Beritakan Bom Surabaya, Media Jangan Beri Ruang Teroris Sebarkan Ketakutan

Media harus bisa memberikan semangat positif agar masyarakat tidak dihantui ketakutan akibat aksi teror tersebut

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 15 Mei 2018, 12:45 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2018, 12:45 WIB
Gabungan Suporter Bola Gelar Aksi Lilin Doakan Korban Bom Surabaya
Peserta memanjatkan doa saat menyalakan lilin dalam aksi solidaritas terkait tragedi teror bom di Surabaya dan Sidoarjo di Taman Suropati, Jakarta, Senin (14/5). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Usai aksi teror bom Surabaya beberapa hari terakhir, masyarakat membutuhkan rasa aman yang bisa membuat mereka tenang. Di sini, media memiliki peran untuk hal tersebut.

"Selain pemberitaan yang informatif dan obyektif, paparan berita, framing, pilihan tuturan kata, selain empatik, menjaga masyarakat agar tidak terguncang lagi rasa amannya," kata psikolog Ratih Ibrahim.

Menurut dia, media saat ini harus bisa menyampaikan harapan positif akan keamanan. Mereka harus bisa menjelaskan pada masyarakat tentang upaya keras pemerintah dan Kepolisian Republik Indonesia dalam menangani kasus ini.

Selain itu, dia juga meminta agar media tidak memberikan ruang bagi teroris dalam menyebarkan ketakutan.

"Justru jangan beri ruang terlalu banyak kepada teroris, serta oknum-oknum yang merusak mengganggu kondusivitas," ujar pendiri Personal Growth ini ketika dihubungi Health Liputan6.com, ditulis Selasa (15/5/2018).

Media, menurut Ratih, harus menyampaikan semangat untuk bersama-sama menjaga keutuhan bangsa dan negara.

"Paparkan tentang semangat tinggi sebagai bangsa untuk bersama menjaga keutuhan bangsa," imbuhnya.

Simak juga video menarik berikut ini:

 

Masyarakat juga harus bisa memilih berita

Gabungan Suporter Bola Gelar Aksi Lilin Doakan Korban Bom Surabaya
Suasana saat gabungan suporter klub sepak bola memanjatkan doa sambil menyalakan lilin dalam aksi solidaritas terkait tragedi teror bom di Surabaya dan Sidoarjo di Taman Suropati, Jakarta, Senin (14/5). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Selain media, masyarakat juga harus lebih pintar dalam memilih berita yang dikonsumsinya. Hal ini juga berguna untuk mencegah ketakutan yang berlebihan pada warga.

"Butuh kedewasaan, ada kontrol yang harus dilakukan oleh masyarakat dalam menyikapi berita mana yang benar dan yang tidak," ujar psikolog Alva Paramitha.

Dia mengatakan, saat ini terorisme tidak lagi sekadar muncul di dunia nyata, tetapi juga di media sosial.

"Jadi memang dibutuhkan kedewasaan untuk melihat itu. Tidak main sebar, perlu konfirmasi lebih dulu. Tujuan teroris, kan, menyebarkan ketakutan dan kepanikan. Kalau kita bicara tentang traumatis, kan awalnya dari ketakutan itu," ujar satu dari sepuluh praktisi Bach Flower Remedies itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya