Liputan6.com, Jakarta Mutasi virus COVID-19 bukan hal pertama yang terjadi di dunia. Sebelum penemuan COVID-19 varian Inggris sempat ditemukan juga mutasi D614G.
Menurut Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Prof. Bambang Brojonegoro, Ph.D. mutasi virus D614G tidak terbukti meningkatkan penularan lebih cepat, keparahan, dan tingkat kematian.
Baca Juga
5 Cara Mengonsumsi Alpukat untuk Menurunkan Kolesterol dan Mendapatkan 3 Manfaat untuk Jantung Anda
Timnas Indonesia Berhasil Keluar dari Persaingan Ketat Grup B Piala AFF 2024, Jika Sukses Kalahkan Filipina
Prediksi Susunan Pemain Timnas Indonesia Melawan Filipina di Piala AFF 2024, Ini Strategi Shin Tae-yong
“Bedanya, yang sekarang ini kalau dilihat dari data, penyebarannya memang lebih cepat dan salah satu yang dipengaruhi varian Inggris ini dia menyerang bagian receptor binding domain (RBD),” ujar Bambang dalam konferensi pers Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kamis (24/12/2020).
Advertisement
Ini berbeda dengan mutasi sebelumnya, karena D614G tidak menyerang RBD. Secara sederhana, RBD adalah domain pengikat reseptor yang terletak di protein lonjakan virus corona yang memungkinkannya berlabuh ke reseptor tubuh untuk masuk ke dalam sel dan menyebabkan infeksi.
Dampak dari adanya varian baru COVID-19 ini adalah pada pemeriksaan PCR, lanjut Bambang. Varian baru COVID-19 memengaruhi kinerja beberapa tes PCR diagnostik yang menggunakan target gen s (spike) sehingga dapat terjadi gangguan akurasi.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Berikut Ini:
Akibat Cepatnya Penularan
Kecepatan penularan COVID-19 varian baru ini ditandai dengan kenaikan kasus di Inggris. Dari data Kementerian Riset dan Teknologi Nasional saat ini penular di Inggris akan menularkan virus ke lebih dari satu orang.
“Artinya, kalau satu orang membawa virus maka dia akan menyebarkan ke lebih dari satu orang. Padahal target kita kan harus satu orang atau tidak ada yang tertular.”
Inggris Tenggara menjadi titik yang paling terdampak virus varian baru. Akibatnya, di wilayah tersebut terjadi peningkatan kasus yang jauh lebih cepat dibandingkan kasus nasional se-Inggris.
“Jadi varian ini memang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus harian lebih cepat.”
Dari sampel-sampel positif yang telah diperiksa pada awal Desember di Inggris, ternyata mayoritasnya (60 persen) sudah mengandung COVID-19 varian baru.
“Varian baru ini harus benar-benar diwaspadai,” pungkas Bambang.
Advertisement