Epidemiolog: Dibutuhkan Setahun Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 untuk Capai Herd Immunity

Epidemiolog Universitas Padjadjaran Panji Fortuna Hadisoemarto memastikan vaksin dapat mengurangi angka kesakitan atau kematian akibat COVID-19 dalam waktu cepat. Sementara untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity), dibutuhkan waktu lebih dari satu tahun.

oleh Arie Nugraha diperbarui 13 Jan 2021, 14:00 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2021, 14:00 WIB
Melihat Kesiapan Vaksinasi Covid-19 di Cirebon
Bupati Cirebon Imron memantau kegiatan simulasi pemberian vaksin covid-19. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Bandung - Epidemiolog Universitas Padjadjaran Panji Fortuna Hadisoemarto memastikan vaksin Corona dapat mengurangi angka kesakitan atau kematian akibat COVID-19 dalam waktu cepat. Sementara untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity), dibutuhkan waktu lebih dari satu tahun.

Menurut Panji dengan angka kesakitan akibar COVID-19 yang berkurang, diharapkan tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan dan rumah sakit darurat tetap terjaga di level aman. Saat ini tingkat keterisian tempat tidur di kabupaten dan kota sudah di atas 80 persen atau dalam level kritis.

“Jika angka kesakitan berkurang, pasien yang dirawat pun berkurang sehingga BOR (bed occupancy rate) tidak akan pernah penuh,” ujar Panji dalam keterangan daring Rakor Sub Divisi Komunikasi Publik Satgas Penanganan COVID-19 se- Jawa Barat, ditulis Rabu, 13 Januari 2021.

Panji menyanggah adanya pandangan keliru di masyarakat bahwa vaksin dapat membentuk herd immunity atau kekebalan kelompok dalam waktu cepat. Pasalnya, kekebalan kelompok paling tidak butuh waktu setahun dari sekarang karena harus mencakup 70 persen penduduk.

Kekebalan kelompok, katanya, tergantung dari tiga keadaan. Pertama, seberapa tinggi penularan setelah vaksinasi. Vaksin dapat mencegah sakit, tapi tidak mencegah penularan.

"Kalau penularan (masif) terjadi, herd immunity tidak akan terjadi. Lebih keliru lagi, vaksin disamakan dengan obat yang dapat menyembuhkan penyakit COVID-19," kata Panji.

Sebelumnya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan efikasi vaksin Sinovac 65,3 persen. Menurut Panji, efikasi berbeda dengan efektivitas karena efikasi diukur pada tingkat uji klinis.

Dalam kenyataannya, jika seseorang punya penyakit penyerta (komorbid), sangat mungkin efikasi vaksin 65,3 persen tidak tercapai.

“Mungkin lebih rendah, tidak mungkin lebih tinggi. Tapi yang diharapkan tidak akan menurun terlalu jauh,” jelas Panji.

 

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Durasi Perlindungan yang Diberikan Vaksin

Keadaan kedua ungkap Panji, seberapa lama perlindungan yang diberikan vaksin. Vaksin Sinovac impor yang akan disuntikkan di Jabar mulai besok (Kamis, 14/1/2021), harus diinjeksi ke satu orang dengan dua dosis atau dua kali penyuntikan. Jarak waktu antara penyuntikan pertama dan kedua adalah dua pekan. Vaksin Sinovac baru akan memberi proteksi dua minggu setelah penyuntikan kedua.

Ketiga, sebanyak apa cakupan masyarakat yang akan divaksin. Secara nasional orang yang harus divaksin 181,5 juta jiwa. Tahap pertama untuk pekerja di kantor kesehatan berjumlah 1,3 juta jiwa.

“Ini baru satu persen saja, sedangkan herd immunity cakupannya harus 70 persen. Jadi masih butuh waktu kurang lebih satu tahun lagi. Tapi untuk mengurangi angka kesakitan, itu pasti,” terang Panji.

Panji menambahkan, orang yang positif COVID-19 sebetulnya tidak perlu disuntik vaksin. Tapi tidak menutup kemungkinan orang divaksin tapi ternyata positif COVID-19 tanpa diketahui.

Alasannya, hingga kini belum ada laporan orang yang demikian mengalami efek samping yang buruk. Setelah disuntik vaksin ucap Panji, orang tidak perlu melakukan isolasi mandiri selama dua pekan.

“Tapi kan pasti ada yang nanya, kan sudah divaksin kenapa masih pakai masker? Jawab saja, lebih baik dobel perlindungan daripada single,” beber Panji.

Namun Panji yakin vaksin Sinovac impor memiliki tingkat keamanan tinggi untuk disuntikkan karena sudah mengantongi izin penggunaan darurat dari BPOM. Apalagi vaksin ini sudah mengantongi sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). (Arie Nugraha)

Infografis

Infografis 3 Cara Vaksin Covid-19 Picu Kekebalan Tubuh. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 3 Cara Vaksin Covid-19 Picu Kekebalan Tubuh. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya