Menguak Penyakit Misterius yang Renggut Nyawa Saladin, Pemimpin Islam di Perang Salib

Penyakit misterius yang merenggut nyawa Saladin, sultan Islam yang sempat menaklukkan dan merebut kembali kota suci Yerusalem, akhirnya terkuak.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 06 Mei 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2018, 17:00 WIB
Saladin
Saladin, sultan yang menyatukan dunia Muslim pada abad ke-12 dan berhasil menaklukan Yerusalem. (Wikipedia)

Liputan6.com, Amerika Serikat Penyakit misterius yang membunuh Saladin kini terkuak. Saladin terkenal sebagai sultan yang menyatukan dunia Muslim pada abad ke-12. Ia berhasil merebut kembali Yerusalem, yang memicu terjadinya Perang Salib Ketiga.

Para ahli menganalisis, gejala-gejala penyakit Saladin berdasarkan data yang ditulis lebih dari 800 tahun yang lalu. Seorang profesor kedokteran dari University of Pennsylvania's Perelman School of Medicine, Amerika Serikat, Stephen Gluckman mengungkapkan, tifus adalah penyakit yang membunuh Saladin.

"Diagnosis pasti mungkin tidak akan pernah diketahui karena Saladin hidup sebelum zaman alat diagnostik penyakit modern muncul. Tifus tampaknya sesuai perkiraan yang jadi penyebabnya. Penyakit ini masuk ke tubuh setelah seseorang menelan makanan atau air yang terkontaminasi dengan bakteri Salmonella typhi," kata Gluckman, dikutip dari Live Science, Minggu (6/5/2018).

Tifus yang dialami Saladin baru saja diumumkan pada 4 Mei 2018 dalam sesi Konferensi Klinopatologi Tahunan ke-25 di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland.

Para ahli yang hadir dalam konferensi itu mendiagnosis kematian para tokoh sejarah dunia. Diagnosis kematian Lenin, Darwin, Eleanor Roosevelt, dan Lincoln pun dibahas pada konferensi tersebut.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

Pemimpin Muslim terpenting

Granat Tangan di era Perang Salib yang ditemukan di Israel  (Amir Gorzalczany/Israel Antiquities Authority/AP)
Granat Tangan di era Perang Salib yang ditemukan di Israel (Amir Gorzalczany/Israel Antiquities Authority/AP)

Saladin adalah sosok yang berperan penting dalam sejarah Eropa dan Timur Tengah. Seorang profesor sejarah abad pertengahan di Queen Mary University of London, Tom Asbridge mengungkapkan, Saladin termasuk salah satu pemimpin Muslim terpenting di era Perang Salib pada Abad Pertengahan.

Mantan Presiden Mesir, Gamal Abdel Nasser (1918-1970) bahkan terobsesi dengan Saladin. Saladin, lahir sekitar tahun 1137 atau 1138 di Tikrit--lokasi yang sekarang menjadi Irak. Ia berasal dari keluarga Kurdi sewaan (yang bekerja hanya demi uang).

Jejak perjuangannya terlihat saat Saladin dan pamannya, seorang pemimpin militer, melawan Kekhalifahan Mesir Fatimiyah, sebuah dinasti keagamaan yang memerintah dari tahun 909 hingga 1171.

Setelah pamannya meninggal pada tahun 1169, Saladin menggantikan kedudukan pamannya menjadi pemimpin militer. Pada waktu itu, Saladin berusia 31 atau 32 tahun. Menang dalam pertempuran, Saladin ditunjuk sebagai komandan pasukan Suriah di Mesir, menurut Encyclopedia Britannica.

Alami demam tinggi

20151111-Ilustrasi-Meninggal-Misterius-iStockphoto
Saladin mengalami demam tinggi lalu meninggal. (iStockphoto)

Pada 1187, tentara Saladin berhasil menaklukkan kota suci Yerusalem dan mengusir kaum Frank, yang mengambil Yerusalem 88 tahun sebelumnya pada Perang Salib Pertama. Tindakannya ini menyebabkan Perang Salib Ketiga terjadi pada tahun 1189 sampai 1192.

Setahun kemudian (1193), Saladin mengalami demam tanpa diketahui penyakitnya. Ia hanya bertahan selama dua minggu melawan penyakit itu. Ia meninggal pada usia 55 atau 56 tahun.

Gluckman punya beberapa rincian untuk membuat diagnosis. Wabah atau cacar mungkin bukan penyebab Saladin meninggal. Ini penyakit itu membunuh orang dengan cepat. Bukan pula tuberkulosis (TBC) karena catatan tidak menyebutkan Saladin didera masalah pernapasan.

Gejala yang dialami Saladin cocok dengan gejala tifus, yang ditandai demam tinggi, lemah, sakit perut, sakit kepala, dan kehilangan nafsu makan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya