Dokter Italia: COVID-19 Bagai Harimau di Maret Lalu, Sekarang Mirip Kucing Liar

Matteo Bassetti, seorang dokter sekaligus kepala klinik penyakit menular di rumah sakit San Martino, Italia mengatakan COVID-19 mengalami penurunan tingkat bahaya dan dapat hilang dengan sendirinya.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 23 Jun 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2020, 12:00 WIB
Mengintip Ruang Isolasi Pasien Virus Corona di RSUP Persahabatan
Aktivitas tim medis saat menangani pasien dalam pengawasan (PDP) virus corona atau COVID-19 di ruang isolasi Gedung Pinere, RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, Rabu (4/3/2020). Sebanyak 10 dari 31 pasien yang dipantau dan diawasi RSUP Persahabatan merupakan pasien rujukan. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Matteo Bassetti, seorang dokter sekaligus kepala klinik penyakit menular di rumah sakit San Martino, Italia mengatakan COVID-19 mengalami penurunan tingkat bahaya dan dapat hilang dengan sendirinya.

"Kesan klinis yang saya miliki adalah bahwa virus ini berubah dalam tingkat keparahan. Itu tampaknya menjadi kurang kuat, mungkin karena mutasi genetik," kata Bassetti kepada Sunday Telegraph mengutip New York Post (23/6/2020).

“Pada Maret dan awal April polanya sangat berbeda. Orang-orang datang ke Unit Gawat Darurat dengan penyakit yang sangat sulit untuk ditangani dan mereka membutuhkan oksigen atau ventilator, serta terjadi pneumonia.”

Namun dia mengatakan dalam sebulan terakhir, pola tersebut telah benar-benar berubah. Bassetti mengumpamakan COVID-19 seperti harimau yang agresif di Maret dan April tapi sekarang ini seperti kucing liar.

“Bahkan pasien lanjut usia, berusia 80 atau 90 tahun, sekarang dapat duduk di tempat tidur dan mereka bernapas tanpa bantuan. Pasien yang sama di bulan Maret atau April akan meninggal dalam dua atau tiga hari sebelumnya."

Simak Video Berikut Ini:

Alasan Virus Melemah

Bassetti memiliki alasan tersendiri atas pernyataannya. Salah satu alasannya adalah karena virus itu bermutasi sebagai respons terhadap langkah-langkah jarak sosial.

“Saya pikir virus telah bermutasi karena sistem kekebalan tubuh kita bereaksi terhadap virus dan kita memiliki viral load yang lebih rendah sekarang karena isolasi mandiri, memakai topeng, dan jarak sosial,” katanya.

"Kami masih harus mencari tahu mengapa sekarang polanya berbeda. Mungkin saja virus itu akan musnah sebelum para peneliti menemukan vaksin,” katanya.

Alasan lainnya, ia melihat jumlah pasien yang terus menurun dan jumlah sembuh lebih banyak dari jumlah infeksi baru.

Namun, pakar lain kurang optimis tentang prospek virus yang dapat segera menghilang. Dr. Bharat Pankhania, seorang profesor di Sekolah Kedokteran Universitas Exeter di Inggris mengatakan butuh waktu bertahun-tahun agar virus menghilang.

"Saya tidak yakin virus tersebut dapat mati secepat itu. COVID-19 akan hilang jika tidak ada yang menginfeksi. Jika kita berhasil menemukan vaksin, maka kita akan dapat melakukan penanganan seperti yang sebelumnya kita lakukan dengan cacar. Tetapi karena sangat menular dan menyebar, itu tidak akan hilang untuk waktu yang sangat lama."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya