Liputan6.com, Jakarta Alba Maruri dinyatakan meninggal dunia usai mengalami gejala COVID-19. Keluarganya bahkan sudah menerima abu jenazahnya hingga ternyata mereka mengetahui bahwa wanita 74 tahun itu masih hidup.
Kejadian tersebut berawal di 27 Maret lalu ketika wanita Ekuador tersebut dirawat di unit perawatan intensif dengan demam tinggi dan sesak napas. Dia diduga terinfeksi COVID-19 namun tidak pernah dinyatakan positif karena tidak diuji.
Baca Juga
Di hari yang sama, dokter mengatakan bahwa Maruri sudah meninggal dunia. Keluarga juga sempat ditunjukkan jenazahnya. Seminggu kemudian, keluarga menerima abu jenazah usai wanita itu dilaporkan dikremasi.
Advertisement
Namun beberapa hari kemudian, saudarinya Aura mengatakan bahwa petugas kesehatan mendatangi rumahnya di Guayaquil dan memberitahukan mengenai adanya kesalahan yang membuat mereka kaget.
"Mereka meminta maaf dan memberi tahu kami, 'Adik Anda masih hidup' dan kami sangat terkejut," kata Aura seperti dikutip dari The Independent pada Selasa (28/4/2020).
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Ternyata Koma Tiga Pekan
Dikabarkan bahwa Maruri yang asli sesungguhnya sempat mengalami koma selama tiga pekan.
Keponakan Maruri, Juan Carlos Ramirez mengungkapkan di media sosial bahwa rumah sakit kewalahan karena banyaknya pasien COVID-19 di Guayaquil. Mereka bahkan kebingungan dengan nama pasien.
Ramirez menceritakan bahwa saat Maruri bangun, dia meminta dokter memanggil saudara perempuannya.
"Para dokter pergi ke rumah bibi saya untuk membenarkannya dan melaporkan adanya kesalahan," kata Ramirez.
Advertisement
Abu dari Jenazah Tak Dikenal
Yang membuat keluarga Maruri kebingungan saat ini adalah identitas dari abu jenazah yang mereka terima. Awalnya, mereka percaya bahwa itu adalah abu kremasi dari Maruri. Apalagi, jenazah utuhnya sempat ditunjukkan meski hanya dari jarak jauh.
"Saya takut melihat wajahnya. Saya satu setengah meter jauhnya. Dia punya rambut dan warna kulit yang sama," kata Jaime Morla, salah satu keponakan Maruri pada AFP seperti dikutip dari New York Post.
"Selama hampir sebulan kami mengira dia sudah mati. Bayangkan. Saya mendapatkan abu orang lain," kata Aura.
Guayaquil menjadi pusat penyebaran virus corona di Ekuador. Setidaknya tercatat 22 ribu kasus COVID-19 terjadi di sana dengan sekitar 600 kematian.