Profesor Tjandra Yoga Tetap Nikmati Musim Semi Saat Lockdown 2.0 COVID-19 di India

Cerita Prof Tjandra Yoga Aditama menikmati bunga musim semi di India di tengah Lockdown 2.0.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 22 Apr 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2020, 08:00 WIB
India
Cerita Prof Tjandra Yoga Aditama menikmati bunga musim semi di India di tengah Lockdown 2.0. (Dok Prof Tjandra Yoga Aditama)

Liputan6.com, New Delhi Di tengah lockdown tahap kedua akibat COVID-19 atau yang disebut Lockdown 2.0 di India, Direktur Penyakit Menular WHO South-East Asia Region (SEARO) Prof Tjandra Yoga Aditama tetap menikmati keindahan musim semi.

Bunga-bunga mulai bermekaran, menandai pergantian musim dari dingin ke semi. Namun, Anda jangan membayangkan dapat berjalan-jalan bersama dan berkerumun di sepanjang jalan dan taman untuk menikmati mekarnya bunga.

Prof Tjandra sendiri memanjakan mata melihat bunga musim semi di sekitar kompleks rumahnya di New Delhi. Di beberapa dinding rumah di kompleks tampak bunga-bunga tumbuh.

"Di dalam kompleks (rumah) banyak sekali taman, jadi bukan halaman rumah pribadi. Di kota juga ada taman yang luas sekali. Bunga-bunga mekar, tapi ya kosong (tidak ada satupun warga yang berkumpul atau berkunjung)," tutur Prof Tjandra, sapaan akrabnya, saat berbincang dengan Health Liputan6.com melalui pesan singkat, ditulis Selasa (21/4/2020).

Sembari memperlihatkan foto selfie dengan latar belakang taman yang penuh bunga di depan rumahnya, taman terlihat kosong. Tidak ada warga yang datang berkunjung ke taman. Tetapi ia cukup beruntung bisa melihat bunga di taman dari depan rumah.

"Sekarang musim semi ini, tidak ada yang jalan-jalan di taman di kompleks, seperti (taman) yang ada di depan rumah saya ini," lanjut Tjandra.

 


Bunga Mekar di Kashmir

India
Prof Tjandra Yoga Aditama saat berkunjung ke Kashmir, India, saat Festival Tulip, musim semi April, tiga tahun lalu. (Dok Prof Tjandra Yoga Aditama)

Prof Tjandra terkenang, saat ia berkunjung ke Kashmir tiga tahun silam. Pada waktu itu, tepat pada bulan April, hamparan bunga tulip membuat siapapun yang melihat akan berdecak kagum. Terpesona dengan mekarnya tulip yang berwarna-warni dengan latar belakang pemandangan pegunungan nan elok.

"Ini April, tiga tahun yang lalu saat musim semi di Kashmir. Setiap April ada Festival Tulip," kenangnya dengan memperlihatkan foto kunjungan ke Kashmir.

Ladang tulip berjejer rapi di belakang mantan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan ini. Sambil duduk mengenakan jaket dan kacamata hitam, tampak hamparan bunga tulip warna merah, putih, oranye hingga merah muda.

Melansir India Times, saat Lockdown 2.0 pada April 2020 ini, bunga tulip pun tengah mekar di Srinagar, Jammu, dan Kashmir.

Memori Tjandra tahun lalu juga mengingat, saat musim semi, warga India biasanya jalan-jalan ke taman. Bahkan taman yang berada di dalam Istana Presiden (Rashtrapati Bhavan) di New Delhi dibuka untuk warga.

"Tahun lalu, warga akan jalan-jalan ke taman. Juga Istana akan membuka tamannya untuk warga. Mereka boleh masuk beberapa minggu selama musim semi berlangsung," ujar Tjandra.


Tepuk Tangan dan Cahaya Lilin

FOTO: Berjuang Lawan Corona, Warga India Nyalakan Lilin hingga Obor
Warga menyalakan lilin dan obor untuk menandai perjuangan melawan pandemi virus corona COVID-19 di Mumbai, India, Minggu (5/4/2020). Aksi menyalakan lilin, obor, hingga lampu tembikar ini berlangsung selama sembilan menit mulai pukul 21.00 waktu setempat. (AP Photo/Rajanish Kakade)

Menjelang lockdown tahap kedua, ada momen yang selalu tertanam di benak Prof Tjandra. Tepat 9 hari pada sebelum India lockdown tahap pertama berakhir, pada pukul 21.00 seluruh penduduk India yang stay at home diminta menyalakan lilin selama 9 menit.

Seluruh lampu dimatikan, berganti dengan cahaya lilin.

"Jam 9 malam seluruh lampu rumah dimatikan dan 1,3 miliar penduduk India diminta 9 menit menyalakan lilin atau diya (cawan kecil diisi minyak dan sumbu). Bahkan lampu senter HP. Dalam 9 menit itu ditembakkan juga kembang api ke angkasa  New Delhi," cerita Prof Tjandra, yang juga mantan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan.

Sebelumnya, saat sore hari pukul 17.00 seluruh penduduk India diminta ke balkon dan teras rumah masing untuk bertepuk tangan selama 5 menit. Sebagai tanda ungkapan terima kasih kepada petugas kesehatan, polisi, pelayanan umum, dan lain-lain yang melayani masyarakat.

"Di kompleks rumah saya, warga patuh bertepuk dan menabuh piring, panci di rumah, tapi di beberapa daerah lain, mereka malah menari di jalan, seperti di film-film India, sehingga sempat ada protes soal itu," Prof Tjandra menambahkan.

"Maksud tindakan di atas, pertama, memberi penghargaan pada petugas kesehatan dan petugas lapangan lain yang menangani COVID. Kedua, menyalakan cahaya terang untuk memberi harapan mengatasi COVID-19”, dan ketiga menunjukkan, India bersatu (United), ditunjukkan dengan seluruh 1,3 miliar penduduk menyalakan lilin) melawan COVID-19."

Total lockdown di India selama 40 hari, sejak 25 Maret 2020, yang kemudian diperpanjang hingga 3 Mei 2020.


Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya