Laporan PBB: Setiap 16 Detik, 1 Bayi Lahir Dalam Kondisi Tak Bernyawa

Laporan WHO. UNICEF, dan PBB menyebutkan, setidaknya ada 1 bayi yang dilahirkan dalam kondisi tak bernyawasetiap 16 detik di dunia

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 10 Okt 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2020, 13:00 WIB
Liputan 6 default 5
Ilustrasi bayi (sumber: Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Hampir 2 juta bayi di dunia lahira dalam kondisi yang sudah tidak bernyawa setiap tahunnya. Angka ini setara dengan 1 bayi yang lahir mati setiap 16 detik.

Laporan tersebut dikeluarkan oleh UNICEF, World Health Organization (WHO), World Bank Group, dan Divisi Populasi dari Departemen Bidang Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Dalam laporan bertajuk "A Neglected Tragedy: The Global Burden of Stillbirths," 84 persen kejadian bayi lahir mati terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Di tahun 2019, 3 dari 5 kelahiran mati terjadi di Afrika sub-Sahara atau Asia Selatan.

Dilansir dari laman resmi WHO pada Jumat (9/10/2020), lahir mati atau stillbirth, didefinisikan sebagai kelahiran bayi tanpa tanda-tanda kehidupan pada usia kehamilan 28 pekan atau lebih.

"Kehilangan anak saat dilahirkan atau selama kehamilan adalah tragedi yang menghancurkan bagi sebuah keluarga, yang sering dialami secara diam-diam, tetapi terlalu sering, di seluruh dunia," kata Henrietta Ford, Direktur Eksekutif UNICEF.

"Setiap 16 detik, seorang ibu di suatu tempat akan menderita tragedi lahir mati yang tak terungkapkan. Di luar hilangnya nyawa, biaya psikologis dan finansial bagi wanita, keluarga, dan masyarakat sangatlah berat dan bertahan lama."

 

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

Ancaman Pandemi COVID-19

Ilustrasi Bayi Kembar
Ilustrasi bayi kembaar. (dok. Unsplash.com/Fallon Michael/@fallonmichaeltx)

Ford mengatakan, kondisi ini harusnya tak terjadi pada banyak ibu. Kebanyakan kasus lahir mati dapat dicegah dengan pemantauan berkualitas baik, perawatan antenatal yang tepat, serta bidan yang terampil.

Selain itu, pandemi COVID-19 diperkirakan akan memperburuk jumlah bayi yang lahir mati secara global. Penurunan layanan kesehatan hingga 50 persen akibat pandemi dapat menyebabkan hampir 200 ribu bayi lahir mati dalam 12 bulan, di 117 negara berpenghasilan rendah dan menengah. Peningkatan angkanya sekitar 11,1 persen.

Mereka mengatakan, sebelum pandemi pun, hanya sedikit wanita di negara berpenghasilan rendah dan menengah yang menerima perawatan yang tepat dan berkualitas untuk mencegah kelahiran mati.

 

Pentingnya Investasi di Sistem Kesehatan

Ilustrasi Bayi
Ilustrasi bayi. (dok. Unsplash.com/Alex Pasarelu/@bellefoto)

Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO mengatakan bahwa menyambut bayi ke dunia harusnya bisa jadi saat yang membahagiakan. Namun setiap harinya, ribuan orangtua mengalami kesedihan yang tak terbendung karena bayinya lahir mati.

"Tragedi lahir mati menunjukkan betapa pentingnya memperkuat dan memelihara layanan kesehatan yang esensial dan betapa pentingnya meningkatkan investasi pada perawat dan bidan," kata Tedros.

Tantangan tersebut tak hanya dihadapi negara berpenghasilan rendah dan menengah. Laporan tersebut menyebutkan, tahun 2019, 39 negara berpenghasilan tinggi memiliki jumlah bayi lahir mati lebih tinggi daripada kematian neonatal. Sementara di 15 negara, angka bayi yang lahir mati lebih tinggi ketimbang kematian bayi mendadak.

"Wanita hamil membutuhkan akses berkelanjutan ke perawatan berkualitas selama kehamilan dan selama persalinan," kata Muhammad Ali Pate, Global Director for Health, Nutrition and Population World Bank dan Director Global Financing Facility for Women, Children and Adolescents.

"Kami mendukung negara-negara dalam memperkuat sistem kesehatan mereka untuk mencegah kelahiran mati dan memastikan bahwa setiap wanita hamil dapat mengakses layanan perawatan kesehatan yang berkualitas."

Infografis eksploitasi seksual anak

Eksploitasi Seksual Anak
Infografis eksploitasi seksual anak (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya