Liputan6.com, Jakarta Direktur Harvard Business Review, Betty-Ann Heggie tertawa lepas usai mengakhiri rapat investor dengan bos dan rekan sejawatnya. Ketika tertawa, orang-orang tercengang. Mereka berbalik menatap Betty-Ann dengan ekspresi wajah yang aneh.
Betty-Ann menyadari beberapa kali dia tertawa lepas mungkin menimbulkan ketidaknyamanan dalam situasi profesional kerja. Namun, tertawa di kantor tidak menghalangi kemajuan bekerja.
Baca Juga
Bahkan, tertawa sangat dibutuhkan di kantor. Beberapa penelitian menunjukkan manfaat tertawa di kantor.
Advertisement
Menurut penelitian dari institusi Wharton, Massachusetts Institute of Technology dan London Business School, setiap humor atau tawa bisa membawa manfaat bisnis. Tertawa mengurangi stres dan kebosanan seperti dilansir dari Harvard Business Review, Kamis (22/11/2018).
Tertawa lepas saat berada di kantor juga bisa meningkatkan kesejahteraan karyawan, kreativitas, kolaborasi, dan produktivitas kerja. Bahkan, melemparkan candaan di saat yang tepat membuat orang terlihat lebih kompeten seperti disampaikan Profesor Harvard Business School, Alison Wood Brooks.
Â
Â
Saksikan juga video menarik berikut
Mood baik dan tubuh lebih rileks
Tak hanya Dalam Mayo Clinic disebutkan manfaat hebat dari tertawa. Ketika Anda tertawa itu meredakan stres serta menstabilkan detak jantung, dan tekanan darah. Hasil yang diperoleh, perasaan menjadi baik dan tubuh lebih rileks.
Penelitian lain menemukan, stres yang lebih rendah menguntungkan karyawan dan mengurangi ketidakhadiran. Sekelompok peneliti bahkan menemukan, setelah menonton video komedi, karyawan 10 persen lebih produktif daripada rekan-rekan mereka yang tidak menonton komedi.
Profesor Harvard Business School, Rosabeth Moss Kanter mencatat, tertawa secara keseluruhan termasuk positif.
"Biarkan tawa Anda terbang bebas. Tidak sepanjang hari juga maksudnya, yang penting setiap hari. Kadang-kadang di jam-jam kantor tengah hari yang penuh tekanan, ada gunanya tertawa," ujar Betty-Ann.
Walau begitu, ada sisi buruk terlalu banyak humor atau tawa. Misalnya, bos yang menggoda karyawan atau menceritakan lelucon kotor dapat membuka jalan bagi karyawan lain untuk berperilaku buruk.
Advertisement