Â
Liputan6.com, Jakarta Jelang hari Kemerdekaan RI ke-73, Health-Liputan6.com menuliskan sosok-sosok penting di bidang kesehatan di masa lalu. Kali ini sosok dokter sekaligus pejuang kemerdekaan, dokter Ferdinand Lumban Tobing.
Baca Juga
Â
Advertisement
Ferdinand Lumban Tobing (biasa ditulis FL Tobing) merupakan dokter lulusan School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) pada 1924. Setelah lulus, ia mengabdikan dirinya di CBZ (sekarang RS Ciptomangunkusumo Jakarta) bagian penyakit menular.
Setelah di Jakarta, Ferdinand mengabdikan diri melayani masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Ia pernah bekerja di Tenggarong kemudian dipindahkan ke Jawa Timur. Ia kemudian pindah lagi bertugas ke Padang Sidempuan seperti tertulis dalam buku Atlas Pahlawan Indonesia.
Pada 1937, Ferdinand dipindahkan ke Sibolga menjabat sebagai dokter Rumah Sakit Umum hingga datangnya pasukan Jepang pada tahun 1942. Kemudian ia diminta menjadi dokter yang mengawasi kesehatan para romusha.
Ferdinand melihat sendiir para romusha disuruh bekerja keras tanpa jaminan hidup yang layak. Tidak mengherankan, banyak romusha yang sangat kurus ibarat kulit pembalut malang, bahkan banyak yang meninggal akibat kelaparan seperti mengutip laman Pahlawan Center.
Pekerjaan tersebut membuat Ferdinand tahu betul kejamnya tentara Jepang terhadap para romusha. Saat itu ia melihat sendiri kerja keras romusha ketika membuat benteng pertahanan di Teluk Sibolga.
Melihat kondisi getir itu, hatinya terketuk untuk bisa melakukan sesuatu. Ia melakukan protes dan bersuara keras atas kekejian Jepang terhadap romusha. Sikapnya itu, membuat nama Ferdinand mask dalam daftar orang-orang yang akan dibunuh Jepang seperti mengutip buku Mengenal Pahlawan Indonesia.
Â
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Urung dibunuh
Rencana Jepang membunuh Ferdinand urung dilanjutkan. Hal ini berkat Ferdinand berhasil menyelamatkan nyawa tentara Jepang yang hampir sekarat karena jatuh dari mobil.
Saat itu, seorang perwira Kempetai yang mempunyai kekuasaan bemama Inoue mengalami kecelakaan parah ketika belajar mengendarai mobil. Dokter-dokter Jepang sudah berusaha menyembuhkannya, tidak berhasil. Lalu, Ferdinand menawarkan diri untuk membantu menyembuhkan Inoue.
Walau sempat dianggap tak kompeten, akhirnya Ferdinand diperkenankan merawat Inoue. Berkat Tuhan dan kegigihan Ferdinand, sedikit demi sedikit Inoue berangsur sembuh.
Kepercayaan Jepang membuat Ferdinand diangkat menjadi Ketua Dewan Perwakilan Daerah (Syu Sangikai) untuk Karesidenan Tapanuli pada 1943.Â
Pada 19 Desember 1948, Ferdinand diangkat menjadi Gubernur Militer Tapanuli. Ia memimpin perjuangan menghadapi pasukan Belanda yang bergerilya di sana.
Kiprah Ferdinand untuk Indonesia terus berlanjut. Di era Kabinet Ali Sastroamidjojo I, ia menjabat sebagai menteri penerangan 30 Juli 1953 hingga 12 Agustus 1955. Lalu, ia juga pernah menjabat sebagai menteri tenaga kerja dan transmigrasi dari 9 April 1957 sampai 10 Juli 1959.
Pada 7 Oktober 1962, ia meninggal dunia di Jakarta pada usia 63 tahun. Jasa besar Ferdinand bagi negara ini membuat pemerintah menetapkannya sebagai salah satu pahlawan kemerdekaan nasional pada November 1962.
Selain itu, Ferdinand Lumbang Tobing dijadikan sebagai nama bandar udara di Pinangsori, Tapanuli Tengah.
Advertisement