomat, jamur, daging merah, bahkan sayur yang belum dimasak pun ada kandungan itu.

"Glutamat itu asam amino non-esensial yang ada pada protein. Jadi, kenapa harus dibenci? Wong kita enggak pakai pun akan dapat glutamat itu," kata Ahmad menekankan.

MSG terdiri dari glutamat, sodium, dan air yang semuanya adalah zat gizi. Dan glutamat merupakan salah satu asam amino non-esensial yang secara alami ada di dalam makanan yang berperan meningkatkan metabolisme, fungsi otak, dan otot.

Simak video menarik berikut ini:

 

Micin Penambah Napsu Makan

Micin, pada penelitian yang pernah dilakukan FEMA IPB, baik untuk meningkatkan nafsu makan pasien yang sedang sakit. Menurut Ahmad, secara tidak langsung micin, vetsin, atau MSG ini membantu memunculkan nafsu makan orang-orang yang kurang beruntung atau mereka yang berada di pedalaman. Untuk mendapatkan lauk saja susah, yang tersisa hanya nasi putih dan kerupuk.

"Sekarang begini, mending mana, nasi dan kerupuk tanpa tambahan micin tapi dia enggak mau makan, atau ditambah sedikit micin tapi nafsu makannya ada? Ini berguna banget buat orang sakit. Di mana harus ada asupan energi untuk penyembuhan," kata Ahmad.

Ahmad kemudian teringat masa kecilnya. Dia bukan berasal dari orang berada. Malah terkadang untuk makan saja harus terima nasib. Hanya ada nasi dan kecap. Orangtua Ahmad menambahkan sedikit micin pada bumbu masakan, yang membuat Ahmad begitu bersemangat untuk makan.

"Rasanya jadi enak dan gurih. Makanan saya habis. Apa ada masalah di saya? Tidak. Sekarang saya jadi profesor," kata Ahmad meyakinkan.

Menurut Ahmad, tidak ada istilah bodoh karena kebanyakan makan micin. Micin tak mempunyai dampak apa-apa, kecuali jika dikonsumsi dalam jumlah yang amat banyak. Seberapa takaran dari banyak itu, Ahmad mengatakan, tubuh dengan sendirinya akan memberi respons jika kita sudah kebanyakan asupan micin.

"Entah itu muntah atau lidah terasa tak enak," kata Ahmad lagi.

Ahmad menambahkan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan WHO, ternyata sampai dosis besar pun tidak apa-apa. Karena tidak akan mungkin orang makan micin sebanyak yang dapat menimbulkan dampak tersebut.

"Jadi sebenarnya, penelitian yang katanya micin bisa bikin kanker segala macam, karena tikus yang digunakan dicekokin micin dengan jumlah yang tidak rasional. Manusia tidak bakal makan sebanyak itu," kata Ahmad lagi.

 

Sejarah Micin Menggemparkan Dunia

Micin berbahaya bagi kesehatan, kata Ahmad, pertama kali bergema dan membuat banyak orang panik pada 1960-an. Kala itu heboh Sindrom Restoran Cina. Ada orang yang sehabis makan di restoran Cina tiba-tiba jadi berkeringat hebat, lalu meracau kepada pengunjung lainnya.

"Dia bilang 'Ini gara-gara vetsin. Makanan ini banyak mengandung MSG'. Dari situ orang mulai hati-hati terhadap penggunaan micin," kata Ahmad menjelaskan.

Adalah Dr Ho Man Kwok di balik kabar menggemparkan itu. Sehabis makan di salah satu restoran Cina di Amerika Serikat, Ho Man Kwok mengalami gejala seperti pusing, mual, dan mati rasa. Dia kemudian mengirimkan surat ke New England Journal of Medicine, dan menceritakan mengenai mati rasa di bagian belakang leher yang kemudian menyebar ke lengan dan punggung. Dia juga merasa lemas seketika, disertai irama jantung yang tak menentu.

Semula Ho Man Kwok menyalahkan penggunakan saus kecap yang digunakan sang koki. Namun, dia langsung membantahnya karena saat memasak di rumah dan menggunakan kecap yang sama, tidak mengalami kejadian seperti itu.

Kemudian dia menyalahkan MSG yang biasa dipakai sebagai penyedap di restoran Cina. Alhasil, perkiraan ini yang membuat para pakar mulai melakukan kajian ilmiah guna mencari bukti mengenai dampak penggunaan micin, vetsin, atau MSG tersebut.

Salah seorang peneliti yang tergelitik mencari tahu dampak dari MSG yang digembor-gemborin oleh Ho Man Kwok adalah Dr John W Olney dari Washington University. Pertama, dosis rendah diberikan kepada tikus yang baru lahir lewat mulut dan pembuluh darah. Hasilnya, nihil. Tikus dalam keadaan baik-baik saja.

Penelitian lanjutan dilakukan. Kali ini menggunakan dosis yang amat besar. Hasilnya, John menemukan jaringan mati di bagian otak tikus yang baru lahir tersebut. Tikus itu dibiarkan hidup sampai dewasa. Dalam perkembangannya, tikus itu memperlihatkan pertumbuhan yang terhambat, kegemukan, bahkan mandul.

Namun, takaran yang diberikan kepada tikus, tidak akan mungkin dikonsumsi oleh manusia normal. Pada dasarnya, manusia punya kemampuan menolak kelebihan micin yang masuk. Micin yang masuk ke tubuh manusia akan menjadi energi. Energi akan terbakar dengan seringnya kita bergerak.

Jadi, Ahmad kembali menjelaskan, tidak ada takaran pasti batasan untuk mengonsumsi micin setiap hari.

"Secukupnya saja. Berapa itu? Hanya kita sendiri yang menentukan," kata Ahmad.

Jika memang mau menghindar dari micin karena masih takut akan dampak yang ditimbulkan, Ahmad menyarankan menggunakan tomat, jamur, atau terasi. Jumlah kandungan micin di dalam tiga makanan itu sangat besar. Yang bisa menciptakan rasa gurih di dalam setiap makanan kita.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya