Survei: Tingkat Kecemasan Pada Penyintas Kanker Akibat COVID-19 Rendah

Survei menunjukkan rendahnya tingkat kecemasan yang dialami penyintas kanker selama masa pandemi.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 02 Agu 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2020, 08:00 WIB
Kecemasan
Ilustrasi cemas (Photo: Anthony Tran/ Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Survei Dampak Pandemi COVID-19 Pada Penyintas Kanker menunjukkan rendahnya tingkat kecemasan yang dialami penyintas kanker selama masa pandemi.

Survei ini dilakukan secara daring pada 355 responden yang seluruhnya adalah penyintas kanker berusia 40 sampai 59 tahun. Dilakukan pada 1 hingga 8 Juli 2020 dengan tujuan mengetahui pengetahuan, sikap, perilaku dan kecemasan penyintas kanker terhadap COVID-19.

“Kita menggunakan stress thermometer, mereka tinggal menjawab pertanyaan dengan yes atau no kemudian kami nilai tingkat stresnya,” ujar peneliti utama, dr. Elisna Syahruddin, PhD, Sp.P(K)Onk dalam webminar Lungtalk IPKP, Sabtu (1/8/2020).

Survei menunjukkan, penyintas kanker dengan tingkat kecemasan tinggi itu hanya 6.6 persen.

“Kalau kecemasan ditanya pada orang kanker, kecemasan itu sudah ada sejak awal, jadi mereka sudah enteng dengan ini. Wajar tingkat cemasnya tidak berat karena saat dinyatakan kanker dia sudah berlatih dengan stres tingkat tinggi, saat sebelum dan sesudah diagnosis pasti dia stres.”

Pada akhirnya, tambah Elisna, penyintas kanker memiliki kemampuan meredam stres yang baik dan cenderung tenang menghadapi pandemi ini.

“Tapi kecemasan tetap ada, seperti takut terinfeksi dan takut proses terapinya terganggu.”

Simak Video Berikut Ini:

Hasil Lainnya

Hasil survei juga menunjukkan, para penyintas kanker memiliki pengetahuan yang baik tentang COVID-19. Sikap mereka terhadap situasi ini pun baik dengan selalu memakai masker jika bepergian dan melakukan peraturan lainnya.

“Terkait kewaspadaan, ternyata hanya ada 17.7 persen yang melakukan tes tapi hasilnya semua non reaktif. Ada 7.3 persen orang yang melakukan tes usap dan hasilnya negatif.”

50 persen lebih responden menyatakan bahwa mereka tidak mengalami gejala-gejala COVID-19. Sedang, masalah yang paling banyak dihadapi para penyintas adalah masalah ekonomi dan pekerjaan.

“Sebenarnya, untuk orang Indonesia kerja itu adalah area untuk mengurangi stres karena ada sosialisasi dengan teman.”

   

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya