Buku SD yang Sebut Yerusalem Ibu Kota Israel Sudah Diralat

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Totok Suprayitno mengungkapkan penyebutan ibu kota Israel sudah diralat.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 15 Des 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 15 Des 2017, 10:00 WIB
Buku Yerusalem Ibu Kota Israel
Pemkot Solo menarik peredaran buku berisi materi YYerusalem ibu kota Israel (Liputan6.com / Fajar Abrori)

Liputan6.com, Jakarta Buku Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VI yang menyebutkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel sudah ditarik.

"Buku itu sudah ditarik, diperbaiki. Beberapa hari lalu ketika muncul di medsos, saya sudah bilang ke Kabalitbang (dari Kemendikbud RI), ternyata sudah ditangani," kata Deputi Bidang Pendidikan dan Agama, Kementerian Koordinator Pembangungan Manusia dan Kebudayaan RI, Agus Sartono di peluncuran program Google.org di Jakarta, Kamis (14/12/2017).

Pada hari ini juga Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Totok Suprayitno mengungkapkan sudah meralat konten buku itu.

“Konten dalam buku tersebut diralat menjadi, ibukota negara Israel sebagai Tel Aviv,” kata Totok mengutip rilis dari laman resmi Kemendikbud.

Sikap politik luar negeri Indonesia, kata Totok, tidak mengakui penjajahan. Oleh karena itu, upaya penguasaan Yerusalem oleh Israel yang diawali pada Perang Arab-Israel tahun 1948 dinilai tidak sesuai dengan konstitusi negara Indonesia.

“Indonesia sejak awal mempunyai komitmen dan konsisten mendukung kemerdekaan Palestina dan tidak mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel,” katanya lagi.

Totok menyampaikan pemberitahuan ralat konten buku SD berisi Yerusalem tersebut segera disebarluaskan ke sekolah-sekolah melalui Dinas Pendidikan setempat.

 

Saksikan juga video menarik berikut:

Penerbit minta maaf

Agus juga menyampaikan penerbit buku Yudhistira sudah meminta maaf akan kejadian itu.

Di laman resmi Yudhistira mereka menyampaikan alasan penyebutan Yerusalem sebagai ibu kota Israel. "Perlu kami jelaskan bahwa data tersebut kami ambil dari sumber internet "world population data sheet 2010". Kami tidak mengetahui kalau ternyata data tersebut ternyata belum diakui secara sah oleh lembaga international," seperti tertulis di laman resmi yudhistira-gi.com dikutip Kamis (14/12/2017).

"Untuk itu kami mohon maaf apabila sumber yang kami ambil dianggap keliru. Kami akan melakukan perbaikan atau revisi pada cetakan berikutnya," tulis penerbit itu lagi.

Sebelumnya, isu ini mencuat setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat menyetujui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Indonesia dalam hal ini mengecam keras pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Presiden Joko Widodo menganggap, pernyataan tersebut melanggar berbagai kesepakatan damai yang telah lama dijaga.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya