Liputan6.com, Jakarta Perilaku masyarakat di beberapa wilayah di Indonesia yang masih abai terhadap kebersihan menyebabkan penyakit tertentu merajalela. Salah satu contohnya di Desa Panimbang Jaya di Pandeglang, Banten. Warga di desa tersebut memiliki kebiasaan BAB di tempat terbuka seperti di kebun ataupun di tepi pantai.
Kebiasaan BAB di tanah dan ruang terbuka menyebabkan penyakit cacingan mudah menyebar. Tim Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang dipimpin oleh Prof dr Saleha Sungkar DAP&E, MS, Sp.Par.K. dari Departemen Parasitologi FKUI ketika melakukan pengabdian masyarakat pada Agustus dan September 2018 menemukan, 159 dari 382 siswa sekolah dasar di Panimbang mengidap cacingan.
Baca Juga
Melalui pemeriksaan feses untuk mendeksi cacingan, tim Fakultas Kedokteran UI mendapati dua jenis cacing yang menjangkiti para siswa yakni cacing gelang (Ascaris lumbricoides) dan cacing cambuk (Trichuris trichiura).
Advertisement
"BAB di tanah menyebarkan penyakit cacingan dan anak yang mengidap cacingan akan mengalami kekurangan gizi, anemia (kurang darah), dan gangguan kecerdasan serta mudah terkena penyakit," tulis Prof Saleha dalam surat elektronik yang diterima Health-Liputan6.com.
Selain memeriksa feses para siswa, tim pengabdian masyarakat FKUI juga melakukan pengecekan darah untuk mendeteksi anemia pada murid sekolah dasar tersebut. Hasilnya, 35 persen atau 55 siswa mengalami anemia.
Â
Â
Pemberian obat cacing dan penambah darah
Guna mengatasi masalah kesehatan itu, tim FKUI memberi para siswa sekolah dasar obat cacing dan sirup penambah darah. Tim yang dipimpin Prof Saleha Sungkar kemudian kembali melakukan pemeriksaan feses dua minggu setelah pemberian obat cacing. Hasil pemeriksaan menunjukkan, 96 persen siswa sembuh dari cacingan. Tersisa 10 anak yang masih positif cacingan sehingga harus kembali diberi obat cacing hingga semua anak bebas dari penyakit tersebut.
Tim FKUI berharap status gizi di Desa Panimbang meningkat dan anak terbebas dari anemia. Namun, jika kebiasaan warga dolut (modol/BAB di laut), dosir (modol/BAB di pasir) dan dolbon (BAB di kebun) tetap dilakukan, maka cacingan bisa kembali menginfeksi.
"Oleh karena itu, warga harus berperilaku hidup bersih dan sehat dengan cara BAB di jamban, tidak boleh lagi dolut, dosir dan dolbon," pesan Prof Saleha.
Hal lain yang juga harus menjadi perhatian warga yakni mulai menerapkan kebiasaan harus cuci tangan pakai sabun terutama sesudah BAB, sebelum makan dan sesudah bersentuhan dengan tanah. "Kuku harus bersih dan dipotong pendek. Sayuran harus dicuci bersih dan makanan harus ditutup sehingga tidak dihinggapi lalat," tutup Prof Saleha Sungkar.
Advertisement
Memiliki potensi wisata
Desa Panimbang Jaya mempunyai potensi sebagai daerah wisata. Desa tersebut memiliki pantai dengan kawasan wisata Tanjung Lesung yang merupakan kawasan ekonomi khusus (KEK). KEK merupakan contoh terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi pada sektor pariwisata, perdagangan dan industri serta mempercepat perkembangan daerah.
Hanya saja, wilayah pantai di Desa Panimbang yang sangat kotor, banyak sampah berserakan dan kebiasaan anak-anak maupun orang tua BAB di tepi pantai dan di kebun menjadikan daerah tersebut belum layak menjadi daerah wisata.
Kebiasaan warga BAB di tempat terbuka, baik siang atau malam, dan terkesan tak peduli dilihat orang lain atau tidak menjadikan lokasi jauh dari menarik. Selain mengganggu pemandangan, kondisi itu tentunya sulit mendatangkan wisatawan.