Liputan6.com, Zagreb - Kroasia pernah diguncang gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,3 pada 22 maret 2020, yang menjadi salah satu gempa terbesar dalam sejarah negara itu.
Gempa bumi ini memicu kepanikan, evakuasi di rumah sakit, serta kerusakan parah, termasuk runtuhnya bagian dari katedral ikonik di ibu kota Zagreb. Pada saat itu tengah diterapkan kebijakan karantina akibat pandemi COVID-19, yang semakin memperburuk situasi.
Baca Juga
Akibat gempa Kroasia tersebut, seorang remaja perempuan berusia 15 tahun dilaporkan dalam kondisi kritis, sementara 16 orang lainnya mengalami luka-luka.
Advertisement
Melansir Al Jazeera, yang dikutip pada Sabtu (22/3/2025), German Research Centre for Geosciences (GFZ) melaporkan bahwa gempa yang mengguncang seluruh Balkan Barat terjadi pada kedalaman 6 mil atau sekitar 10 km. Awalnya, gempa tercatat magnitudo 6,0 sebelum dikoreksi menjadi magnitudo 5,3.
Sementara itu, US Geological Survey (USGS) atau Badan Survei Geologi Amerika Serikat mencatat gempa dengan magnitudo 5,4. Sedangkan European Mediterranean Seismological Centre (EMSC) atau Pusat Seismologi Eropa-Mediterania melaporkan gempa dengan magnitudo 5,3, yang kemudian disusul oleh gempa susulan berkekuatan magnitudo 5,1.
"Gempa itu berlangsung lebih dari 10 detik. Sejauh ini, gempa terkuat yang pernah saya rasakan," kata seorang saksi, seraya menambahkan bahwa gempa itu diikuti oleh beberapa gempa susulan.
Perdana Menteri Kroasia saat itu, Andrej Plenkovic, menyebut gempa tersebut sebagai yang terbesar di Zagreb dalam 140 tahun terakhir. Kerusakan yang terjadi meliputi runtuhnya sebagian puncak menara katedral Zagreb. Jalan-jalan di pusat kota dipenuhi puing-puing, beton dari bangunan jatuh menimpa mobil, serta cerobong asap yang roboh di depan pintu masuk bangunan.
Rekaman gambar yang beredar menunjukan para ibu yang masih mengenakan pakaian tidur memeluk bayi mereka di tempat parkir, setelah dilakukan evakuasi dari rumah sakit bersalin yang terdampak gempa dan dalam suhu udara yang sangat dingin. Tentara Kroasia turut dikerahkan untuk membantu pemindahan para ibu, bayi, dan inkubator ke lokasi yang lebih aman.
Upaya Evakuasi dan Tantangan Pandemi COVID-19
Warga Zagreb berhamburan keluar dari apartemen mereka saat gempa terjadi, sementara beberapa wilayah di ibu kota mengalami pemadaman listrik. Menara lonceng sebuah gereja dilaporkan mengalami kerusakan, dan sejumlah bangunan di kota tua Zagreb runtuh, kantor berita Reuters melaporkan.
Selain itu, sejumlah kebakaran juga dilaporkan. Warga berbagi foto di media sosial yang memperlihatkan barang-barang berjatuhan dari rak, serta pecahan kaca dan botol yang berserakan di dalam rumah.
Awalnya, seorang remaja perempuan berusia 15 tahun dinyatakan meninggal dunia akibat gempa. Namun, dokter kemudian mengonfirmasi bahwa ia masih dalam kondisi kritis dan berupaya keras menyelamatkan nyawanya. Otoritas setempat tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai korban luka lainnya.
Menteri Dalam Negeri Kroasia saat itu, Davor Bozinovic, mengimbau warga yang berada di jalan agar tetap menjaga jarak satu sama lain guna mencegah penyebaran COVID-19. Pada saat itu, Kroasia telah mencatat 206 kasus infeksi Virus Corona dengan satu korban meninggal dunia. Sehingga pemerintah menerapkan aturan pembatasan sosial yang mengizinkan maksimal lima orang berkumpul dengan tetap menjaga jarak.
Perdana Menteri Plenkovic kemudian minta masyarakat tetap tenang dan tidak kembali ke rumah, terutama di wilayah pusat kota yang mengalami kerusakan paling parah. “Kami menghadapi dua krisis yang saling bertentangan,” ujar Plenkovic setelah mengadakan pertemuan darurat dengan pejabat tinggi negara.
Sejumlah warga memilih berkumpul di taman kota untuk menghindari gempa susulan, meski hal ini meningkatkan risiko penularan CCOVID-19. “Dalam situasi ketakutan seperti ini, wajar jika beberapa orang tidak memikirkan pandemi virus corona, yang justru menambah kompleksitas situasi,” kata jurnalis Mirna Brekalo dari Al Jazeera Balkans yang melaporkan langsung dari Zagreb.
Tentara Kroasia terlihat mengenakan masker sambil membawa sekop untuk membersihkan puing-puing di jalan-jalan ibu kota. Para pejabat tinggi meninjau daerah terdampak, sementara sejumlah warga mengkritik pemerintah kota atas kondisi bangunan tua di Zagreb, beberapa di antaranya berasal dari abad ke-19 dan dinilai tidak cukup kuat menahan guncangan gempa.
"Kami akan berupaya membersihkan jalanan secepat mungkin," ujar Plenkovic.
"Tetaplah berada di luar rumah dan jaga jarak," tambah Plenkovic.
Menteri Dalam Negeri Bozinovic menekankan bahwa situasi ini menjadi lebih rumit karena adanya pembatasan akibat pandemi. "Ada aturan tertentu ketika terjadi gempa bumi, tetapi jika gempa terjadi bersamaan dengan pandemi global, maka situasinya menjadi jauh lebih kompleks,” ujar Bozinovic kepada kantor berita HINA.
Advertisement
